"Dia telah tewas, begitukah yang hendak kau katakan?" ujar Ylus yang masih terpasung di penjara bawah tanah. "Aku memang merasakan auranya yang mengecil dan menghilang tiba-tiba, tapi, apa benar seperti itu?"
"Kalau kau pikir aku membohongimu," ucap Aka Manah. "Berati kau mengabaikan hal paling utama bagi bangsa kita, Ylus!"
"Aku tahu," sahut Surabutha tersebut. "Hanya saja, sulit bagiku menerima jika Iblis Darah akan dikalahkan dengan begitu mudah."
"Tidak," Aka Manah mendesah panjang, dua tangannya berada di saku depan celananya. "Kurasa tidak sesederhana itu. Ada hal lain yang telah terjadi yang sulit untuk kumengerti."
"Cih!" Ylus mendengus kencang. "Andaikan saja kau mengizinkanku berduel dengan dia."
"Hei," Aka Manah menyeringai. "Jangan bilang kau masih jengkel dengan kematian adikmu itu?"
"Tentu saja! Dia sedarah denganku, Akoman. Tidak mungkin aku mengabaikan hal ini begitu saja."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com