webnovel

Mengikuti Tanaman Merambat untuk Mendapatkan Melon (5)

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Hujan yang sudah mulai mengguyur semenjak pagi hari kian lebat. Langit juga menjadi semakin gelap. Beberapa orang yang sedang berada di jalanan memang bersemangat untuk keluar walau saat hujan, sehingga, mereka tidak berhenti dan tidak keberatan akan hujan yang turun. Tidak ada yang memperhatikan jumlah mobil-mobil yang tidak biasa yang diparkir di jalan.

Para karyawan Perusahaan Perbaikan Rumah Fengting baru saja tiba di gedung mereka untuk bekerja seperti hari-hari yang lainnya. Tiba-tiba, sekelompok pasukan penegak hukum merangsek masuk ke dalam dengan menunjukkan surat perintah penggeledahan. Tanpa menyia-nyiakan waktu, mereka menyita setiap benda yang dapat mereka temukan di dalam kantor.

Begitu mereka selesai, Direktur Eksekutif Perusahaan, Feng Guodong, merasa kosong seperti sebuah goa. Tak ada satupun yang ditinggalkan dari inspeksi ini, bahkan tidak satu tempat sampah pun.

Sekretaris dan para manajer perusahaan menelepon Feng Guodong secara membabi buta. Saat akhirnya mereka bisa tersambung dengan Feng Guodong, satu jam sudah berlalu sejak mereka berusaha menghubungi. Feng Guodong masuk ke mobilnya dan secepat kilat menuju ke kantornya.

"Apa yang kalian lakukan? Kami menjalankan bisnis yang sepenuhnya legal di sini, kalian tidak bisa asal menerobos masuk dan mengobrak-abrik tempat ini!" Feng Guodong membantah dengan sangat marah sambil terburu-buru masuk ke gedungnya. Ia telah begadang semalaman mencoba mengatasi kekacauan yang Feng Yixi perbuat. Hal terakhir yang ia tidak harapkan adalah perusahaannya juga terkena dampaknya.

Salah satu penegak hukum menunjukkan surat penggeledahannya. "Bank menuntut Anda karena dugaan penipuan. Kami hanya bertugas untuk mengumpulkan barang bukti."

Feng Guodong merasakan kekhawatiran mengucur dan meremasnya dengan cengkeraman halus tapi kuat. Setengah jam kemudian, para penegak hukum keluar dari gedung dengan membawa kotak-kotak berbagai macam ukuran: itu semua berisi berbagai macam dokumen-dokumen, perangkat keras penyimpanan komputer, laptop, tablet, dan juga ponsel.

Orang terakhir yang keluar gedung ialah Feng Guodong. Dengan kedua tangan terborgol, kedua bahu Feng Guodong membungkuk seiring ia menunduk sepanjang jalan dengan taat. Ia merupakan gambaran yang memprihatinkan dari kalangan elit tingkat tinggi yang dijatuhkan dari kedudukannya yang mulia. Ketika Feng Guodong akhirnya muncul keluar, para reporter dari stasiun-stasiun TV nasional dan publikasi online sudah menunggunya di luar. Kamera dan ponsel bertebaran karena mereka berjuang agar mendapatkan sudut foto terbaik sambil menembakkan pertanyaan-pertanyaan ke Feng Guodong yang penuh noda. Jadi, dengan adanya hal ini tajuk artikel utama berita seperti diberikan lagi oleh Keluarga Feng kepada massa yang masih bersemangat mengikuti.

Huo Shaoheng duduk di dalam RV Chrysler yang terparkir di seberang gedung. Ia menyaksikan peristiwa pembongkaran ini tanpa mengatakan sepatah katapun. Ketika semua orang telah dibawa, ia dengan kalem berkata, "Ayo pergi."

Di siang hari, pengajuan yang dibuat Perusahaan Perbaikan Rumah Fengting untuk didaftarkan pada pertukaran saham secara resmi ditolak oleh CSRC. Selain itu, bank juga meminta Perusahaan Perbaikan Rumah Fengting agar segera membayar uang pinjamannya secara efektif.

Telepon Keluarga Feng berdering tanpa henti di sepanjang bencana itu terjadi, satu setelah yang lain bertubi-tubi.

