webnovel

MENIKAHI GADIS CEROBOH

Faisal berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada. Dihadapannya sudah berdiri seorang office girl yang kelihatan ceroboh bersama motor bututnya. Hatinya sudah panas dan ingin segera pulang ke rumah untuk menenangkan diri sore ini, tapi dia malah di buat kesal untuk kesekian kalinya oleh gadis yang sama ketika melihat mobilnya lecet.

Entah bagaimana ceritanya, Rania—office girl yang menyebalkan itu bisa menabrak mobil Faisal sampai lecet begini. Padahal parkiran ini sama sekali tidak di peruntukkan bagi motor butut Rania, sangat tidak mungkin kalau dia sampai datang ke area ini untuk memarkir motor.

"Maafkan saya, Pak! Tapi tolong jangan pecat saya, saya mohon!" pinta Rania dengan memelas pada Faisal.

Tidak ada waktu memikirkan tentang mobilnya yang lecet, meski dia tahu itu hanya lecet kecil yang bisa di perbaiki dalam waktu sekejap, tapi tetap saja itu adalah sebuah kesalahan dan butuh pertanggung jawaban Rania.

Tak peduli siapa dia, sebuah tanggung jawab tetap harus terlaksana. Orang bernama Faisal tidak suka dengan orang yang tidak bertanggung jawab, itu sudah menjadi prinsip kerjanya sejak dulu.

"Kamu beruntung, karena saya harus segera pulang. Jangan pernah perlihatkan wajah kamu lagi di hadapan saya, atau saya tidak akan memberi toleransi lagi. Kamu mengerti 'kan apa maksud saya?" Tatapan Faisal memang tak main-main, Rania sampai mengangguk dengan pandangan tertunduk di buatnya.

Sebuah pesan yang Alma kirimkan membuat Faisal tidak berani pulang terlambat ke rumah. Tanpa peduli dengan kondisi mobilnya yang lecet, Faisal pun segera pulang. Rania memang beruntung, bosnya tidak sampai mengeluarkan kartu merah untuknya dan dia masih tetap bisa bekerja di kantor ini.

Seorang wanita bertubuh mungil nampak datang menghampirinya begitu mobil Faisal pergi. Dia juga serang petugas kebersihan, dan dia satu-satunya teman yang Rania punya.

"Ada apa, Rania? Kenapa pak Faisal sampai marah-marah padamu?"

Rania hanya menoleh dan tersenyum tipis. Ini salahnya, wajar kalau Faisal marah-marah, dia hanya perlu lebih hati-hati lagi dalam bersikap. Jika sampai dia merusak mood Faisal untuk ketiga kalinya, mungkin Rania akan langsung di tendang dari pekerjaannya.

Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda. Faisal kelihatan keluar dari mobilnya dan masuk ke rumah untuk menemui sang istri dan ibunya yang sudah menunggu kepulangannya. Alma bilang, dia sudah mencari tahu informasi tentang calon istri kedua Faisal melalui Bimo.

"Namanya Rania Widya Ningsih, dia tinggal berdua di bersama neneknya di pinggir kota Jambi. Usianya 21 tahun, dia bekerja sebagai office girl di kantor Mas Faisal sendiri. Dia sudah menjadi yatim piatu sejak usianya lima tahun, hanya neneknya yang dia punya. Namanya nenek Dasimah," info Alma sambil memberikan beberapa lembar kertas pada Faisal.

Sarah hanya ikut menyimak sambil menikmati makan malamnya di meja makan. Faisal memeriksa satu per satu lembaran tentang biodata Rania. Dia terkejut saat melihat foto seorang gadis yang ada di salah satu lembaran kertas itu.

Itu adalah office girl yang ada di kantornya, dia juga yang sudah membuat mobil Faisal lecet!

"Tidak, aku tidak mau!" tolak Faisal lalu menaruh kembali kertas dalam map kuning itu di atas meja.

"Lho, ada apa, Mas? Bukankah tadi kamu sudah setuju?" tanya Alma bingung.

