webnovel

Hasrat Cinta: Menemukan Suami Pendamping

Ketika Dua insan sedang berpegangan tangan dan hampir mengucap janji pernikahan, Sebuah panah perak menebus jantung sang Pria. Pria itu adalah Pangeran Pavo Cristatus, Pendamping hidup bagi Puteri Arabella Muticus. Darah mengalir deras, karena panah perak menebus jantung dan membuat Pernafasan terhenti seketika. Keterkejutan dan teriakan dari banyaknya orang yang hadir, membuat Arabella seketika melemas tak berdaya. Di depannya, Pendamping hidupnya harus mati mengenaskan.. Di tengah kesedihannya karena di tinggalkan Pria yang sangat dicintai. Arabella mengambil tusuk konde yang ada di rambutnya, Lalu Menusuk tepat di jantung dan seketika darah keluar dari mulutnya. Di sisa-sisa nafas terakhir, Arabella menatap langit malam "Demi Dewa-dewi Langit, Aku Arabella Muticus. Akan terlahir kembali dan menuntaskan janji pernikahan dengan Pendamping hidupku, Pavo Cristatus!! Kuberikan darah dan jantungku sebagai persembahan!." Ketika sumpah itu terselesaikan, Nafas Arabella ikut berhenti.. Bumi bergetar hebat dan angin kencang memporak-poranda bangunan di sekitar. Semesta ikut bersedih, pada pasangan yang mati di altar pernikahan.. Dewa-Dewi mengabulkan Permintaan Arabella, Kedua Jiwa pasangan itu di tarik dengan cepat dan di simpan di dalam guci pusaka. Hingga ribuan tahun setelahnya, Ketika dunia sudah jauh lebih Modern. Dewa-Dewi melepaskan dua jiwa itu di tempat berbeda.. Seberapa jauh cinta di pisahkan, pada akhirnya mereka akan bertemu kembali.. Karena takdir dan pengorbanan, sudah menjadi tumbal bagi keberlangsungan hidup mereka.. ******** -Urban legend- -Konten Dewasa- -Romance- [Pavu Muticus] Keturunan asli dari Merak hijau. [Pavo Cristatus] Keturunan asli dari Merak putih ****

Diana_Yellow · Fantasy
Not enough ratings
225 Chs

Kotak apa ini?

Aku sudah bersiap dengan setelan gaun biru yang berada di atas lutut, potongannya tidak terlalu ketat di tubuhku namun tidak terlalu longgar juga. Beberapa kancing besar terlihat di depan dada. Aku sudah memakai jam tangan, lalu menyemprotkan parfum di beberapa bagian tubuhku.

Setelah itu memoles sedikit lipstick pink di bibirku, semua yang aku lakukan tidak luput dari perhatian Steve sejak tadi, dia setia sekali menunggu diriku yang cukup lama untuk berdandan saja.

Ini sudah hampir jam 11 siang, katanya aku langsung ke kantor saja untuk melihat tempat kejadian. Tempat yang di Bom oleh seseorang adalah atap Perusahaan.

"Ayo, aku sudah siap." Kataku pelan, aku mengambil tas dan melangkah anggun untuk keluar dari kamar hotel. High heels 7cm yang aku pakai berwarna senada dengan gaunku hari ini.

Kami sudah menuruni lift dan berjalan ke arah mobil, Steve benar-benar sigap membuka pintu mobil untuk diriku. aku masuk ke dalam, lalu disusul oleh Steve yang juga ikut masuk. dia seperti biasa duduk di samping supir.

Perjalanan tidak memakan banyak waktu, hanya 15 menit saja kami sudah sampai di depan loby Perusahaan. Sama seperti Perusahaan lainnya, sama besar dan juga begitu tertata dengan baik.

Ketika aku turun, sudah banyak wartawan yang datang dan berkerumun untuk bertanya banyak hal. aku semaksimal mungkin memberikan senyum yang manis, lalu menunduk sedikit untuk menghormati beberapa dari mereka yang lebih tua dariku.

Tak lama Steve langsung membantuku masuk tanpa di halangi oleh para wartawan, sebenarnya ada sesi klarifikasi nanti. Tapi aku harus melihat dulu apa alasan Perusahaan besar milik Keluargaku, harus di Bom seperti ini.

Beberapa para petinggi lainnya sudah berjajar rapih di kanan dan kiri, aku hanya tersenyum saja di sambut baik oleh mereka. Langkah kaki kami Memasuki lift lagi dan lift mulai bergerak naik dengan cepat, Sepertinya Steve tidak mau terlalu berlama-lama di loby bawah..

Mungkin dia memang tidak suka berbasa-basi juga, aku beruntung mendapatkan Sekretaris pribadi di negara ini yang seperti Steve.

Karena aku memang tidak suka banyak mengobrol tidak penting, jika Steve adalah Devira. Maka aku yakin sekarang diriku disuruh berbicara dengan wartawan lebih dulu, menjawab satu dua pertanyaan. lalu di lanjutkan dengan menyalami satu persatu pegawai dan memberikan sedikit sambutan..

Devira memang terlalu baik dan dia mau aku terlihat sangat penyayang pada semua orang, dan bodohnya aku selalu menurut saja dengan apa yang di katakan Devira..

