webnovel

HANYA AKU UNTUK DIA

RATE 20+ Ada adegan dewasa [mohon BIJAK dalam memilih bacaan] Lima tahun kurajut renda kasih dengan seorang pemuda dan tidak pernah ada problematika. Dia selalu sabar dan mengalah terhadap aku (manja dan kekanak-kanakan), aku anak semata wayang. Panggil aku Inez ... Inez Prita Yulivan. Ketika dia membicarakan hubunganku secara serius dengan orang tua, kukira mereka setuju karena selama ini kami tidak ada pertentangan, namun semua keliru. Tanggapan orang tuaku adalah MENOLAKnya, hanya karena sepekan lalu Ayah bertemu seseorang. Bagaimana aku akan melanjutkan kehidupan dan kisah cinta kami? Aku dipaksa ayah menikahi pemuda yang memiliki masa lalu kelam, namun kaya. Pada akhirnya aku ingin dihamili kekasihku ... Agar mereka berubah setuju. Pergolakan bathin .... pemberontakan diri .... Lika-liku untuk memperjuangkannya ... Semua tercurah disini, belum lagi saat persabahatan di guncang dilema cinta. Aku tetap berharap, hanya dia yang menjadi jodohku di akhir kisah ini. HANYA AKU UNTUK DIA Anti Plagiat, Kejujuran akan berdampak pada Akhirat dan Duniamu.

Lika_FR · Urban
Not enough ratings
442 Chs

42 Janji Yang Dinanti

Hari ini aku menyiapkan rencanaku. Rencana yang amat aku nantikan dengan harapan bisa mengubah nasibku. Aku tidak tanggung-tanggung ingin mempertemukan Royan dengan Liza. Siapa yang akan tahu mereka berjodoh atau tidak? Karena itu aku menyusun rencana sesempurna mungkin agar jangan sampai terjadi kesalahan. Kalau sampai ada kesalahan, tidak akan pernah terulang kesempatan seperti hari ini lagi.

[Selamat Siang, apa kau ada acara malam ini?] Isi chatku dengan terpaksa aku kirim untuk Royan. Demi misi ini.

[Wah ... Mimpi apa aku bisa dapat chat dari kamu?] Balasnya dengan cepat, aku terheran.

[Kalau tidak ada acara, aku mau dinner malam ini di TP* Mall Plaza, tapi nanti saja jam 19.00 kalau kau bisa] balasku lagi.

[Dengan senang hati, akan aku jemput kamu jam sebelumnya. Hahaa aku masih tak percaya] Balasnya pasti tertawa-tawa.

[Tolong tidak usah dijemput, temui saja aku disana jam itu. Nanti kalau aku sudah disana, aku akan kabari. Sudah, jangan dibalas lagi karena aku tak akan membalasnya. Intinya seperti itu dulu] Jawabku kesal sebenarnya.

[Okey, tak apa tak dibalas, aku sudah terlatih. Hahaa. Salam sayang dan Miss U] Fiuuuuuh ... Lebay banget sih nih orang. Pikirku dalam hati.

*****

Kami telah sampai di TP* Mall Plaza Surabaya pada pukul 17.00 lah sekitar segitu. Semua berjalan seperti rencanaku. Aku di jemput Liza, dan kami berangkat bersama kesana.

"Aku dari siang sengaja enggak makan lho, karena mau kamu traktir. Hehee, biar nanti aku bisa makan banyak. Mumpung kamu traktir," ucap Liza girang sekali karena aku yang memang hampir enggak pernah mentraktirnya.

"Waah, jebol dong dompet nih, dua kali porsi makan dong, makan siang dan makan malam jadi satu?" balasku mentertawainya juga.

"Biarlah, Nez! Orang sekali-kali saja, kan? nraktir yang ikhlas dong biar berkah." Liza sambil mencubit lengan Inez.

"Auw! Ikhlas lah, kalau enggak ikhlas masak aku sampai bisa ajak-ajak kamu, sih?" jawabku ringan saja.

Kami segera menuju foto studio karena dia mengabulkan keinginanku mengabadikan foto bersama dengan Liza, memakai gaun yang sama. Kami ganti baju dulu ke kamar ganti, lalu bergegas ke arena siap di foto. Baju awal aku karena kutaruh di tasku, jadi aman. Kalau setelan baju awal Liza, dia taruh saja sekenanya di paper bag yang ia bawa.

Kami berfoto-foto sepuasnya dari ekspresi yang manis hingga ekspresi dan gaya gokil suka-suka. Plaza memang sangat ramai ya ini? Karena memang week end hari minggu mungkin.

[Aku sudah di TP* Mall Plaza, masih di lantai dua, tempat foto studio] Chatku kepada Royan karena sudah menunjukkan pukuk 18.30.

[Oke, tunggu aku, Sayang] Balasnya lagi-lagi aneh bin ajaib.

Aku berusaha mengulur waktu agar Royan sampai disini pas waktu makan malam, jadi dia bisa dinner bareng Liza. Hihihi, gumamku licik.

"Ayuk kita mampir karaokean dulu, yuk di karaoke box ini. Tempatnya kecil, hanya bisa untuk berdua, caranya hanya mengisi dengan koin saja. Iseng-iseng menghabiskan waktu. Sampai tiga lagu saja, tapi ngomong-ngomong ... Dia belum datang juga.

Nah, karena sudah habis koin kita dan Liza bilang mulai lapar sekali, aku masih harus mengulur waktu lagi nih.