Faisal tidak akan mau menikahi seorang office girl ceroboh seperti Rania. Mungkin kalau dia tidak seceroboh itu, Faisal masih bisa berpikir dua kali untuk menerima tawaran ini. Untuk seorang Rania yang ceroboh dengan segala kekurangannya, Faisal tidak akan bisa menerima orang ceroboh seperti itu.

"Faisal, ayolah. Dia hanya seorang gadis, kecerobohannya tidak ada hubungannya dengan anak. Ibu hanya meminta anak darimu, jangan mempersulit lah!" seloroh Sarah pula.

Tak mudah bagi Faisal menerima orang ceroboh seperti itu, sementara dia kenal betul Alma seperti apa. Wanita dengan segala kelebihannya, prestasi juga kedisiplinannya yang tak perlu di ragukan lagi.

Bagaimana mungkin Faisal bisa menerima gadis yang berlawanan sikap dengan Alma? Itu sangat bertentangan dan Faisal tidak suka itu. Hanya saja Alma dan Sarah terus memaksa, membuat kepalanya semakin berdenyut saat berbaring di tempat tidur.

Alma mendekat pada Faisal, memeluk tubuh suaminya dengan erat dengan lengan Faisal yang dijadikan bantal olehnya. Tubuh Faisal polos tanpa kain, hanya celana pendek yang biasa dia pakai saat tidur.

"Kamu tahu, Mas? Aku selalu bermimpi bisa punya anak dan kita bermain bersama di halaman rumah. Melihatnya menari, berlari, tertawa bahagia. Bukankah itu menyenangkan?" tanya Alma pula.

Pembicaraan hangat antara mereka pun di mulai.

"Aku juga menginginkan itu, Alma. Siapa yang tidak ingin punya anak, hm?"

"Kalau begitu coba pikirkan lagi. Harus berapa kali kukatakan, ibu menginginkan cucu, bahkan hampir setiap kali kami bertemu di rumah ini, dia selalu menyindirku tentang anak. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi, tidak ada yang bisa menanggung segala penderitaanku selain diriku sendiri."

Faisal menghela napas. Dia berusaha untuk mengesampingkan egonya dan mementingkan perasaan Alma. Mungkin istrinya itu benar, bahwa Faisal juga harus memikirkan ibunya, di usianya yang hampir kepala lima, dia masih belum menimang cucu sama sekali.

Mungkin memang benar, Faisal harus menikah dengan Rania sekalipun gadis itu adalah gadis ceroboh. Ini yang terbaik untuk semua orang. Meski tidak mudah, tapi Faisal akan belajar untuk menerimanya.

"Baiklah, aku akan menikahinya. Kamu atur saja pertemuannya," balas Faisal pula, membuat Alma mendongak seketika.

"Ah, kamu memang yang terbaik!" seru Alma senang.

Ciuman hangat diantara mereka menjadi penutup percakapan malam itu. Alma sangat mencintai suaminya, tapi dia juga tidak mau selamanya berada dalam tekanan sang ibu mertua. Pelukan hangat Faisal menunjukkan seberapa cintanya lelaki itu pada Alma.

"Tapi ingat, aku menikah bukan karena keinginanku. Tapi semua ini demi kamu, karena aku mencintaimu," pesan Faisal pula.

"Iya, aku tahu itu. Dan ini adalah salah satu bukti cintamu padaku," sahut Alma.

Mereka kembali berciuman, tangan Faisal tak berhenti merayap di tubuh istrinya sampai mereka berpindah posisi dengan tubuh Faisal yang ada di atas. Alis tipis, bibir mungil, pipi tirus dengan rambut sebahu warna cokelat milik Alma memang selalu menjadi hal terfavoritnya.

Faisal hanya ingin Alma bahagia, dan jika dengan menikahi Rania akan membuatnya senang, maka dia akan melakukannya.

Sementara itu, Rania malah di kejutkan dengan panggilan yang memintanya untuk menghadiri sebuah acara pertemuan bersama keluarga Malik. Dia terdiam bingung sambil menatap surat undangan yang ada di tangannya.

Undangan? Apa kesalahanku begitu fatal sampai harus bertemu keluarga Malik? Pikir Rania bingung.