Besok adalah hari pertunangan Sabda dan Rayna. Selepas menjemput Rayna pulang kuliah, Sabda langsung tancap mobil ke sebuah caffe. Teman-teman nya sudah datang dari tadi. Mereka sudah janjian. Mereka jarang sekali berkumpul kalau nggak weekend karena sibuk dengan urusan masing-masing. Bahkan kali Sabda lah yang telat datang.
"Calon pengantin kita datang juga akhirnya!!! kenapa sih lu selalu telat datangnya?!" seru Dimas lalu memasukkan kentang goreng ke mulutnya.
"sorry bro, kan udah bilang tadi jemput Rayna dulu. Gue ngga mau lah terjadi apa-apa sama Calon istri gue." kata Sabda. lalu duduk di sebelah Vero. Vero tersenyum. Sabda terlihat bahagia sekali kali ini.
Vero dan Sabda sahabat dari SD sampai sekarang, ketika SMP mereka bertemu Dimas, Kemudian ketika SMA mereka bertiga bertemu dengan lucky dan satria. Itu pula alasan Vero lebih baik diam dengan perasaannya. Karena dia sudah sangat lama bersahabat dengan Sabda. Kalau Sabda bukan sahabatnya sudah pasti dia akan memperjuangkan Rayna.
"Bro, lu buru-buru amat mau berkomitmen sama Rayna! Kita masih muda bro! ya... gue tau sih lu sama Rayna udah bertahun-tahun pacaran. No gosip. No drama! hebat dah! " kata lucky.
"Ya gimana bro, gue udah nyaman, udah cinta. Gue udah nggak mau lagi cari - cari yang lain. Lu juga kan kelihatan nya udah nyaman sama Sandra kan? Gue nggak lihat lu punya pacar lagi selain Sandra. Biasanya aja masih jelalatan." Kata Sabda lalu tertawa.
" Ya, Gue udah pengen serius sih tapi buat berkomitmen ntar dulu deh. Gue masih pengen happy dulu. Maksud gue happy sama Sandra ya." Kata Lucky.
"Tapi bener juga sih ama yang Lucky bilang, lu masih otewe 24 tahun loh bro! Rayna juga masih 22 tahun. Ya nggak salah sih nikah. tapi apa lu nggak takut kalau nanti pas berumah tangga kalian masih saling ego?" Tanya Satria.
"ya nggak papa dong, toh kita rencana nikah juga masih nunggu Rayna lulus kuliah. Bokap nya bilang Rayna harus lulus kuliah. Ya misalkan boleh nih minggu depan nikah pasti gue nikahin. Ya selagi nunggu Rayna lulus kuliah gue bisa lah belajar dari orang - orang gimana seharusnya hidup berumah tangga. Gue selalu bayangin hidup gue penuh warna sama anak - anak gue dan Rayna. " Jawab Sabda yakin. Mendengar itu hati Vero serasa di tusuk. Sakit. Lagi - lagi dia hanya tersenyum.
'Sepertinya gue harus benar - benar melupakan Rayna. Gue nggak mau terjebak dengan perasaan ini sampai tua nanti. Bisa gila kalau kayak gini." Batin Vero. Sebenarnya dia lelah dengan perasaannya sendiri. Sulit sekali move on.
"Ah, tinggal coba aja sih, ntar kalau keburu jadi, tinggal nikahin deh Rayna. Lagian lu bertahun-tahun pacaran kok bisa sih ngga pernah buka segel." kata Lucky sambil tertawa. Hanya Lucky lah teman Sabda yang playboy cap Kadal. Tapi setelah bersama Sandra dia janji nggak akan main-main. Dia juga serius sama Sandra tapi nggak mau buru-buru nikah juga. Seperti yang dikatakannya tadi. Mendengar ucapan Lucky otomatis Sabda melemparkan kunci mobil ke arah Lucky. Kalau ada pisau udah dilempar pisau kali. Vero geleng - geleng kepala. Teman - teman nya yang lain juga. Sudah Vero pastikan kalau Rayna kenapa - kenapa dia sudah tidak ingat persahabatannya dengan Sabda. Tapi dia tau Sabda tidak mungkin aneh - aneh. Bukan seperti Lucky.
