19 FIRASAT TENTANGMU

"Tra…"

Putra terkejut, Keysha menepuk pundaknya.

"Eh, ya Sha."

Putra lalu menyimpan kembali ponselnya. Kinan tak lagi membalas.

"Temani aku ke rental computer."

Meski pun beberapa saat tadi tak digubris, Keysha tetap bersabar. Ia yakin suatu saat nanti Putra bisa mencintainya.

"Oh, yuk."

Putra tampak tersenyum, ia merasa senang sudah bisa berbalas pesan dengan Kinan. Sementara Keysha yang berada bersamanya saat ini seakan dianggap hanya angin lalu, yang tak perlu terlalu dipedulikan.

Jahat sekali…

Tapi, jika memang murni menganggap sahabat, perasaan demikian harusnya tak jadi soal. Namun, Keysha tak pernah menginginkan hubungannya dengan Putra akan berakhir menjadi begini selamanya, sampai akhir hayat.

Perjuangannya masih akan berlanjut.

Tentu saja.

Memenangkan cinta Putra merupakan goal dalam kehidupannya.

"Tra, lulus kuliah, kamu rencananya kerja di mana?"

Keysha mengejutkan Putra lagi, saat ia tengah fokus mengeluarkan mobil dari parkiran sembari sibuk dengan pikirannya pada Kinan.

"Ya… Kerja ya? Uhm, di Malik Estate tentunya."

Pemuda itu cengengesan.

Keysha tau, dan dia hanya ingin memastikan lagi, berarti tujuannya pun setelah lulus adalah Malik Estate. Kursi kehormatan di Bank Kring pun akan ia indahkan begitu saja, asalkan bisa tetap dekat dengan Putra.

"Loe?"

Kali ini, Putra yang mengejutkan Keysha. Ia baru saja melamunkan langkah-langkah yang harus ia persiapkan setelah kelulusan.

"Oh, aku. Belom tau sih."

"Bukannya bokap loe dirut? Kenapa belom tau? Pasti udah ada posisi di sana."

"Eh, kamu remehin aku ya!"

Keysha sedikit kesal. Meskipun benar, tapi ia tak ingin selalu dikait-kaitkan dengan Toni.

Putra tertawa, "Loh? Gue salah ngomong?"

"Kalaupun ke sana, aku tetep tes juga kali."

"Topeng doang kan?"

"Tra…"

"Iya Sha. Gue cuma becanda doang kok. Gue tau loe pasti diterima karena kemampuan loe, bukan karena nama besar bokap loe."

"Nah, itu tau."

Mereka tertawa bersama. Keysha lagi-lagi menatap Putra lama, tertawa lepas seperti ini membuat pemuda itu terlihat semakin imut. Matanya menyipit, jadi tak terlihat.

"Dasar muka korea," gumam Keysha terlihat gemas. Ia ingin sekali mencubit pipi Putra saat itu juga.

"Eh…!"

Tapi ternyata Putra mendengarnya.

"Loe denger?"

"Iya, gue nggak budek Sha."

"Tapi loe emang mirip cowok korea."

"Ah, masa?"

Putra lalu bercermin pada spion depan mobilnya.

"Iya, Park Seo Joon."

"Wo wo wo…"

Putra tak terima namanya diganti.

Keysha hanya tertawa kemudian. Cinta ini membuatnya tak ingin jauh-jauh dari Putra. Apapun halangan di depan, ia bersumpah akan menyingkirkanny dengan segala cara. Jika Putra tak dapat ia miliki, siapapun juga tak boleh memilikinya.

🍁🍁🍁

Kinan sudah berjalan memasuki lobi Hotel A. Seperti biasa, ia menggunakan luaran cardigan untuk menutupi seragam kerjanya. MeTi sudah mengabarkan nomor kamar yang harus Kinan masuki.

Hati Kinan berkata-kata saja sejak tadi. Entah apa yang akan terjadi? Tapi ia tetap melangkah masuk. Telepon dari Toni tak henti-henti menghubunginya.

Pria itu pasti sedang horny berat.

Kinan memencet bel, tak lama pintu terbuka. Toni sudah menantinya. Pria itu menarik Kinan, dan langsung membuka paksa pakaian yang sedang dikenakannya. Kinan hanya bisa pasrah.

Tak butuh waktu lama, tubuh Kinan sudah dibuatnya tanpa busana.

Toni lalu melancarkan aksinya seperti biasa. Membuat Kinan mendapatkan apa yang ia inginkan. Setelah itu barulah gilirannya. Kinan mendorong pria itu, hingga terhempas ke atas ranjang.

Gadis yang sudah mahir bermain kuda-kudaan di ranjang, mulai beraksi. Seperti yang sudah-sudah, Toni selalu puas dengan pelayananya.

Mereka rebah bersama. Seperti biasa, Toni lelap seketika. Kinan segera bangkit. Ia memungut pakaiannya yang berceceran di lantai, lalu menuju kamar mandi.

Berdiri di depan cermin, dan mengamati tubuhnya, yang dibeberapa bagian, memerah karena mendapat remasan Toni. Kinan membasuh wajah, lalu kembali mengamati muka perempuan cantik yang terpantul di depan cermin itu.

Kinan tersenyum, ia memang cantik.

🌬 "Manis banget…" 🌬 ucapan Putra tadi teringat lagi olehnya.

