webnovel

Hanya Untuk Cinta 25

Benar saja, tidak lama setelah Rina memberitahu semua orang yang menjaganya. Sekumpulan bandit kekuar dari dalam hutan dengan suaranya yang bergemuruh dan terdengar menyeramkan, apalagi karena tidak ada api yang menyala dk sekitar rumah. Api adalah satu-satunya yang ditakuti bandit.

"Bandit datang!" teriak salah satu orang yang berlari ke dalam gubuk. Wajahnya menyiratkan rasa takut beserta peluh yang menetes di wajah mereka terluhat jelas.

"Jika saja kalian tidak mengikat kami di sini, kalian pasti akan aman!" ucap Rina dengan santainya berkata kepada seluruh pria dewasa saat ini.

"Apa maksudmu anak kecil! Apa kalian pemimpin dari bandit itu?!" Rana dan Rina menggeleng bersamaan.

"Aku katakan ya, bandit takut dengan api. Nyalakan saja api jika kalian tidak ingin di makan," ucap Rana yang sepertinya tengah berbaik hati kepada mereka. Lagi pula, mereka harus kabur dari tempat ini.

Rana dan Rina kini berusaha melepaskan tali yang mengikat tangan hingga tubuh mereka dalam keadaan kacau ini. Para bandit di luar sana sudah berusaha menerobos pintu gubuk agar dapat masuk. Bahkan gubuk tersebut sudah bergoyang-goyang karena ulah para bandit.

"Ayo!" ajak Rana meraih lengan sudarinya.

"Hey kalian mau ke mana?!" teriak seorang dari mereka yang melihat Rana dan Rina yang lepas dari ikatan mereka.

"Tentu saja melarikan diri dari kalian dan para bandit. Kami tidak ingin mati ditangan bandit, kalian mengerti. Daahh! Selamat bersenang-senang!" ucap Rina dengan ceria kepada mereka semua membuat mereka sejenak terheran-heran dengan dua anak kecil itu.

"Bersiaplah untuk melarikkan diri Rana!" seru Rina dengan ceria. Dia melayang ke udara membuat orang-orang itu terheran-heran. Keduanya menerobos atap rumah hingga atap rumah itu hancur karena ulah mereka.

"Hey kembalilah!" teriak para pengawal yang sekarang kalang kabut karena sandera mereka berhasil melarikan diri.

"Hey kita harus ambil senjata kita bukan Rin, kita butuh untuk melawan bandit yang akan menyerang kita. Sekarang aku yakin mereka akan menyerang siapa saja yang di luar rumah!" ucap Rana yang langaung dibalas anggukan oleh Rinam dia membawa saudarinya itu meliuk dan kembali masuk ke dalan gubuk membuat semua orang kembali berusaha menangkap sandera mereka.

Rana dan Rina dengan gesit mengambil senjata mereka dan kembali meluncur ke udara. Pintu utama telah berhasil dibuka oleh para bandit. Mereka menerobos masuk dan mengacaukan apa saja yang ada di depan mereka. Mereka semua sangat ganas, tidak akan ada yang selamat di antara mereka karena jumlah yang sedikit.

Rana dan Rina kembali menginjakkan kakinya di tanah. Para bandit berdatantan, keduanya saling melindungi dan bertempur melawan bandit sambil terua berlari meninggalkan Carvandalle yang saat ini pasti sangat kacau.

"Aku rasa lebih baik terbang. Aku akan memegangmu! Kau tembaki mereka!" ucap Rina yang disetujui oleh Rana.

Rina kembali membawa Rana ke udara, dia sibuk melaju sebisa mungkin dengan sisa tenaga yang dimilikinya, sedangkan Rana sibuk memanah mereka semua dengan api. Sampai akhirnya mereka menemukan sebuah gua yang mereka lalui dan singgah di sana. Rana menggunakan mantra pelindung agar tidak ada yang mengganggu mereka saat ini.

"Huh aku lelah sekali, astaga perutku lapar," gumam Rina sambil merebahkan tubuhnya di atas tanah yang dipenuhi oleh dedaunan kering. Sedangkan Rana sibuk menyalakan obor untuk menerangi mereka, khawatir jika ada hewan buas dalam gua ini.

"Aku pun sama, hati-hati jika ada kala jengking atau ular Rin," ucap Rana mewaspadai saudarinya itu.

