webnovel

BAB 25

Hari ini Vero sibuk di kantor. Di kantor sudah ada satu paket produk kecantikan milik perusahaan papa Rayna.

"Jadi kapan mulai pemotretan pak?" Tanya karyawan Vero.

"Minggu depan kalau semua udah siap bisa langsung dikabarkan ke pak Handoyo ya."

"Baik pak, saya usahakan nggak sampai minggu depan gaun untuk Bu Rayna sudah di kantor. Saya juga sudah menghubungi make up artist nya. "

"Oke, nanti saya ke tempat pak Handoyo. Saya akan bicarakan ini sama beliau." Kata Vero lalu keluar ruangan, masuk ke mobil dan menjalankan mobilnya ke kantor papa Rayna. Vero belum tau Rayna dipindah ke divisi mana sekarang. Jam menunjukan pukul 11 siang, sebentar lagi Rayna istirahat.

"Semoga om Handoyo ngga ngajakin ngobrol lama-lama." Kata Vero.

Sampai di kantor Papa Rayna. Vero berpapasan sama Rayna dan satu orang karyawan lagi ketika akan naik lift. Vero yang sejak kemarin sibuk tidak menghubungi Rayna sama sekali.

"Hai Rayn!" sapa Vero.

"Hai, sibuk banget keliatannya." Kata Rayna.

"Iya." Jawab Vero singkat.

'Dari kemarin ngga ada kabar, sekarang cuma jawab iya doang.' Batin Rayna. Sejujurnya Rayna sudah sangat terbiasa drngan kehadiran Vero dalam hidupnya. Tapi ada rasa bersalah pada Sabda yang Rayna tidak tau bagaimana cara menghilangkannya jika dia terbawa perasaan pada Vero.

"Mau ketemu papa?" Tanya Rayna. Vero mengangguk. Hampir saja pintu lift tertutup tiba-tiba terbuka dan munculah Andromeda. Dia melirik Vero sekilas. Vero tidak balas memandang.

"Bagaimana bu Rayna hari pertama di divisi keuangan?" Tanya Andro dengan senyum ramahnya pada Rayna. Rayna juga membalas tak kalah ramahnya.

"Baik kok, semuanya juga baik. Ya kan Nan?" Tanya Rayna ke Nanda. Nanda, anak Keuangan yang ditugaskan membantu Rayna. Nanda cuma tersenyum sambil mengangguk. Vero memandang sekilas cewek bernama Nanda. Baguslah, sepertinya dia pendiam. Tidak seperti anak-anak pemasaran yang heboh menjodohkan Rayna dengan Andro. Sampai di lantai 5 Rayna pamit keluar dulu termasuk pada Vero.

"Bu Rayna, nanti makan siang sama saya." Kata Vero. Ya, dia memang berkata bukan bertanya. Terdengar memaksa kah? Rayna menengok sebentar lalu mengangguk. Seperti ada rasa hangat dalam hati Rayna ketika dua hari kemarin Vero tidak mengganggu dia sama sekali rasanya hari-harinya sepi.

"Mau kemana?" Tanya Andro.

"Maksudnya?" Vero bertanya, apakah maksud Andro mau kemana dia sama Rayna nanti makan siang?

"Lu sekarang mau kemana?"

"Ketemu pak Handoyo.Lu?"

"Sama kalau begitu."

Sampai di ruangan papa Rayna, Pak Handoyo menjelaskan kalau 'Rayna Cosmetics' akan launching ketika ulang tahun Rayna maka dari itu semua harus sudah siap dan jangan sampai ada yang gagal. Vero menjelaskan bahwa semua yang dibutuhkan untuk pemotretan sudah siap 90% dan selambatnya minggu depan mungkin bisa mulai pemotretan. Andromeda juga memaparkan apa saja yang akan dia lakukan bersama teamnya untuk memasarkan produknya. Tepat jam makan siang papa Rayna menyudahi pertemuan.

"Om, sorry ya saya ngga bisa lama-lama. Mau makan siang sama Rayna. Atau Om mau makan siang bareng kita?" Tanya Vero berbasa basi.

"Oh, iya iya iya, om sudah tua, tidak enak kalau mengganggu anak muda." Kata papa Rayna sambil tertawa. Andro yang melihat kedekatan Vero dengan bos nya hanya diam.

"Tunggu di lobi ya. Ini mau turun." Kata Vero. Ketika akan naik lift ponselnya berdering. Telepon dari Rayna.

Vero dan Rayna makan di caffe dekat kantor Rayna. Seperti biasa. Mereka makan sambil membicarakan dimana tempat pemotretan produk kecantikan milik Rayna.

"Lu ada - ada aja ya.Ver, nyuruh gue jadi model. Gue ngga bisa jadi model!" omel Rayna.

"Ngga papa, nanti ada yang mengarahkan gayanya kok."

"Tapi wajah gue ngga menjual. Awas aja ntar kalau produk gue ngga laku!"

