webnovel

Guide To Our Marriage

Author: Sinnadwi
General
Ongoing · 51.5K Views
  • 6 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Iinas Huuriya Darpa. Perempuan 27 tahun, dan belum menikah. Dan sudah bisa ditebak, pasti semua orang memaksanya untuk segera menikah. Maukah? Tidak ada pilihan lain, tentu saja. Jika tidak, cerita tidak akan berlanjut. .......... Abiseka Arya. 28 tahun, juga belum menikah. Wajarkan? Toh dia laki - laki. Tapi Abi juga tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita. Lalu dengan laki laki? Entahlah. "Jangan sampai keturunan keluarga Arya berhenti di kamu ya? Mama kutuk kamu!" Ini kata Mamanya yang kejam. "Kalau kamu tidak mau menikahi gadis itu, dan menghentikan garis keturunan keluarga Arya, Papa tunggu kamu di depan pintu neraka!" Kalau ini kata Papanya yang.. I don't know, can't describe it yet. Kenapa Abi yang disalahkan? Karena Mamanya tidak mau hamil lagi! ......... Agus Purnomo. 30 tahun. Lajang. Sedang mengejar karir kesuksesannya. "Kamu tunggu Mas ya dek, nanti kalau Mas sudah sukses, kita menikah." katanya pada gadis yang dipacarinya sejak dua tahun yang lalu itu. .......... "Ngapain sih kamu nungguin cowok pengecut kayak dia! Kena pelet apa kamu? Dia itu nggak serius, Nas! Udah, tinggalin aja!" - Fahim "Kak Nanas! Gila, kemarin aku liat fotonya. Cakep banget kak! Kalau aja si om belum nikahin aku, udah aku embat deh pokoknya!" - Arwaa

Tags
7 tags
Chapter 1Prolog

Cuaca hari ini sangat panas. Sepertinya Mentari sedang bersemangat menyinari bumi. Memberikan semua nutrisinya pada makhluk bumi ini.

Iinas, yang lebih sering dipanggil Nanas oleh teman - temannya - karena menurut mereka, nama Iinas itu alay dan berat. Susah manggilnya, harus pakai mad tabi'i - berjalan tergesa ke sebuah kedai minuman di kantin kantornya. Tenggorokannya sudah berteriak minta dibasahi sejak tadi. Nanas baru saja menemui salah satu kliennya. Bukan di sebuah kafe atau resto melainkan di sebuah tempat proyek konstruksi yang sedang berjalan.

Bukan juga di area indoor proyek itu, tapi langsung outdoornya. Bahkan ia juga harus menggunakan safety helmet untuk menemui kliennya itu. Untung hari ini dia memakai celana.

Dan, panasnya itu loh gaes yang buat Iinaas enggak kuat. Tengah hari bolong, di luar ruangan, tempat konstruksi, dan di ibu kota. Syukur Iinas tidak pingsan karena dehidrasi.

"Milshake Stawberry-nya satu, Mbak."

"Baik kak, ditunggu ya." Pramusaji itu tersenyum manis.

"Jangan lama - lama ya mbak, saya udah mau pingsan nih!"

"Siap!"

Lima menit kemudian, Iinas mendapat panggilannya. Buru - buru kakinya melangkah ke area kasir. Mengambil minumannya.

"Semuanya tujuh belas ribu, Kak."

Iinas memberikan selembar dua puluh ribuan. "Ambil aja kembaliannya."

Tanpa menunggu lama, Iinas segera membalikkan tubuhnya. Sebelah tangannya sibuk memasukkan dompet kedalam tasnya. Langkahnya terus berjalan, dan tentu saja membuatnya lalai. Kepalanya membentur sesuatu yang keras, minuman yang belum disedotnya terhuyung ke depan, lalu memantul ke belakang.

Astaga!

Matanya membola melihat penampakan di depannya. Kemeja putih bersih itu seketika ternodai dengan cairan pink nya. Tak terkecuali blouse toska yang digunakannya.

"Maaf. Maaf." Iinas tak menghiraukan milshake yang telah dinanti-nantikannya selama lima menit itu. Minuman itu sudah berceceran tak berdaya di lantai. Fokusnya kini hanya pada korban ketidaksengajaannya.

