webnovel

BAB 29

Pagi ini Rayna terlihat bahagia. Dia menyapa Papa dan Mamanya dengan suara yang riang.

"Papa!! Mama!!" sapa Rayna lalu mengecup pipi kedua orang tuanya

"Bahagia banget ya anak kita pa?" Goda Mama Rayna.

"Iya, kalau masih capek ngga usah masuk kerja dulu lah, Rayn." Kata Papa.

"Ngga papa pa, nanti Rayna cuma mau ijin pulang cepet aja. Soalnya mau jengukin Sandra. Istrinya Lucky. Tau-tau semalem dia mau lahiran pas acara udah selesai. Makanya Rayna pulang malam banget semalem." kata Rayna.

"Oh... yang hamil itu ya??? Untung pas ngga lagi rame-ramenya ya lahirnya." kata Mama. Pandangannya menuju ke leher Rayna. Lalu matanya menyipit.

"Mama lihat apa sih?" Tanya Papa.

"Hehehe... dari Vero." Kata Rayna. Rayna paham apa yang di lihat mamanya.

"Vero yang mengurus itu semua loh Rayn, Papa sih cuma iya iya aja, Masih diberi kejutan pula. Vero sepertinya memang bener-bener cinta sama anak papa yang cantik ini." kata Papa Rayna. Rayna malu, pipinya merona. Sepertinya dia mulai jatuh cinta sama Vero. Bukan berarti dia bisa melupakan Sabda, Sabda ada di hatinya yang terdalam. Sabda yang hidup dalam kenangan Rayna. Dan sekarang Vero lah yang ada di depan matanya.

"Pa, Rayna berangkat bareng papa ya?"

"Vero kemana nak?" tanya Papa.

"Baru bangun pa, tadi di kamar Rayna telepon. Kecapekan kali pa." kata Rayna.

"Oh iya benar juga." kata Papanya.

Ketika jam makan siang Vero sudah di kantor papa Rayna.

"Makasih ya Vero. Rayna terlihat bahagia sekali." kata Papa Rayna.

"Sama-sama Pa, Toh ini semua bukan karena saya saja,pa. Banyak yang membantu terutama papa."

"Mau ke rumah sakit ya?"

"Iya, pa. Di RSIA, jengukin anaknya Lucky. Baru lahir pagi tadi."

" Iya Rayna udah cerita sama papa. Semoga kamu dan Rayna segera menyusul ya. Karena papa sudah tidak sabar punya cucu." kata Papa Rayna lalu tertawa.

"Kalau Vero sih kapan Rayna mau, oke aja. Kalau mau nanti sore ke penghulu juga Vero oke in." Jawab Vero.

"Apa nih yang oke oke aja." Kata Rayna tiba-tiba masuk.

"Astaga Rayna! Kamu udah 2 kali mengagetkan kita. Bisa nggak ketok pintu dulu?!" Kata Papa Rayna.

"Hehe maaf bos! Pa, Rayna keluar dulu ya sama Vero? sekalian pulang nanti." pamit Rayna.

"Iya, hati-hati ya." Pesan papanya.

Vero dan Rayna menjadi pusat perhatian selama di kantor.

"Pak Vero semakin keren aja ya semenjak sama Bu Rayna."

"Bu Rayna semalem cantik banget. Pengen deh dimanjain gitu sama ayang..."

"Pak Andromeda pasti patah hati deh, denger-denger pas bu Rayna di pemasaran dia sering caper. Kata anak pemasaran sih gitu."

Rayna geli sendiri mendengar kata-kata karyawannya. Apakah membicarakan atasan di belakang menjadi hiburan tersendiri untuk karyawan? Biarlah, selama yang di dengar bukan hal buruk dan fitnah Rayna tidak akan ambil pusing. Andromeda? Rayna jadi ingat Vero selalu posesif terhadapnya ketika ada Andro mendekatinya.

"Ver!" Panggil Rayna ketika mereka berada di mobil.

