webnovel

Guntur & Shabi

"Lepasin gue!! "Teriak Shabi keras Bukan melepaskan Guntur semakin mempererat cengkaraman tangannya... "Gue pikir-pikir elo cantik juga." seringai licik tergambar pada bibir cowok populer sekaligus anak pemilik sekolah. "Hahaha... Memangnnya elo punya pikiran?!!! shabi melotot puas menghina cowok brengsek itu.. "Mulai sekarang kita pacaran kalau gak bea siswa lo bakal dicabut dan gue bakal suruh guru-guru bikin penilain jelek biar lo gak dapat beasiswa lagi." "Dasar gila!! Elo tuh cuma bisa berlindung dibawah ketek ortu lo doang, Cih" "Pokoknya mulai hari ini kita pacaran dan ingat jangan sampai siapapun tahu tentang hubungan kita!!!" Guntur mencium paksa shabi, "Mulai sekarang elo milik gue dan cuma gue yang boleh sentuh elo."

MissYu11 · Teen
Not enough ratings
128 Chs

Korban Sasaran Empuk

Happy Reading

"Btw..Nyokap lo sama bokapnya Brian saudara sekandungkan?"

Mendengar pertanyaan konyol macam itu reaksi Guntur menggelengkan kepala, nyengir.

Cowok itu masih sibuk mengetik tugas sekolah by laptop.

Pandangan cowok keren itu ke arah sampingnya, menatap muka cantik pacarnya tersebut.

"Menurut kartu keluarga punya opa sama oma si gitu."Sahut Guntur dengan gaya santai lalu kembali menfokuskan pandangan ke arah laptop.

"Tapi kok sifat mereka bertolak belakang banget ya?Om Nathan itu sikapnya jauh lebih baik dibandingkan nyokap lo."

"Terus kenapa?" Timpal Guntur cuek.

Cowok ganteng itu menghentikan kegiatan mengetiknya, Menarik pergelangan tangan Shabi agar berada dalam pelukannya.

Mengecup bibir pink Shabi gemas, mencubit hidung pacar tersayangnya.

Melepaskan Shabi kembali melanjutkan mengetik.

Mengunyah anggur.

"Gue pikir om lo itu bakal serem kayak nyokap lo tapi malah ternyata asik diajak ngobrolnya sama kayak tante Jena."

"Asal lo tahu ya, Om Nathan itu mang berbeda karena itu gue salut sama dia dari kecil."

Guntur akhirnya menyelesaikan tugasnya lalu menyipannya, meng off kan laptop.

Memasukan laptopnya ke dalam tas khusus.

"Tante Jena punya penyakit jantung karena itu dua kali melahirkan dilakukan secara caesar, Om Nathan sayang banget sama tante Jena sampai nggak peduliin larangan keluarga besar buat menikahi tante jena.Takutnya nggak mampu ngurus suami dalam kondisi kayak gitu tapi waktu membuktikkan dia sanggupkan."

Mendengarkan fakta ini Shabi merasa iba, tak menyangka sosok tante Jena yang ceria itu mempunyai penyakit jantung.

Pantas Brian terlihat khawatir dan over ptotektif padan sang mami.

"Kasihan banget si tante Jena, kenapa ya kebanyakan orang baik di dunia malah menderita?sedangkan orang jahat malah sebaliknya." Mimik Shabi berubah sedih lalu menunduk lemas.

Guntur memeluk Shabi lalu mengelus punggung cewek cantik itu.

Memberikan jawaban bikin Shabi terperangah.

"Menurut gue karena orang jahat bakal menderitanya diakhirat dan nggak akan ada kesempatan menghapus dosa mereka lagi, Sedangkan penderitaan yang dialami orang baik di dunia adalah cara Tuhan membantu mengahapus dosa mereka buat bekal masuk surga."

-

-

-

-

Nathan tengah malam masuk ke dalam kamar Brian, meminta Brian berbicara empat mata.

Awalnya Brian menolak sampai akhirnya pria itu meneteskan airmata dan memohon.

Brian pun akhirnya luluh.

"Aku nggak nyangka papi yang selama ini aku banggain, ternyata cuma pria brengsek yang berkedok sebagai suami dan ayah yang mengangumkan, Shit!"

Meskipuna volume suara Brian kecil tapi nada-nada emosi masih dapat dirasakan oleh Nathan.

Pria yang masih terlihat gagah dan tampan tersebut membuka suara.

"Kamu kecewa dan marah sama papi itu hal wajar."

Nathan menghenbuskan nafas dengan berat lalu melanjutkan omongan.

"Meskipun begitu kamu harus tetap dengerin alesan papi sebenarnya."

Brian tertawa meledek. " Seringkali alesan adalah alat seseorang untuk membenarkan kelakuannya bukan menjelaskan persoalan sebenarnya ya kan,Pi."