Tiga obor sudah tertancap di tiga sudut gua itu. Dia duduk di dekat Rina dengan napasnya yang terengah-engah.

"Sekarang kita istirahat, besok kita harus mencari Kak Gress," ucap Rana sambil merebahkan tubuhnya di samping Rina.

Keduanya berbaring di atas tanah beralaskan daun kering. Malam semakin larut, tapi tidak ada yang tertidur dari mereka berdua.

"Ran, aku kedinginan, dan sangat lapar. Kita belum makan sejak pagi kan," lirih Rana yang mengeluh kepada saudarinya itu. Rana yang mendengar itu membalikkan tubuhnya menghadap Rina yang meringkuk di sampingnya.

"Hanya untuk malam ini Rin, kita harus bertahan sampai pagi. Aku akan berburu kelinci untuk makan kita," ucap Rana yang merasa iba kepada Rina. Tapi, mau bagaimana lagi, mereka harus melakukan ini. Tidak ada selimut.

Rana bangkit dari tidurnya, dia melihat ada beberapa ranting kering di dalam gua, mengumpulkannya mejadi satu dan menyalakan api di sana.

"Ini akan menghangatkan kita Rin," ucap Rana kepada Rina yang kedinginan. Mendengar sekaligus melihat itu dia langsung bangkit dan duduk di dekat Rana menghangatkan tubuhnya.

"Sepertinya kita akan terjaga semalaman," ucap Rana yang dibalas angukan oleh Rina.

Keduanya saling bersandar membagi kehangatan satu sama lain, dengan punggung yang bersandar pada dinding gua.

Hingga tak terasa matahari sudah muncul. Rana dan Rina membuka mata mereka, api di depan mereka sudah menghitam karena padam.

"Ayo kita berburu!" ajak Rana kepada Rina yang sudah lemas karena dia belum makan dan menggunakan tenaganya lebih banyak guna menghindari para bandit. Keduanya keluar dari gua dan berjalan menghirup udara segar sambil terus mencari hewan atau buah-buahan yang dapat dia makan.

Sedangkan di Carvandalle sibuk dengan sisa kekacauan semalaman. Begitu juga dengan nyawa yang melayang tidak sedikit, karena memang para bandit menyerang saat matahri baru tenggelam dan semua orang masih banyak yang beraktifitas di sekitar desa atau kampung mereka.

Saat ini Raja Carlin pun semakin panik karena seluruh pasukannya gugur saat menjaga sanderanya. Dia terlihat semakin kacau dengan semua ini, belum lagi Pangeran Cardwell yang menanyakan Putri Cerllynda berulang kali.

"Omong-omong Gressylia meninggalkan gubuknya dan kedua adiknya ya?" ucap seorang pria paruh baya yang mengenal Gressylia dan adiknya.

"Iya, dia pemuda yang baik dan hebat. Aku rasa ini semua karena kepergiannya. Jadi, para bandit itu keluar dari hutan dan menyerang kita."

Rupanya selain mereka mengenal Gressylia sebagai tukang kayu bakar, mereka juga mengenal kekuatan Gressylia, meski hanya sedikit saja. Kebanyakan mereka yang mengetahui semua ini adalah orang tua yang cukup dekat dengan Gressylia.

"Dia pemuda yang baik, aku harap dia dalam keadaan baik-baik saaj juga Rana dan Rina." Mereka semua berdoa, karena mereka sangat yakin jika Gressylia atau kedua adiknya itu baik-baik saja.

Hanya Raja Carvandalle saja yanag tidak mengetahui tentang Gressylia, jika dia mengetahuinya mungkin tidak akan merendahkan Gressylia sedemikian rupa. Karena pada kenyataannya selama ini Gressylia melindungi Carvandalle sebisa dia.

Sebagian kecil merasa iba kepada Gressylia dengan beberapa hari terakhir ini mengalami hal-hal yang tidak enak dari Raja Carlin.

"Kemana dua anak kecil itu?!" teriak Raja Carlin saat melihat gubuk Gressylia runtuh dengan beberapa tubuh pengawalnya yang sudah tidak bernyawa dengan keadaan yang mengenaskan.

"Tidak ada tanda-tanda mereka berdua tewas Baginda Raja," ucap seorang prajurit yang melapor kepada Raja Carlin. Tentu saja itu membuat Raja Carlin sangat geram menahan amarahnya karena kemungkinan besarnya mereka berdua telah melarikan diri keluar dari Carvandalle.