Hu Qiaozhen baru saja sampai rumah dengan kedua adiknya dan Pengacara Yan di belakangnya. Ia hampir tidak mempunyai waktu bahkan untuk minum air ketika putri tertuanya, Feng Yichen, datang dengan wajah pucat pasi dan ponsel di tangannya. Ia berkata, "Ibu, kita berakhir."

Pengacara Yan segera bertanya, "Ada apa? Saya sudah mengatakan kepada kepolisian tentang adikmu. Mereka akan mengeluarkannya begitu mereka selesai menginvestigasi."

"Ini bukan tentang Yixi. Ini tentang perusahaan kami.", kata Feng Yichen. Ponselnya bergetar dalam genggaman tangannya yang tidak stabil sebelum akhirnya jatuh ke lantai dan terhantam.

Hu Qiaozhen sangat cemas dan pergi ke kantor polisi untuk menjemput Feng Guodong, tetapi sebelum ia bersiap pergi, dua orang polisi muncul. Mereka mengumumkan bahwa Hu Qiaozhen telah memalsukan akun-akun untuk mendapatkan pinjaman bank dan menahannya langsung di tempat. Hu Qiaozhen adalah direktur finansial perusahaan sekaligus perwakilan hukum perusahaan. Kewajiban hukumnya, maka dari itu, lebih besar daripada sang suami, Feng Guodong.

Untuk menutup semua itu, rumah keluarga Feng ternyata juga telah dibeli di bawah nama perusahaan. Perusahaannya bangkrut, berarti rumahnya juga akan segera disita oleh bank.

...

Saat keluarga Feng masih terperanjat oleh putaran takdir yang tiba-tiba menghantam mereka, Huo Shaoheng sudah secara diam-diam kembali ke markas militer. Hari sudah malami. Hujan masih turun, tetapi dengan intensitas rendah menjadi gerimis kecil. Huo Shaoheng tidak memiliki payung. Ia berjalan sendirian ke rumahnya, rambutnya basah karena hujan. Tetesan-tetesan air berkilauan di rambutnya; sinar malam yang suram mengguratkan wajah seriusnya dan meningkatkan keindahannya yang menakjubkan.

Sejumlah petugas wanita mengirimkan tatapan asmara selama melihat Huo Shaoheng jalan menuju ke rumahnya. Namun, Huo Shaoheng tidak memedulikan mereka sama sekali. Begitu sampai rumah, ia langsung menuju ke kamar mandi, mengambil handuk, dan mulai mengeringkan rambutnya.

Chen Lie keluar dari kamar tidur dimana Gu Nianzhi masih terbaring. Ia melihat Huo Shaoheng telah kembali dan tanpa menunggunya untuk menanyakan pertanyaan yang tak bisa dihindari. Ia segera mengangkat tangannya dan berkata, "Belum, ia masih belum sadar, dan demamnya juga belum hilang."

Huo Shaoheng menggigit salah satu bibirnya. Ia meletakkan handuknya dan melangkah ke kamar tidur.

Ini adalah kali pertama ia menginjakkan kaki ke dalam kamar tidurnya sendiri dalam tiga hari terakhir. Lampunya masih menyala; Chen Lie lupa mematikannya sebelum keluar. Di samping tempat tidur terdapat tiang gantungan infus. Gu Nianzhi terbaring di atas kasur, tidak bergerak; salah satu lengan kurusnya bersandar di atas selimut ungu tua, ada jarum infus yang dimasukkan di atas punggung tangannya. Wajah Huo Shaoheng hampa. Ia duduk di tempat tidur dan menyentuh kening Gu Nianzhi tetapi dengan cepat menarik kembali tangannya.

Kening Gu Nianzhi panas oleh demam. Akan tetapi, wajahnya tidak memperlihatkan rona sakit yang biasa terlihat pada orang-orang yang sakit demam. Ia terbaring di atas tempat tidur dengan mata tertutup, kulitnya sepucat bulan. Bulu matanya yang tebal, hitam seperti sayap burung gagak, seperti dua kipas kertas mungil yang menutupi kedua matanya yang besar dan biasanya hidup itu.