Tangannya segera mengusap-usap dada si pemilik kemeja putih. Berniat membersihkan, atau setidaknya mengurangi bekas noda pink di kemeja itu.

Memang sungguh sial harinya. Tanpa diduganya, si pemilik kemeja yang berusaha ditolongnya, malah menepis kasar tangannya. Tak hanya itu, pemuda itu juga mendorong bahunya hingga pantat seksinya bertubrukan dengan sisa tumpahan milshakenya di lantai.

Untuk sesaat, Iinas hanya bisa melongo. Memandangi laki-laki yang baru saja memperlakukannya dengan kasar. Mulutnya semakin menganga melihat laki-laki itu segera berbalik, dan keluar dari kantin itu. Bokongnya semakin dingin saja.

"Kak? Kakak tidak apa - apa?" tanya pramusaji yang kebetulan melayaninya tadi.

"Mbak punya cermin?"

"Ha?"

"Saya merasa gagal menjadi manusia. Apa tampang saya begitu buruk hingga dia memperlakukan saya seperti ini?"

Pramusaji itu hanya diam dan tertawa sumbang. Kedua tangannya mencoba membantu Iinas untuk berdiri.

"Saya kan tidak sengaja mbak." lanjut Nanas mencoba menumpahkan isi hatinya. "Saya hanya merasa bertanggung jawab dan mencoba menolongnya. Tapi dia malah seperti itu."

Pramusaji itu tetap diam. Tangannya mengambil tissu terdekat, dan mencoba mengelap telapak tangan juga bokong Nanas yang basah. "Kok saya merasa menjadi tissu bekas yang harus segera dibuang setelah digunakan untuk mengelap ingus karena saking banyak kuman yang mengendap di situ. Memang saya seburuk itu mbak?" Nanas tidak marah, dia hanya tidak habis pikir dengan perlakuan yang baru saja diterimanya.

"Sabar ya Kak! Cowok cakep memang seperti itu. Sombongnya nggak ketulungan."

"Bahkan saya tidak sempat melihat wajahnya. Atau karena dia cakep, makanya dia menganggap saya buruk rupa seperti kuman atau penyakit menular yang harus dijauhi?"

Pramusaji itu berpikir. Tidak. Dia yakin kalau customernya yang cantik ini sedang PMS atau baru saja ditinggal nikah sama pacarnya sehingga dia mengalami krisis kepercayaan diri.

"Makasih ya mbak, atas pertolongannya. Saya pesan satu lagi deh minumnya. Tenggorokan saya belum sempat dibasahi." Iinas mengeluarkan dompetnya lagi. Mengambil selembar lima puluh ribu dari dalamnya. "Ini mbak uangnya. Tolong antarkan ke sini ya, baju saya basah semua. Nggak enak diliatin orang. Kembaliannya buat mbak aja. Maaf lantainya jadi kotor gara-gara saya."

"Oh, I-ya kak!" kata pramusaji itu gugup. Baru kali ini dia mendapat customer yang begitu baiknya. Lumayan kan dia dapat tips tiga puluh ribu lebih. Bisa buat membelikan adik-adiknya martabak manis nanti malam.

Iinas memberikan senyuman pada orang-orang disekitarnya. Dia merasa bersalah karena mengganggu kenyamanan pelanggan kantin lain. Padahal orang-orang itu seperti mendapatkan hiburan gratis di siang hari bolong. Mereka hanya menonton, tapi tak ada yang menolong.

Dan ya, begitulah Iinas Huuriya Darpa. Dia terlalu baik untuk berprasangka buruk pada orang-orang yang mulai hilang kesensitifannya itu.