"Papi cinta banget sama mami, tapi sebagai pria normal yang memiliki kebutuhan biologis cukup tinggi mami belum mampu memuaskan papi. Papi nggak bisa nyalahin mami karena kondisinya memang tak memungkinkan, akhirnya papi mutusin diam-diam menyewa cewek-cewek muda untuk memenuhi kebutuhan biologis papi sebagai pemuas nggak lebih!"

"18 tahun papi diam-diam main serong!! Gimana kalo situasi dibalik papi yang berada dalam posisi mami, Apa papi bakal memaafkan mami?bakal kuat?nggak benci mami?!" Kali ini Brian yang meneteskan airmata.

Nathan membeku ,wajahnya terlihat frustasi.

Brian mengusap airmatanya.

Memegang bahu ayahnya,menguncangkan kedua bahu Nathan kuat.

"Jawab,Pi."

-

-

-

"Sha, lo dah selesaikan haidkan?" Bisik Guntur memasang muka mesum ciri khasnya.

Tangannya dengan gerakan nakal main masuk kedalam celana cewek cantik tersebut.

Tersenyum senang karena mengetahui tak ada lagi pembalut.

"Gua lagi nggak mood nih, besok aja deh." Tolak Shabi menyingkirkan tangan Guntur dari dalam cd-nya, melotot.

Bersiap untuk tidur, mencari posisi dirasa enak.

Guntur cemberut. "Gue udah puasa seminggu, sekarang lo enteng banget ngomong gitu..Tega banget."

"Beneran gue lagi nggak mood."

Shabi bukannya jahat atau tega tapi dia benaran ngantuk juga sedang tak mood.

Sekarang tingkah Guntur udah kayak anak kecil yang ngambek gara-gara permintaanya tak dikabulkan.

"Okey, let's go to sleep." kata Guntur mengalah.

Shabi tersenyum lalu menarik tangan Guntur agar cowok itu berbaring disampingnya, mereka berciuman penuh gairah.

Ciuman keduanya semakin liar, bahkan keduanya memainkan lidah disela-sela ciuman.

Menelan saliva masing-masing.

Guntur tersenyum bahagia setelah menyudahi ciuman mereka lalu saling berpandangan.

"Good Night." kata Guntur disertai tatapan mesra.

Shabi tersenyum. "Good Night."

Gunturpun memeluk Shabi dari samping.

Merekapun tertidur lelap.

-

-

Jena tak meyangka bahwa Nathan sembunyi-sembunyi ternyata sering tidur dengan cewek-cewek muda murahan selama pernikahan mereka, iya Jena mendengar obrolan suami dan anaknya tanpa sengaja.

Untung saja jantungnya masih kuat mendengar fakta ini.

Wanita cantik ini menangis pilu, dia merasakan sakit,marah sekaligus kecewa luar biasa namun tak tahu harus apa?

Melihat istrinya menangis, Nathan memeluknya dari belakang.

Tapi Jena melepaskan pelukannya.

"Kamu kenapa? Sayang." Tanya Nathan bingung bercampur khawatir.

"Aku sudah mendengar semua obrolan kamu sama Brian tadi."

Dengan nada terbata-bata dalam tangisannya wanita yang dulu seorang model populer itu mengatakan hal sebenarnya penyabab dia menangis.

Plakkk....ppplakkkk.... Pllllakkk... Plakkkk

Empat tamparan keras mendarat dikedua pipi Nathan, pria itu terlihat syok berat bahkan wajahnya terlihat pucat dan bersalah.

Baru kali ini istrinya yang begitu dicintainya menamparnya.

"Sebelum kita menikah ribuan kali aku bilang kemungkinan besar aku nggak akan sanggup memenuhi kebutuhan biologis kamu dan jadi istri sempurna seperti kebanyakan istri pada umumnya,Mas!! Kamu bilang nggak masalah,tapi nyatanya!!" Tangisan Jena makin kencang.

Nathan diam membisu, menangis.

Perasaanya hancur berantakan seketika saat melihat istrinya terlihat terpuruk.

Bahkan Jena sempat meminum obat disala-sela tangisanya.

Pria itu tertunduk lemas.

"18 Tahun pernikahan kita, kamu berhasil bikin aku bangga dan merasa beruntung tapi nyatanya selama itu kamu tidur dengan orang lain!!" Sambung Jena emosi, menghapus airmatanya.

"Maaf...Maaaf.... Maaaaaffff..Maaaaaaffffin aku sayang, Aku mohon."

Hanya kata-kata itu yang mampu diucapkan oleh Nathan disela tangisannya.

-

-

-

"Billa."

Sapa seorang pria keren dalam balutan pakaian kerja, saat cewek itu menunggu ojol.

Shabi terlihat kesal atas kehadiran orang masa lalunya itu.

"Pergi!" Usir Shabi ketus.