"Ya?" Tanya Vero. Dia menatap Rayna. Tepat ketika Rayna sedang menatap Vero. Manik mata mereka bertemu. Seperti ada aliran darah yang mengalir cepat di tubuh Rayna. Entah selama ini dia yang tidak sadar kalau Vero tampan atau memang dia yang terlalu memikirkan kesedihannya sampai-sampai tidak melihat ada lelaki tampan yang tulus mencintainya.

"Kenapa Honey?" Tanya Vero dengan senyum manisnya membuyarkan lamunan Rayna.

"Em.... kenapa kalau ada Andromeda, lu seperti ngga suka?"

"Ya gue sukanya sama cewek lah, mana mungkin gue suka Andro." Kata Vero lalu tubuhnya mendekat ke arah Rayna. Wajah mereka sangat dekat jaraknya.

"Seatbeltnya mau dipakein apa dipake sendiri?" Tanya Vero.

"Oiya lupa." jawab Rayna lalu tersenyum untuk menutupi kegugupannya. Dirinya sangat gugup. Entahlah, Rayna hari ini seperti orang bodoh dihadapan Vero.

"Jangan gugup deket pacar." Kata Vero lalu mengecup bibir Rayna singkat. Kemudian memasangkan seatbelt Rayna. Rayna rasanya malu menatap wajah Vero. Rayna memalingkan wajahnya ke arah luar.

"Rayn!" Panggil Vero.

"Ya?" Rayna menjawab tapi waktu dia memalingkan wajah ke arah Vero, satu kecupan mendarat di keningnya. Aroma parfum Rayna ternyata membuat Vero ingin terus mencium Rayna. Vero berusaha menahan keinginannya untuk terus mencium Rayna. Vero takut Rayna tidak nyaman jika seperti itu. Walaupun Vero tau Rayna terlihat salah tingkah sebenarnya.

"Bisa ngga, jangan suka nyuri-nyuri ciuman ke gue?"

"Hehehe... Parfum lu hari ini enak banget wanginya." kata Vero lalu menjalankan mobilnya. Untung saja Kaca mobil Vero gelap, jadi tidak terlihat dari luar.

"Baiklah, besok gue nggak akan pake parfum ini."

" Tapi gue udah kecanduan sama lu kayaknya."

Rayna menggelengkan kepalanya. Capek meladeni Vero. Tiap ngomong selalu ngeles.

Rayna dan Vero mencari kado untuk anak Lucky. Mereka mencari di toko perlengkapan bayi.

"Lucu ya, jadi pengen punya anak." Kata Vero. Rayna diam saja. Dia sibuk memilih.

"Kita beli stroller aja deh ya?" Akhirnya Rayna berjalan menuju tempat stroller. Vero mengikutinya dari belakang.

"Silahkan bu." Kata pegawai toko tersebut. Rayna tersenyum. Rayna memperhatikan stroller mana yang bagus. Sedangkan Vero sibuk memperhatikan Rayna dan pegawai toko itu malah terpesona oleh Vero. Vero tau pegawai itu cari perhatian karena ketika melihat Vero tadi dia membuka satu kancing bajunya paling atas sambil sok sok an tersenyum ramah. Tapi untuk apa lah jika Rayna jauh lebih baik dari cewek penggoda itu. Badan Rayna pun tak kalah seksi. Vero hanya ingin tau bagaimana reaksi Rayna melihat Pacarnya dilihatin orang lain.

"Yang ini sama ini bagus mana ya mbak?" Tanya Rayna. Tidak ada jawaban. Dia menoleh ke arah pegawai toko yang mencuri-curi pandang ke arah Vero.

"Ekhem!" Rayna berdehem. Pegawai toko itu langsung melayani Rayna.

"Iya bu, bagaimana?"

"Udahlah, saya mau yang ini, tolong bungkusin sekalian! " Kata Rayna sambil memilih salah satu stroller, wajahnya terlihat bete kemudian melenggang ke kursi tunggu yang tak jauh dari kasir. Vero duduk di sampingnya. Terlihat pula kasir yang sedang tidak melayani pembeli malah asyik melihati Vero. Rayna makin jengah dibuatnya. Dulu ketika bersama Sabda, Sabda tidak pernah melepaskan Rayna, jadilah tidak ada orang lain yang mencari perhatian. Sedangkan sama Vero, Vero selalu berjalan di belakangnya. Mungkin saja Vero dikira Driver atau asistant pribadi Rayna. hehe..