Huo Shaoheng tiba-tiba teringat nostalgia. Ia rindu melihat bulu mata panjang Gu Nianzhi berkedip-kedip seperti animasi lagi, seperti halnya setiap kali saat ia berbicara kepada Gu Nianzhi. Meskipun lebih seperti diskusi satu pihak, dengan Huo Shaoheng kebanyakan hanya menggerutu tanpa balasan komentar, Gu Nianzhi tak pernah tampak lelah akan hal itu. Ia menikmati berbicara dengan Huo Shaoheng, bahkan jika kedengarannya seperti ia sedang berbicara dengan dirinya sendiri.

Sekarang, gadis kecil yang pernah sekali sangat menarik dan penuh kehidupan terbaring tidak sadarkan diri di atas tempat tidur dengan demam yang dideritanya. Hanya Tuhan yang tahu bila masih ada takdir yang lebih buruk untuknya. Huo Shaoheng berdiri, alisnya mengerut, dan berjalan keluar kamar. Waktu tak berpihak padanya. Ia harus melapor ke militer jika Gu Nianzhi tak kunjung membaik.

Selagi Huo Shaoheng berjalan keluar dari kamar tidur, headset bluetooth-nya berdering.

Panggilan masuk dari Zhao Liangze.

"Pak, Hu Chuanxin mengatakan bahwa ia membeli H3aB7 dari seorang wanita Jepang. Ini berarti kita sedang berurusan dengan sindikat musuh luar negeri, jadi ini berada di bawah yuridiksi Wilayah Militer Ke-6. Kita terlibat sekarang, suka atau tidak. Satuan Tugas Istimewa di kantor polisi telah menghubungi Markas Operasi Istimewa. Mereka berkata mereka akan memindahkan Hu Chuanxin ke kantor interogasi kita sesegera mungkin." Terdapat keheningan sejenak saat Zhao Liangze memeriksa sistem pelacakan GPS. Kemudian ia melanjutkan, "Mereka sedang berada di jalan."

...

Hu Chuanxin ditutup matanya dan dibawa ke ruang interogasi istimewa di markas Satuan Operasi Istimewa di Kota C.

Kepolisian Kota C: Satuan Tugas Istimewa pada akhirnya adalah tetap petugas hukum, sehingga tidak diizinkan menggunakan segala metode yang dianggap tidak biasa untuk membuat Hu Chuanxin berbicara.

Dikarenakan kepolisian mencurigai bahwa Hu Chuanxin telah menyembunyikan sesuatu dan apapun itu dipastikan berhubungan dengan sindikat musuh luar negeri. Maka, kepolisian segera melimpahkannya kepada Satuan Operasi Istimewa untuk menanganinya.

"Ia masih menyembunyikan sesuatu?" Yin Shixiong dan Zhao Liangze terburu-buru menuju pintu ruang interogasi dengan senyum sinis di wajah mereka. "Ia berkolusi dengan sindikat musuh luar negeri untuk menyabotase rekan senegaranya. Kita tak perlu bermanis-manis dengan sampah pengkhianat seperti dia!"

Huo Shaoheng masuk. Wajahnya suram dan seluruh perawakannya tampak seperti memancarkan kekejaman, aura yang menusuk tulang. Mereka yang berada di ruang pemantauan bisa merasakan bulu kuduknya merinding saat melihat Huo Shaoheng masuk.

Terakhir kali Mayor Jenderal Huo terlihat sangat suram adalah ketika suatu negara tertentu melakukan pembantaian manusia secara besar-besaran, membunuh tanpa pandang bulu siapapun yang menjadi keturunan dari orang-orang yang berimigrasi dari Kerajaan.

Kerajaan tidak membuat komentar resmi apapun, tetapi Satuan Operasi Istimewa telah dikirim ke negara itu selama satu malam. Setelahnya, pemerintah negara yang bersangkutan itu dipaksa mengadakan sebuah upacara pemakaman berskala besar secara publik untuk menenangkan dan mengirim arwah para korban pembantaian sebagai bentuk permintaan maaf.

Kali ini, aura yang tidak kenal ampun di sekitar Mayor Jenderal Huo bahkan menjadi lebih menyeramkan dari yang pernah ada di kejadian terakhir.