"Ayok kita beli es cream dulu. Aku pingin bangetz Lis," rayuku padanya.

"Eh, ayok ganti baju dulu dong? Risih, nih pakai gaun begini." Liza sambil menarik-narik gaun merah kembar kami, gaun berleher agak rendah mendekati dada, lalu berhias pita-pita di lengan kanan dan kirinya itu. Gaun ini pendek berbentuk span diatas lutut. Ya, kami memakai gaun yang sama. Atas permintaanku. Memang dari tadi dia protes ingin ganti, tapi aku sengaja memaksanya untuk menahannya dulu.

Kami memakan es cream dulu dengan rasa pilihan masing-masing. Aku memakannya sengaja belepotan, lalu sengaja juga terjatuh di paper bag milik Liza yang berisi setelan pakaian awal dia berangkat tadi.

"Iiiih! Jorok banget sih, Nez? Haduuuh jadi kotor, kan baju ganti aku? Bagaimana dong ini?" bentaknya marah-marah.

"Yaa, maaf ya Liz, jatuh enggak sengaja. Nanti beli baju dulu ya?" solusi yang aku sampaikan.

"Ya, tambah lama dong makannya," protes dia.

"Enggak, habis ini kita beli segera, enggak pakai milih biar cepet, tapi aku ganti baju dulu ya, tunggu," pamitku seraya berlari sekencang-kencangnya karena aku tahu Liza pasti tak mau ditinggal.

"Hei! Curang ih kamu, kok ganti duluan." Dia aku tinggal saja meskipun ngomel-ngomel enggak jelas. Hehee.

Pas aku kembali ke lokasi aku bersama Liza tadi, benar saja aku lihat Royan sudah berdiri di depan stand foto studio yang aku info. Sedangkan Liza jarak lima puluh meter di sebelahnya, tapi memang mereka enggak saling kenal, jadi cuek saja. Mereka tidak tahu kalau keduanya sedang menunggu aku.

"Hai sayang, kamu aku cari-cari," Sapa Royan kepadaku, membuat Liza terbelalak melihatnya. Aku ya hanya santai, biasa saja.

"Eh kamu disini? Kenalin ini teman, sahabat, saudara aku yang paling dekat sama aku, namanya Liza." Royan mengulurkan tangan kepadanya. Liza pun menyambut uluran tangan itu. Menghargaiku.

"Salam kenal," jawab Liza pendek.

"Liz, dia Royan ...." Aku belum selesai mengatakan, dia sudah memotong duluan.

"Calon suami Inez," balasnya denga PD sekali.

Liza makin melotot dibuatnya.

"Oiya, aku tadi mau traktir Liza, tapi karena baju gantinya ini kotor kena es cream aku, yuk beli baju dulu, karena dia enggak nyaman memakai kostum ini, tadi aku foto-foto pakai gaun yang sama. Giliran mau ganti, baju dia kotor," jelasku panjang.

"Oke, enggak masalah. Kita bisa makan setelah ini," jawabnya ringan.

Disaat aku lihat Liza asyik keliling mencari baju dan Royan asyik memainkan Handphone nya, aku berpura-pura mengambilkan banyak pilihan baju kepada Liza, satu ... dua ... sampai empat pilihan baju aku taruh di hadapan dia.

"Nez, kira-kira dong kalau milihin, masak sebanyak ini aku, kan jadi bingung."

"Ayo deh buruan, ganti sana ke kamar ganti. Kamu bisa beli yang kamu rasa cocok, kan?" bujukku padanya. Yess! Akhirnya Liza ke kamar ganti dan aku bisa ngilang sekarang. jadinya kan mereka bisa berduaan. Hihihi.

Cuss aku mengendap-endap meninggalkan mereka tanpa sepengetahuan Royan, dan aku segera pulang ke rumah dengan memesan ojol yang ada. Aku tak henti-hentinya tertawa sendiri di jalan. Maafkan aku Liz, ini demi kamu juga, siapa tahu berjodoh dan kamu bisa sama dia kan lumayan. Biar enggak jomblo terus. Cantik-cantik masak jomblo. Aku nilai kalian cucok lah.

*******

ROYAN POV

Liza yang keluar kebingungan mencari Inez, dia mencari ke segala sudut display pakaian, dia mencari ke arah kanan dan arah kiri, tetap tak menemukan gadis itu. Akhirnya dia sepertinya memberanikan diri menanyakan kepadaku.

"Mas, Inez mana ya?" tanyanya pelan.

"Wah?! Bukannya sama kamu tadi? Aku enggak perhatiin, kan aku kira urusan cewek, jadi aku asyik main HP tadi," jawabku jujur.

"Ooh, ya sudah deh. Aku pamit pulang dulu kalau begitu. Kalau dia cari aku, bilangin aku sudah pulang," ucapnya lesu.

"Lho katanya makan dulu? Tadi dia cerita dia yang ajak kamu makan? Kita coba ke atas, ke foodcourd saja, nanti kita telefon dia biar nyusul kesana," jawabku memberi pilihan karena kasihan juga temennya Inez ini.

"Enggak, enggak usah Mas, aku pulang saja deh." pamitnya, ya aku bisa apa? Aku memang enggak ngerti apa-apa.

"KRUCUUUUUUU .... UKKKK!!!" terdengar keras sekali perut dia, kulihat teman Inez ini terlihat sangat malu dengan suara perutnya itu.