Pria keren itu menolak permintaan, masih tetap berdiri dihadapan Shabi.

"Kita perlu bicara empat mata, Please."

Cewek cantik itu melempar pandangan marah.

Menyingkirkan tangan si pria itu dari jemari lentiknya.

"Nggak ada hal yang perlu dibahas, Pergi!"

Nada ketus terlontar dari penolakan cewek itu.

Bahkan tak sudi hanya untuk menatap muka lawan bicaranya tersebut.

"Billa,Please." pria itu memohon.

"No way and get out!!" kembali mengusir pria itu tapi dengan nada cukup tinggi.

Tapi tiba-tiba ada seseorang dari belakang membiusnya dengan memakai serbet dan semuanya dirasakan oleh Shabi pandanganya perlahan menjadi gelap.

-

-

Hebe menghampiri Guntur yang sedang melamun.

Duduk disamping cowok itu, mendorong kursi Guntur agar semakin mendekat.

Hebe berbisik. "Kalo kamu mau main sama aku selama seminggu full, aku janji kamu bisa berhenti bekerja terus aku bakal kasih uang sebanyak 100 juta."

Guntur terkejut dengan tawaran Hebe.

Tak menyangka Hebe terang-terangan seperti ini

"Just for a week, come on. No body know about this but us." Rayu Hebe pantang menyerah.

Hebe tersenyum menggoda. "Takes my words, Aku ini orang pantang berbohong kalo perlu buat perjanjian hitam diatas putih ."

Guntur terlihat mempertimbangkan tawaran sang bos.

Cowok itu masih membisu.

"Okay, kamu pikirin baik-baik ya."

Hebe mengecup bibir Guntur tanpa malu dan baru beberapa langkah Guntur memanggil Hebe.

Hebe sudah percaya diri Guntur akan setuju, berbalik badan lalu melipat kedua tangannya.

Guntur berjalan menghampiri Hebe, menarik pinggang ramping cewek itu agar semakin mendekat kemudian menunjukan screenshot transaksi

m-banking uang sebanyak 100 juta masuk ke rekening Hebe, Tersenyum.

"Good Bye Boss."

Dan Gunturpun pergi dan Hebe merasa sangat kesal.

Wanita itu tersenyum menutupi kemarahannya.

Guntur merasa ada seseorang mengikuti langkahnya dari belakang tapi nyatanya pas di check tak ada.

Dia melanjutkan perjalanannya.

Namun...

Dor....

Satu tembakan mendarat tepat di perut Guntur dan darah keluar banyak membasahi kemejanya, Guntur yang baru kali pertama mengalami terkena tembakan merasa syok barat sekaligus perih luar biasa.

Dia berjalan gontai sambil memegang perutnya yang tertembak, terus berteriak meminta tolong dengan suara keras.

Tapi...

Bbbbbukkkkk...Bruuukkk...

Dua pukulan keras menghantam leher dan punggungnya

Gunturpun kehilangan kesadaran lalu jatuh pingsan.

Salah seorang anak pelaku menelpon bosnya.

"Job is clear, Boss."

Dan memutuskan sambungan telponnya.

Pergi meninggalkan Guntur yang tengah pingsan dalam keadaan tertembak.

-

-

-

Natali dan Rainan mendapatkan kabar dari seseorang mengenai kondisi Guntur via telpon.

Natali seketika berteriak histeris lalu menangis setelah mendengar kabar buruk putranya itu.

Mendapatkan situasi istrinya ini Rainan makin stres dan panik.

Menelpon Genta agar segera menemani mereka ke rumah sakit.

Rainan, Genta,Natali dan Viola menunggu diluar ruang UGD.

Keempatnya tampak tak tenang terutama Natali.

Wanita cantik itu terus bulak-balik didepan pintu UGD, Raut wajahnya sangat khawatir juga stres.

Tubuhnya bergetar hebat, airmatanya tak bisa berhenti menetes.

"Mi, Mendingan duduk daripada mundur-mandir ngelihat mami aku makin stres." Genta mencoba membujuk ibunya.

Natali malah marah. "Gimana mami bisa duduk tenang?! Kondisi adik kamu kritis ,Genta. Kamu itu bukan seorang ibu jadi nggak ngerti gimana perasaan mami sekarang, mending kamu DIAM!"

wanita cantik itu melotot, kembali berlalu-lalang didepan pintu UGD.

Rainan beranjak dari bangku tunggu lalu memeluk istrinya. "Guntur bakal baik-baik aja, kita bakal melakukan apapun untuk keselamatan Guntur."

"Aku nyesel udah ngelepasin anak kita, aku nyesel Rain." seru Natali merasa jauh lebih baik dalam pelukan suaminya.

Menghpus airmatanya,terisak-isak.

Rainan mengelus punggung istrinya untuk menenangkan dan berhasil.

Tbc