"Tenang aja, pasti laku. Lu kalau di make up ngga kalah cantik sama artis kok." Kata Vero.

"Oh, kalau gue nggak make up gue jelek ya?" Tanya Rayna. Ah, begitulah wanita.

"Cantik kok. Lu tau dulu gue jatuh cinta sama lu sejak SMA. Tapi gue keduluan ma temen gue." Kata Vero. Rayna terbelalak kaget. Dia kembali ke memorinya waktu SMA dimana Vero suka tersenyum ketika berpapasan waktu awal-awal masuk SMA dulu.

"Lu ngomong apa sih, ada-ada aja." Kata Rayna menganggap omongan Vero hanya bercanda. Vero hanya diam. Hatinya ragu untuk melanjutkan kata-katanya.

Malamnya Vero ke rumah Rayna, Sejak pulang dari kantor papa Rayna, Vero terus memikirkan Rayna. Dia teringat kata-kata mamanya.

"Hai, Rayn!" Sapa Vero.

"Hai." Rayna lalu duduk di samping Vero. Mereka duduk di teras.

"Rayn, emmm.... yang gue omongin tadi waktu kita makan siang, gue beneran Rayn suka sama lu." Kata Vero. Dalam hati Vero bertanya 'Apa begini cara nembak cewek? Semoga bener.'

"Ver, gue.... "

"Gue pengen serius sama Lu."

"Tapi... Gue ngga bisa khianatin Sabda." Kata Rayna. Mendengar jawaban Rayna Sabda lalu memegang pundak Rayna, ditatapnya mata Rayna.

"Lu sadar ngga sih Rayn? Sabda udah ngga ada. Apa lu mau begini terus? Sampai kapan?"

"Tapi Gue yakin Sabda nunggu gue Ver!"

"Rayn, lu punya kehidupan yang mesti lo jalanin! Lu jangan ngaco!" Kata Vero sedikit berteriak membuat Rayna kaget kemudian menangis. Rayna langsung masuk ke rumahnya meninggalkan Vero. Orang tua Rayna yang ada di dalam rumah mungkin kaget mendengar suara Vero, mereka berpapasan dengan Rayna ketika Rayna masuk ke rumah. Mama Rayna mengejar Rayna. Papa Rayna menemui Vero.

"Ada apa Ver? Kenapa Rayna?" tanya Papa Rayna.

"Om, maaf om tadi saya kelepasan berbicara dengan nada tinggi sama Rayna. Saya ngga bermaksud om. Jadi tadi sebenarnya saya mengungkapkan perasaan saya ke Rayna. Tapi Rayna terus bilang kalau dia mau setia sama Sabda. Saya salah om, harusnya saya bisa lebih bersabar." Kata Vero dengan penyesalannya. Papa Rayna kemudian menepuk pundak Vero.

"Kamu pulanglah dulu. Nanti Rayna biar om dan tante yang mengurusnya." Kata Papa Rayna.

"Makasih ya om." Kata Vero lalu kembali ke rumah dengan perasaan hampa.

Beberapa hari Rayna tidak mau mengangkat telepon dari Vero. Chat pun tidak dibalas. Vero kerumahnya pun Rayna tidak mau menemui. Vero sampe frustasi dibuatnya.

Disinilah Vero sekarang. Di caffe tempatnya berkumpul dengan teman-temannya.

"Lu sabar Ver, coba lu ke kantornya." Kata Satria.

"Percuma Rayna tidak mau keluar. Gue ngga mungkin bikin keributan disana."

"Coba terus. Besok lu harus datang lagi ke kantor Rayna. Ingat lu harus berhasil. Rayna mau ulang tahun bro." Kata Dimas.

"Di kantor Rayna ada rooftop ngga sih? kalau ada coba lu bawa dia kesana, kan sepi tuh, lu bisa bebas ngomong ma Rayna." Tambah Lucky.

"Oke akan gue coba." kata Vero lalu melipir begitu aja tanpa pamit ke teman-temannya.

"Kayaknya temen kita mulai gila deh." Kata Dimas.

"Kita kesana yuk! Ajak Lita sama Anin. Kita lihat mereka baik-baik aja apa ngga. Takutnya Rayna.... ya lu pada tau sendiri lah yang udah-udah bagaimana.." Kata Satria.

Beberapa hari ini Rayna memikirkan ucapan Vero. Dia bimbang antara menerima atau menolak. Vero benar dia memang punya kehidupan yang harus dijalani. Rayna sering melamun di kerjaan. Akhirnya Rayna bilang ke atasannya kalau dia mau ijin pulang dulu. Apalah daya, Rayna ngga ada semangat hari ini. Atasannya hanya bisa menyetujui karena walaupun dia atasan tapi dia akan jadi bawahan Rayna suatu saat nanti.

Rayna ke ruangan papanya.

"Pa, Rayna mau pulang ya, Rayna ngga semangat." Kata Rayna sambil menelungkupkan kepalanya di meja papanya. Papa Rayna baru saja chat papa Rayna apakah Rayna masuk kerja atau nggak karena dia mau ketemu Rayna.

