Setelah makan siang, Song Shuhang pergi ke toko sewa buku terdekat untuk membaca buku.
Dia suka membaca buku di toko buku, bukan untuk menghemat biaya sewa, tapi itu hobinya- Song suka berjongkok di pojokan toko buku dan membaca buku secara gratis!
Tentu saja, untuk menghindari bos yang menyebalkan, ia akan menyewa satu atau dua buku setelah membaca selama itu di toko buku- ia percaya, sebagai manusia, harus memberi ruang untuk yang lain dan berhemat.
Lagipula, toko sewa buku itu luas dan ada banyak macam buku yang jarang ditemukan sekarang ini- tidak hanya novel.
Jika kau tidak diterima disini, mungkin tidak ada toko buku yang lebih bagus di Kampus Jiangnan.
Konon katanya, nama orang sangatlah penting. Nama tersebut cocok dengan orangnya. Song Shuhang diberi nama "Buku" dan dia juga menyukai membaca buku, senang membaca segala macam buku. Shu1
Ia menyukai membaca buku, novel, karya sastra, klasik, ataupun berbagai macam buku teori yang membosankan.
Sekarang. ia membaca tips membawa sepeda motor, ia berencana untuk mendapatkan SIM di tahun pertamanya di Universitas selagi tugas-tugas makin belum banyak. Ujian saat di sekolah lebih murah, hampir 7000-8000 yuan.
❄❄❄
Waktu cepat berlalu ketika ia membaca.
Sekejap mata, sudah pukul tiga sore.
'Waktu berlalu dengan cepat… Aku harus pulang dan membeli makanan ringan di supermarket terdekat untuk cemilan malam minggu.' Song tertawa kecil.
Lalu, ia mengambil asal buku untuk disewa.
Kasir terletak di pintu keluar toko buku. Sinar matahari sangat panas, jadi pemilik toko berteduh di bawah bayangan.
"Matahari sangatlah terik. Terasa seperti pertengahan musim panas," kata Song, menutupi matanya dengan tangannya, melihat ke langit tanpa awan dan memberi buku kepada pemilik toko.
Pemilik toko, terlihat bening, seperti primadona selatan.
Sama seperti Shuhang, ia juga suka membaca. Mereka berdua selalu memegang buku dan membacanya sepanjang hari. Dari cara ia berpakaian, masyarakat bisa menilai bahwa ia hidup berkecukupan. Menjaga toko buku ini hanya sebagai hobinya.
Di hari biasa, ketika ia duduk membaca disana dengan tenang, ia terlihat cantik seperti lukisan, sangat indah dipandang. Banyak pemuda tiba-tiba merubah hobi mereka-dari pemuda riang menjadi pecinta buku-hanya ingin melihat dirinya selama mungkin.
Tapi konon katanya, sisi ini hanyalah saat ia damai saja.
dengan mode damai, pasti ada mode PK atau saat garang. Meskipun begitu, Song belum pernah melihatnya begitu sejak ia datang ke sini 6 bulan yang lalu.
"OK, ingat untuk kembalikan buku dalam 2 hari. Denda 1 yuan setiap hari," pemilik toko selesai melakukan prosedur dan menyuruhnya pergi.
Meskipun mereka baru bertemu 6 bulan yang lalu, ia sangat terkesan kepada pemuda yang suka baca di toko secara gratis dan tidak malu setiap kali menghabiskan setengah hari. Jika pemuda ini tidak cukup pintar untuk menyewa buku setiap kali, ia mungkin sudah mengusirnya dengan sapu.
"Terima kasih," Shuhang mengambil buku itu sambil tersenyum, ketika ingin melangkah keluar toko buku.
"Boom!!!"
Saat itu, suara yang memekakkan telinga terdengar seperti ledakan.
Semua orang di dalam toko buku ketakutan. Shuhang, hampir terjatuh.
"Sial!"
"Aduh, astaga!
"Petir?"
"Oh, aku takut mati!"
Teriakan, seruan, dan makian terdengar terus menerus.
Song melihat ke arah langit, langit yang cerah telah berubah- kumpulan awan gelap menutupi sebagian kecil langit di ufuk dengan seketika. Sepertinya akan terjadi badai.
Sepertinya, akan hujan? Ampun, laporan cuaca tidak bisa diandalkan dan orang-orang harus berpikir sebaliknya. Jika laporan cuaca cerah, kau harus membawa payung. Aku pikir sekarang laporan cuaca sudah berubah. Tapi, sepertinya sama saja," katanya berbicara sendiri.
Tidak sebaik dulu. Dulu, kau mengerti hanya berpikir sebaliknya, tapi sekarang, kau harus taruhan, benar atau tidak.
Dipenuhi dengan pikiran yang acak, ia mengangkat bukunya dan bersiap untuk pulang ke asrama sebelum hujan.