Ahh.. sehari tidak mendengar suaranya, aku jadi merindukan Sekretarisku yang baik hati itu.

Lift berdenting lagi, kami keluar dari lift. hal yang pertama kali aku lihat di atap Perusahaan ini hanyalah bekas Bom yang tidak seberapa.

aku tidak yakin Bahwa ini ulah teroris atau orang yang memang berniat menghancurkan gedung. aku kira gedungnya akan berantakan dan hancur di beberapa bagian, tapi Ternyata hanya bekas yang tidak seberapa. Mungkin hanya sebesar mobil saja, dan tidak akan membuat gedung ini roboh.

Aku berjalan perlahan, masih ada beberapa penyelidik yang memang mencari barang bukti. Semuanya terlihat secara tidak di sengaja, maksudku. apa yang mau di lakukan oleh orang bodoh itu? Dia mencoba Meledakan atap gedung saja? Dan bekasnya bahkan tidak bisa menghancurkan bangunan sama sekali.

"Apakah sudah tau tentang motif dari hal ini?." Tanyaku pada salah satu Tim Penyelidik.

"Belum di ketahui sebab pastinya, Kami juga sedikit bingung dengan apa yang terjadi. orang yang mencoba meledakkan perusahaan, tapi tidak benar-benar membuat perusahaan kenapa-napa. Ini cukup aneh dan semakin membingungkan, apakah ini hanya tanda ancaman? tapi tetap terlalu sederhana." Kata Tim Penyelidik.

aku mengangguk setuju, lalu menatap langit biru dan Mulai sedikit berpikir.

"Apakah ada barang bukti yang di temukan?." Tanyaku lagi, Dan Tim penyelidik mengangguk.

salah satu dari mereka berjalan ke arah sebuah kotak, kotak antik yang tidak asing di mataku.

"Kami menemukan kotak ini di tengah-tengah bekas ledakan, Kami belum membukanya karena kami merasa ini tidak bisa sembarangan di buka." Ujar Tim penyidik.

"Bolehkah aku membawanya? aku merasa tidak asing dengan kotak tersebut." Aku bertanya sambil memegang kotak coklat yang hanya berukuran seperti kotak sepatu. bahannya seperti dari perak dan emas asli. Cukup keras ketika di ketuk, Ada batu berwarna hijau di tengah-tengah kotak tersebut, seperti bentuk mata..

Aku mencoba mengingat-ingat dimana kotak ini pernah aku lihat, tapi aku tidak ingat sama sekali.. tapi naluriku yakin bahwa kotak ini memiliki sesuatu yang...

Yang cukup berarti bagiku.

"Silahkan Nona, jika memang Nona pernah melihatnya. Ini semakin mudah untuk kami mencari tau, Nona bisa beritahu kami jika memang sekiranya ada hal-hal yang di ketahui." Tim penyidik memberikan kotak tersebut, aku langsung mengambilnya dan mendekatkan wajahku ke arah kotak tersebut. tidak ada yang aneh sejauh ini, Kotaknya terkunci. Tapi tidak terlihat di bagian mana yang bisa di buka..

"Aku akan mencoba mengingat lagi, Terimakasih untuk kerjasamanya. Tolong katakan pada wartawan bahwa ini hanya tidak sengaja terjadi, masalah kecil atau semacamnya. aku tidak mau wartawan memberitakan hal yang tidak-tidak dan malah membuat keadaan menjadi lebih kacau." Kataku pada Mereka.

aku langsung berjalan pergi sambil membawa kotak tersebut, Steve sudah memperhatikan diriku sejak tadi. tapi dia tidak mengatakan apa-apa dan tidak berusaha untuk membantu membawa kotak tersebut.

"Bisakah kau katakan di mana ruanganmu? Aku butuh tempat untuk duduk sebentar." Ujarku pada Steve.

"Mari Nona, Ke ruanganku." Katanya pelan, dia sudah menekan tombol lift dan sampailah di depan ruangan kerjanya.

Ruangannya cukup besar, aku tidak mengerti kenapa dia bisa mendapatkan ruangan sebesar ini. tapi aku tidak peduli juga, aku mulai berjalan ke salah satu bangku dan Menaruh kotak tersebut di atas meja.

Aku meraba sebentar, Melihat Steve yang sudah sibuk mengambilkan minum untuk diriku.

Mataku mencoba mencari-cari dimana cara membuka kotak ini, ketika aku melihat gambar buruk Phoenix kecil di ujung kotak, aku mencoba merabanya lagi. tapi tidak terjadi apa-apa, aku mencoba hingga tiga kali..

Dan saat yang ketiga..

Tras!!!!....

Bunyi suara itu Membuatku Langsung melihat ke arah batu permata yang bewarna hijau, aku menekan batu itu dan memutarnya searah jarum jam. Dan.. Itulah kunci yang di perlukan.

Kotaknya terbuka, Aku mengangkat perlahan-lahan. Mencoba untuk berhati-hati pada apa yang ada di depanku. mataku langsung melihat isi di dalam kotak tersebut..

Dan apa yang aku temukan?

Hanya sebuah Cincin berlian yang terlihat begitu aneh.

"Cincin?." Kataku pelan pada diri sendiri.

"Apa yang ada di dalamnya?." Steve bertanya sambil membawakan air dingin untuk diriku.