"Rayna, pusing?" Tanya papanya, ya sekedar mengulur waktu biar Vero bisa ketemu Rayna.

"Nggak pa, cuma mau ngapa-ngapain ngga konsen."

"Rayn, dengerin papa, Rayna punya mama, punya papa, mama papa pengen Rayna bahagia, suatu saat nanti mama papa juga akan meninggal sayang, Rayna nggak mungkin hidup sendirian. Vero benar nak, Rayna punya kehidupan yang harus Rayna jalani. Sabda akan bahagia jika Rayna bahagia. Sabda nggak akan sedih kok kalau Rayna suatu saat menikah. Justru Sabda bahagia karena ketika Rayna sudah punya keluarga dan punya anak-anak yang lucu, Rayna akan bahagia." Kata Papanya dengan sabar.

"Iya pa Rayna tau. Rayna takut Vero tidak sama seperti Sabda dan kalau Rayna pacaran sama Vero, nanti Rayna putus, Vero jadi jauh sama Rayna. Selama ini Vero udah baik banget sama Rayna."

"Hanya baik? Apa Rayna tidak ada rasa sama Vero?"

"Rayna nggak tau pa. Rayna mau pulang aja ya pa." kata Rayna lalu bangkit dari kursinya dengan muka yang kusut.

'Aduh Vero belum sampai apa ya??' Papa Rayna terlihat gusar. Dia sangat ingin Rayna membuka lembar baru dalam hidupnya. Tepat saat Rayna membuka pintu Vero datang. Rayna kaget, Begitu juga dengan Vero.

"Rayn!" sapa Vero. Tiba-tiba gugup menyerangnya.

"Sorry Ver, gue mau lewat. Permisi." kata Rayna lalu melewati Vero.

"Rayn!" Vero langsung menahan Rayna dengan menahan pergelangan tangan Rayna. Ada Randi, sekretaris papanya yang cuma bisa diam saja melihat mereka berdua.

"Lepas Ver!"

"Rayn please ikut gue sebentar!" Kata Vero lalu menarik Rayna untuk ikut bersamanya. Papa Rayna yang melihat kedua muda mudi itu hanya bisa geleng-geleng kepala lalu menelepon istrinya.

"Vero! Apa-apaan sih!" Kata Rayna sambil memukul tangan Vero. Vero diam saja walaupun kesakitan. Vero masuk ke lift membawa Rayna ke rooftop gedung tersebut.

"Vero! Tangan Gue sakit!" Teriak Rayna. Vero segera melepaskan genggamannya.

"Rayn, Dengerin gue. Gue tulus mencintai lu. Gue ngga main-main." Kata Vero. "Bahkan gue rela kalau lu jadi istri gue, lu mau nengokin makam Sabda setiap hari pun gue anterin! Gue nggak peduli lu mau masih ada rasa sama Sabda atau nggak di hati lu! Gue tulus Rayn, gue cuma ingin dekat sama lu, jagain lu, bukan karena Sabda, tapi gue tulus dari hati gue. Lu mau jadi pacar gue?" Tanya Sabda. Rayna diam. Air matanya sudah di pelupuk mata. 'Kalau yang aku lakuin salah, maafin aku Sabda.' Batin Rayna.

"Lu janji nggak bakal nyakiton gue, Ver?" Tanya Rayna.

"Pasti." jawab Vero.

"Gue... Em... Kalau gue jadi pacar lu, Lu mau ngasih waktu gue buat belajar mencintai lu? Gue nggak tau kapan gue bisa mencintai lu sepenuhnya. Kalau itu lama, apa lu bisa?" Tanya Rayna.

"Apapun yang lu minta. Tapi jangan pernah minta gue buat jauhin lu." Kata Vero. Rayna mengangguk sambil berkata "ya" dengan pelan tapi Vero masih bisa mendengarnya.

"Apa artinya ini lu nerima gue?" Tanya Vero. Rayna mengangguk.

Vero menatap mata Rayna. Ada air mata disana. Vero langsung mengusap air mata itu dengan jarinya.

"Jangan menangis. Gue akan selalu ada buat lu. Makasih ya. Jangan pernah tinggalin gue." Kata Vero lalu memeluk Rayna. Ragu-ragu Rayna melingkarkan tangannya di badan Vero. Sebuah senyum terbit di wajahnya. 'Semoga gue nggak akan ngecewain lu,Ver.' Batin Rayna.

"Ekhem!" Suara deheman yang mirip suara papa Rayna terdengar. Mereka langsung melepaskan pelukan mereka.

"Papa gangguin anak muda aja sih!" kata Mama Rayna disambut tawa dari teman-teman Rayna dan Vero yang udah berdiri di dekat pintu Rooftop. Vero dan Rayna jadi salah tingkah dibuatnya.

++++

Adakah yang ikut senang sama Vero yang jadian sama Rayna???