"pikiran lu perlu di panggilin cleaning servis! kotor mulu!" Seru Sabda. Teman-teman lainnya hanya tertawa. Vero? pastilah dia senyum. Dalam hati dia bersyukur Rayna mendapatkan Sabda bukan Lucky.
'Rayn, gue janji gue akan mencoba ikhlas. lebih ikhlas lagi sampai gue bisa tertawa lepas, bisa berbahagia ketika lu udah menikah sama Sabda. Rayn, Sabda memang orang yang paling bisa jaga lu.' batin Vero.
"Btw, kalian pada ke pertunangan gue ngga bawa pasangan nih?" tanya Sabda ke teman-temannya kecuali Lucky.
"Gue bawa dong. Semalam gue udah jadian sama Lita." Kata Satria sambil memainkan alisnya naik turun.
"Wah, lu pasti jadian karena ngga mau datang sendirian pas acara pertunangan sabda ya?" tanya Dimas.
"Ya ngga lah, moment nya aja pas Sabda mau tunangan."
"Eh bro, gue kenalin dong sama Anin. Temen Rayna itu tuh...." kata Dimas pada Sabda.
"Lah, lu pikir gue biro jodoh?! kenalan sendiri lah besok! atau kalau engga ajak tuh si Fitria mantan lu. Dia kerja di kantor cabang gue yang di hasannudin ( nama jalan ). Beda cerita kalau Vero nih gue pasti bantu cariin kalau dia mau." kata Sabda sambil merangkul Vero. Vero menggeleng sambil tersenyum.
"Bisa aja lu! gue lagi sibuk mikirin ngembangin usaha yang udah gue rintis sejak awal kuliah bro. Rencana nya besok gue mau ada pembukaan caffe di luar kota.Baru mau coba Bisnis Caffe." Ujar Vero lalu menyeruput kopi nya yang masih tersisa sedikit.
"Lah, lu juga harus datang lah bro besok! kalau lu ngga datang, dan gue ngga berhasil kenalan sama Anin, bisa salto - salto gue ntar! kalau disuruh sama si Fitria lagi ogah deh."kata Dimas.
"Gue usahin datang kok. ya gue udah janjian jauh - jauh hari sama orang - orang yang bantuin gue bukain caffe di sana. Ya kan mereka udah baik nyempetin waktu masak gue batalin gitu aja kan ga enak." Kata Vero
" Ya udah deh, gue cuma minta doa aja dari lu semoga lancar acara gue. tapi usahain datang ya?" Kata Sabda. Vero mengangguk lalu melihat jam tangan dan selanjutnya dia ijin pulang dulu karena ada kepentingan.
" Gue balik dulu ya bro! gue harus siap - siap buat besok." Kata vero lalu menyalami semua teman - teman nya. Sabda menatap punggung temannya itu sampai mobil yang ditumpangi Vero berlalu.
'Lu kenapa ver selama ini??? sepertinya lu menyimpan sesuatu' batin Sabda yang merasakan Vero berubah menjadi lebih pendiam.
"Si Vero kebangetan banget sibuknya. Gue ngga nyangka loh dia bakal sesibuk ini di masa Dewasanya." Kata Dimas sambil geleng-geleng kepala.
"Mana susah banget diajak nongkrong. Tumben-tumbenan juga dia mau diajak ke bukit waktu itu. Mana ngajak naik motor lagi! " Tambah Satria.
"Kalian ngga khawatir kan ma sahabat kita satu itu? Dia belum pernah bilang suka sama cewek bro!" Kata Lucky.
"Dasar pikiran lu jelek amat!" "Gobl*k lu!" Kata teman- temannya sambil menoyor kepalanya dan Lucky cuma bisa pasrah aja.
"Ya, dia kan jadi tulang punggung keluarga bro. Walaupun ada adiknya sekarang bantu tapi apa - apa kan tetep dia yang memutuskan. Tanggung jawab dia besar. Gue salut sama Vero!" Kata Sabda. teman - temannya diam. Dalam hati mereka membenarkan apa yang dikatakan Sabda.