tbc-

You May Also Like

Nyonya Gu Terlalu Lemah untuk Melindungi Dirinya Sendiri

``` Kabar burung mengatakan bahwa Qiao Xi memiliki konstitusi yang lemah—seorang kecantikan yang selalu sakit-sakitan. Kabar burung mengataikan bahwa ia menghabiskan harta setiap hari untuk obat-obatan—mengonsumsinya seperti permen. Kabar burung mengatakan bahwa sepuluh pelayan melayani dia di samping tempat tidurnya setiap hari—menjadi beban bagi semua orang. Mereka semua menunggu keluarga Qiao untuk melemparkan Qiao Xi kembali ke pedesaan dan membiarkannya hidup sendiri. Qiao Xi: "Semua orang bilang saya lemah dan tidak bisa merawat diri sendiri. Rupanya, saya juga menghabiskan uang dengan sembrono juga." Dia melihat ke bawah pada bajunya yang compang-camping dan merasa jengkel. Qiao Xi: “Apa kamu bilang bahwa keluarga kaya ini membiarkan anak perempuannya memakai baju compang-camping setiap hari?” Anak perempuan kaya dari keluarga Qiao? Sudah cukup! Dia tidak akan seperti itu lagi! Oleh karena itu… Lelaki brengsek: "Tanpa keluarga Qiao, kamu bukan apa-apa." Qiao Xi: "Jika saya diusir dari keluarga Qiao, saya akan hancur." Perempuan brengsek: "Kak, jangan terlalu kecewa. Selama kamu bekerja keras, suatu hari kamu akan dipuji.” Qiao Xi: “Diam, saya tidak kenal pengkhianat sepertimu.” Lelaki dan perempuan brengsek itu: "???" Kabar burung mengatakan bahwa putra bungsu keluarga Gu, Gu Zheng, menikahi wanita yang hanya memiliki penampilan saja dengan tergesa-gesa. Qiao Xi: "Ada yang meremehkan saya?" Suatu hari, Qiao Xi melihat salah satu karyawan Gu Zheng memusingkan otaknya menghadapi serangkaian angka di layar komputer. Berhubung dia sedang punya waktu luang, ia pun membantu. Apakah dia baru saja membobol firewall yang dibuat oleh kerja sama peretas elit teratas?! Gu Zheng mendekat selangkah demi selangkah. "Qiao Xi, apa lagi yang kamu sembunyikan dariku? Hmm?" Qiao Xi: "Oh, tidak! Saya merasa pusing lagi! Saya sangat lemah. Tubuh saya ini terlalu lemah!" ```

Qiaoqiao · General
Not enough ratings
562 Chs

Sang Pewaris Sejati adalah Orang Besar yang Sebenarnya

Orang besar yang dulunya, Ying Zijin, bangun suatu hari sebagai putri yang hilang dari keluarga Ying, yang telah menghilang selama lima belas tahun. Keluarga Ying segera mengadopsi anak lain untuk menggantikannya. Setelah kembali ke keluarga kaya raya, semua orang mengejeknya karena tidak secerdas, sekapabel, sebijaksana, dan seanggun putri palsu. Orang tuanya menganggapnya sebagai noda di keluarga dan memperingatkan dia untuk tidak berharap bisa menjadi nyonya di keluarga. Mereka bilang dia harus bersyukur bisa menjadi anak asuh, jika tidak mereka akan mengirimnya pergi. Ying Zijin: "Saya akan pergi. Tidak usah diantar." Sementara keluarga Ying merayakan dengan sukacita dan yang lainnya menunggu untuk melihat pewaris yang sebenarnya mempermalukan dirinya sendiri, tokoh berpengaruh dari berbagai bidang mulai bertindak. Idola papan atas dengan penggemar paling berpengaruh berkata, "Nona Ying, cukup beritahu saya jika Anda memerlukan sesuatu." Ahli waris monopoli ekonomi global berkata, "Keluarga Ying? Apa itu? Bos, kita hapus saja mereka?" Seniman bela diri nomor satu di negara ini bertanya, "Siapa yang berani mengganggu tuan saya?" Remaja jenius dengan IQ 228 berkata, "Itu saudara perempuan saya." Seorang pria dengan penampilan yang sangat menggoda tersenyum sinis dan santai, berkata, "Baiklah, panggil aku kakak ipar." Tokoh-tokoh berpengaruh itu bingung. Ketika identitas sejati pewaris yang sebenarnya dipulihkan, itu menyebabkan sensasi di internet. Keluarga Ying menjadi gila dan berlutut, menangis dan memohon dia untuk kembali. Keluarga berkuasa internasional berkata, "Maaf, izinkan saya memperkenalkannya. Ini adalah pewaris kami yang sebenarnya." Terlahir Kembali sebagai raja, melakukan comeback yang kuat dan melancarkan serangan balik!

Qing Qian · General
Not enough ratings
462 Chs

SUPPORT