Vero melihat wajah Rayna yang terlihat bete. Tidak ingin menambah pacarnya semakin marah, Vero langsung merangkul bahu Rayna. Duduknya semakin dekat dengan Rayna. Rayna membiarkannya saja. Tak lama kadonya pun jadi. Rayna segera membayar ke kasir. Pelayan yang membungkus kado tadi menyerahkannya pada Vero.

"Terimakasih." Kata Vero sambil tersenyum. selesai membayar Rayna langsung meninggalkannya begitu saja.

"Rayna!!" Panggil Vero sambil mempercepat langkah kakinya.

"Udah tau pegawai tokonya caper, malah diladenin." Kata Rayna. Vero membuka bagasi mobilnya dan meletakkan kado itu disana. Rayna hendak membuka mobil tapi dicegah oleh Vero.

"Apa perlu aku cium kamu disini suapaya mereka semua tau kalau aku cuma tertarik sama kamu?" tanya Vero. Dia sudah ber-aku-kamu pada Rayna. Tangan Vero diangkat ke atas. Ada selembar kertas bertuliskan nomor ponsel.

"Ini dari mbak-mbak yang bungkus kado tadi. Mungkin dia masih ngelihatin kita dari dalam. Atau mungkin enggak. Ngga penting buat aku. Nih di depan kamu nih, disini aku robek kertas ini." kata Vero lalu merobek kertas tadi. Lalu dia mencium kening Rayna. Rayna kaget dengan tindakan Vero.

"Malu ih!" Kata Rayna lalu membuka pintu mobil. Vero hanya tersenyum melihat tingkah pacarnya yang sedang cemburu itu. Hatinya berbunga-bunga.

" Aku seneng lihat kamu cemburu." Kata Vero sambil tersenyum-senyum.

"Kalau seneng bikin aja cemburu terus."

"Jangan marah dong, honey." kata Vero. "Aku... ngga papa kan kalau ngga gue lu gue lu lagi sama kamu. Aku panggil kamu honey boleh kan?" Tanya Vero. Rayna menarik nafasnya. Lalu mengangguk.

"Makasih ya. Kamu tau, Aku ngga bisa ngelarang orang buat ga lihatin aku, atau lihatin kamu. Yang jelas aku sayang sama kamu." Kata Vero lalu mengecup kening Rayna. Tanpa banyak bertanya lagi, Vero menjalankan mobilnya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Vero berjalan sambil tangan kirinya merangkul pinggang Rayna. Bukannya dia ge-er tapi bisa ribet urusannya kalau ada yang curi-curi pandang malah bikin Rayna marah lagi. Dia juga tidak mau Rayna dilirik cowok lain. Tangan kanan Vero membawa kado yang lumayan berat.

"Hon (Baca:han. Honey:Hani) aku ngga enak jalannya kalau kamu gini. Serasa dunia milik berdua aja." Kata Rayna.

"Ngga papa daripada aku di ambekin kalau pacar aku cemburu." Kata Vero. Di ruangan Lucky sudah ada Satria, Lita, Dimas, dan Anin. Ada mama Sandra juga tapi karena banyak orang beliau bilang mau nyari udara segar dulu mumpung banyak yang jagain anaknya.

"Hai jagoan tante!" Sapa Rayna pada bayi mungil itu. Rayna dengan cekatan menggendongnya. Dia sudah pernah latihan menggendong bayi Runa, keponakan Sabda waktu masih bayi.

"Jadi pengen punya kayak gini deh." kata Vero.

"Kode keras." kata Lucky

"Sudah meronta ronta jiwa kebapakannya." Kata Dimas.

"Tapi udah pantes kok." Tambah Satria. Semua tertawa karena kehadiran bayi lucu nan ganteng itu.