Kinan pun menunduk. Ia tak pantas untuk disukai pemuda baik-baik itu. Dirinya begitu kotor, sementara Putra adalah pemuda yang benar-benar bisa menahan diri, untuk tak menyentuhnya.

Gadis itu menitikkan air mata. Kemudian menghapusnya kembali. Kali ini ia mandi, membasahi rambut, setelah selesai, lalu mengenakan pakaian, dan membiarkan rambut panjangnya tergerai indah. Kinan keluar dari kamar laknat hotel itu.

Saat pintu lift terbuka di basemant. Wajah Putra sudah terpampang di sana. Kinan menepuk pipi, halusinasinya sudah tidak wajar. Tapi, tangan pria itu menarik lengannya untuk keluar dari dalam lift. Gadis yang rambut indahnya masih basah itu tak percaya dengan apa yang terjadi.

Tatapan Putra menyiratkan rasa kecewa, wajahnya tampak sedih.

"Tra…?"

Kinan tak tahu apa yang ingin ia katakan, hanya menunduk saja setelah itu.

"Ke sini lagi?"

Putra melepaskan genggamannya di lengan Kinan, ia mencoba mencari celah agar bisa melihat mata Kinan yang menunduk, dan tertutup oleh rambutnya. Gadis ini bahkan sempat mandi di hotel ini. Shit!

Pemuda itu menghela nafas. "Sudah malam, loe harus pulang!" ucapan tegasnya membuat Kinan menurut begitu saja.

Sambil tetap menunduk, Kinan berjalan menuju parkir mobil. Putra tak mengikuti, ia masih tegak sambil berkacak pinggang di dekat lift. Berkali-kali menghela nafas. Ia mengutuk dirinya sendiri, apa yang dilakukannya? hingga mencari gadis itu ke sini.

Sejak sore tadi dihubungi, Kinan tak menjawab. Firasatnya mengatakan gadis itu berada di sini. Ternyata benar. Dan firasat berikutnya, harus ia pastikan.

Putra kembali ke dalam mobil, setelah mobil Kinan beranjak dari sana. Ia ingin melihat, siapa yang bersama Kinan. Ada satu nama yang dikenalnya? dan itu adalah Toni Hermawan. Si pemilik aroma parfum yang menempel di tubuh Kinan. Si pemilik suara dari nomor telepon yang bernama MeTi.

Pria yang ia curigai benar-benar keluar dari lift basemant hotel, setelah menunggu hampir tiga puluh menit. Putra tersenyum frustasi, ia mengumpat sambil memukul stir.

"Bangsat!"

Tak lama, Kinan menghubunginya.

Putra langsung mengangkat. Suaranya terdengar berat, seolah sedang bermasalah.

"Hallo."

📞 Tra, loe masih di sana? 📞

"Ya, kenapa?"

📞 Ngapain? 📞

Putra tak menjawab, ingin sekali menabrak pria celaka yang sedang melintas di depannya, tanpa rasa berdosa. Wajahnya terlihat berseri, seperti telah puas mendapatkan yang ia inginkan.

📞 Tra…? 📞

"Gue tutup telponnya! Jangan main HP sambil nyetir, Bahaya!"

Dan telepon itu pun dimatikan Putra. Ia segera keluar.

"Om…"

Toni terkejut, siapa yang memanggilnya?

Perlahan diputarnya tubuh itu, dan terlihat Putra sedang berdiri tak jauh dari sana.

"Hai Om, ketemu lagi di sini."

Putra memaksakan diri untuk tersenyum, dan ia memberikan penekanan pada kata "di sini".

Toni sedikit gugup, ia lalu mengeluarkan handphone dari saku jas kerjanya. Pesan dari Kinan.

📲 Ada Putra di sana, jangan sampai berlagak mencurigakan 📲

Putra tahu siapa yang mengirimi pria itu pesan, pasti Kinan.

"Eh, kamu Tra. Ada acara apa di sini?"

Toni bersikap sebiasa mungkin, mengaburkan kegugupan dari wajahnya.

Putra lalu berjalan mendekat, dan ia juga akan bersikap biasa saja. Belum saatnya mengintimidasi, atau mungkin takkan ia lakukan. Selain tak ada bukti yang membenarkan, Toni juga ayah dari sahabatnya Keysha. Dan menghancurkan Toni demi menyelamatkan Kinan, bukanlah solusi tepat. Kehancuran Toni, adalah kehancuran Kinan juga, terlebiih Keysha dan ibunya. Tidak mungkin itu dilakukan.

"Tadi ada perlu sebentar Om, dan saya juga sudah mau pulang. Lihat Om lewat… Saya hanya ingin menyapa. Saya permisi Om."

Putra menundukkan sedikit kepalanya, lalu berbalik, tanpa mendengar kata-kata lagi dari Toni.

Toni bernafas lega. Hah! semoga saja pemuda itu tidak mencurigainya. Meski pun, kebetulan kedua kalinya ini, tak ingin dianggap murni sebuah ketidaksengajaan lagi bagi Putra.

Putra menghidupkan mesin mobil, mengelakson sekali, dan melaju kencang keluar area hotel.

Pemuda itu mengubek rambutnya dengan sebelah tangan. "Kenapa gue mesti suka sama cewek gampangan, simpanan ayah sahabat gue sendiri!!!"

Putra kembali memukul-mukul stir, dan berteriak kesal.

Haaiiiisssssssssssssttttt!!!!

🍁🍁🍁

avataravatar
Next chapter