Namun, sebelum ia melangkah keluar.
"Boom…"
Suara petir terdengar, telinganya berdengung.
Shuhang melangkah mundur.
Di ufuk, awan gelap berubah dengan aneh dan gemuruh petir saling bertabrakan turun dari awan-awan, membentuk jaring petir di langit.
Shuhang sudah pernah melihat kilat petir sebelumnya, tapi ia belum pernah melihat kilat petir sekencang ini- seperti akhir zaman telah dekat. Kilat badai saling bertabrakan, berbentuk potongan-potongan daripada kilat.
Suara badai juga berbeda.
Suara badai di distrik Jiangnan selalu kencang diikuti gemuruh. Tapi sekarang, seperti petasan yang diisi bubuk mesiu, gemuruh,gertakan, berdentang sangat kencang dan berisik hingga suara gemanya tak terdengar.
Jika petir datang untuk orang jahat, sejahat apa orang ini hingga diserang bertubi-tubi?
Herannya, awan gelap itu tidak berpindah tempat di ufuk, bergemuruh dengan hebat, tanpa tanda-tanda menyebar luas.
Suara badai berlangsung sekitar 10 tarikan nafas, panjang dan tanpa henti.
Sepertinya hujan badai akan terjadi.
'Tidak bagus!' desah Song Shuhang dan berpikir, 'Mungkin aku lanjutkan membaca?'
Meskipun jika akan ada hujan badai, biasanya bisa keluar masuk. Tapi jika hujannya agak panjang, mungkin ia bisa membaca 1 buku lagi.
Jadi ia masuk lagi ke toko buku dan baru ingin berjongkok di pojokan untuk membaca lagi.
Namun, seperti Dewa sedang bercanda dengan Shuhang.
Ketika ia berbalik dan masuk ke toko buku, suara gemuruh tiba-tiba berhenti!
Awan gelap dan kilat petir juga sudah tak terlihat! Seperti lukisan secara tiba-tiba awan gelap dan petir dihapus karena tidak bagus di lukisan.
Langit berubah cerah lagi, matahari bersinar! Badai petir hanya halusinasi saja.
Seseorang di toko buku bergumam, "Apa yang terjadi?"
"Apa benar-benar ada orang jahat tersambar oleh petir?"
"Tahayul! Badai petir hanyalah fenomena alam…"
Saat itu, anak kecil disebelah Song mendongak, tangan kirinya memegang buku kartun anak-anak dan tangan kanannya terangkat ke atas. Ia berbicara dengan keras dan nada berani: "Ah, aku ingin langit tidak menutupi mataku; aku ingin bumi tidak pernah mengubur hatiku! Aku ingin awan gelap menghilang tanpa jejak!"
Song melihatnya, ujung mulutnya bergetar. ia bertaruh bahwa saat anak kecil ini sudah besar nanti, ia akan merasa malu saat mengingat-ingat apa yang telah ia lakukan hari ini. Dan ingatan yang memalukan itu menghantuinya sepanjang hidupnya; setelah sekian lama ia melupakannya, mungkin suatu hari nanti itu akan muncul lagi, membuatnya gila dan berteriak, Pergilah, sangat memalukan! atau ia akan pergi ke masa lalu dan menghajar diri sendiri di masa lalu yang bodoh.
Dia tahu itu.
Tapi, ketika ia melihat anak kecil ini, ia tiba-tiba teringat anggota-anggota Grup Sembilan Provinsi Nomor Satu.
'Kota H, mengatasi badai petir untuk Alam tingkat Tiga Akuisisi.'
Log obrolan grup itu muncul di pikirannya.
Ia mengira-ngira posisi petir yang telah muncul di ufuk. Badai petir sepertinya berada di… Kota H?
Walaupun Song Shuhang orang yang tidak peduli, rasanya otaknya berhenti sejenak.
Apa itu benar terjadi?
Laporan cuaca hari ini akan bercuaca cerah, tapi tiba-tiba ada badai petir aneh muncul.
'Hahaha! Bagaimana mungkin! Bagaimana bisa ada badai di bumi yang berasal dari surga? Ini pasti hanya kebetulan saja!' pikir Song Shuhang.
Tapi, pikirannya muncul, ia masih memikirkannya- bagaimana bisa ada ini sebuah kebetulan? Petir itu sangat aneh seperti bukan bencana alam biasa.
Kota H, mengatasi kesengsaraan… kata-kata ini terngiang-ngiang terus di otaknya.
Ia menggelengkan kepalanya, mencoba tidak mempercayainya.
Pandangannya terhadap bumi di dalam 18 tahun mengatakan untuk mempercayai sains dan menolak tahayul, dan badai petir itu hanyalah fenomena alam bukan angin topan!