webnovel

Medali dengan Kepada Binatang Buas Berukiran Cakar

Editor: Atlas Studios

"Chi!"

Tiba-tiba lelaki itu merasakan sakit di dadanya, seakan senjata tajam menusuk dadanya!

Ia sudah menyelesaikan Foundation Establishment; tubuhnya elastis dan kulitnya keras seperti kulit sapi. Tapi saat ini, tubuhnya seperti tahu, mudah ditembus. Pedang menusuk jantungnya.

Ia menatap Song Shuhang, tapi pemuda di depannya memegang botol ramuan dengan kedua tangannya- tidak ada yang lain di tangannya.

Apa yang terjadi? Apa yang sedang terjadi?

Darah mengalir keluar dari dadanya, terserap oleh pedang yang tidak terlihat, mati diujung pedang merah. "Benda apa ini!?"

Lelaki itu mengangkat tangannya dengan geram, matanya penuh kebencian. Jika ini berarti kematian, ia ia akan membawa Song Shuhang ke neraka bersamanya.

Namun, ia mengangkat tangannya hanya setengah sebelum tangannya lemas. Ia merasa seluruh tubuhnya lemah; semua tenaga dalam dan darahnya dan semua kekuatannya terserap oleh pedang yang tidak terlihat.

Saat yang sama, pikirannya, puluhan ribu biksu yang gundul membacakan kitab suci tanpa henti, "Kepahitan itu tanpa batas, putar kepalamu ke arah tepi pantai; taruh pisau itu, dan jadilah Buddha saat ini juga!"

Song Shuhang menghela napas panjang, dan menarik keluar pedang hitam itu, "Pedang terbang."

Pedang terbang Guru Besar Prinsip Mendalam yang untungnya belum dikirim kembali.

Hanya orang yang mendapat persetujuan, seperti Tabib dan dirinya, yang bisa melihat pedang terbang ni. Di mata orang lain, pedang terbang ini tidak terlihat, dan tidak tahu keberadaannya.

Tentu saja, jika kekuatan lawan itu lebih tinggi dari Guru Besar Prinsip Mendalam, lalu itu akan lain cerita.

Semenjak pertemuan, Song Shuhang sudah memegang pedang terbang ini. Sebenarnya ia sudah merencanakan untuk menusuk lelaki itu ketika sudah dekat.

Namun, Song Shuhang tidak mengira lawan itu akan menyerangnya dengan berani. Yang Song Shuhang lakukan hanya menyesuaikan posisi pedang sedikit dan mengarahkan ke jantung lelaki itu.

Lalu, dengan suara tercurah, jantung lawan itu tertusuk.

Itu sangat mudah, benar-benar hanya mengangkat tangan.

Bahkan ia menyimpan pil yang bau!

Lelaki itu membuka mulutnya, berupaya untuk mengeluarkan suaranya, "Walk in?"1

Memiliki hidup yang biasa, tingkat pengembangan diri biasa. tapi yang memiliki ramuan, pedang terbang, dan berstatus senior yang akan menyebabkan Altar Master khawatir hanya pendekar legendaris yang menakutkan, menggunakan teknik walk in pada batas hidup seseorang. Tapi bukannya teknik walk in itu hanya legenda?

Song Shuhang tidak memperhatikan apa yang lelaki itu katakan. Ia mengangkat pedang terbang itu dan aroma darah sedikit masuk ke hidungnya.

Meskipun ia sudah menetapkan hatinya, bau darah masih membuat Song Shuhang tidak nyaman. Lagi pula, ia bukan orang jahat yang membunuh orang seperti memotong gandum, tapi seorang pelajar.

Tarik napas, dan jati dirinya dari Teknik Meditasi muncul di pikirannya, menahan dan menenangkan dirinya.

"Ada kata-kata terakhir?" kata Song Shuhang.

"Aku…" lelaki itu membuka mulutnya.

Seraya lelaki itu berbicara, pedang terbang Song Shuhang, memotong kepala lelaki itu dengan sekali tebas.

Lelaki itu tidak akan mati dengan tenang. Tubuh dan kepalanya terpisah, dan sisanya terjatuh ke tanah. Apalagi tidak setetes darah pun keluar dari luka itu.

Pedang terbang Guru Besar Prinsip Mendalam itu tidak biasa, membunuh orang tanpa mengeluarkan darah itu sifat dasarnya.

"Ya, aku hanya mengatakan begitu saja. Aku tidak berencana untuk mendengarkan kata-kata terakhirmu."

Tangan Song Shuhang yang memegang pedang bergetar sedikit. Tanganya menjadi lemas, tapi perlahan tenang.

Ini pertama kalinya ia membunuh. Sebelum ini, ia tidak pernah membunuh meskipun ayam. "Ini ketetapan hatiku."

Ketetapan hati yang harus ia miliki.

Lelaki itu orang pertama yang mati di tangannya, tapi tidak akan yang terakhir.

Jika mungkin, ia ingin menangkap lelaki itu hidup-hidup dan menggali informasi dimana Altar Master berada. Sayangnya, ia tidak punya kekuatan, karena lawannya itu pendekar dengan Celah Mata dan Hidung terbuka; ia tidak punya keberanian untuk menaklukkan lawan seperti ini.

Saat situasi seperti ini, membunuh lelaki itu pilihan yang tepat.

Di pikiran, Teknik Meditasi masih aktif, membuatnya tenang meskipun ada tubuh tanpa kepala di hadapannya.

Dengan tangan satu pada pedang hitam terbang, dengan hati-hati ia menguasai, mencari tubuh lelaki itu.

Lawan itu tidak terlalu berat untuknya.

Ramuan pedas- itu cairan pelarut mayat.

Tiga pisau tanpa gagang.

Dan medali dengan ukiran tiga cakaran dan kepala binatang buas, yang melambangkan status lelaki itu, atau organisasi yang ia miliki. Mungkin ini petunjuk yang bisa dipakai.

Terakhir, ada beberapa ribu uang dan ponsel Zhao Yaya.

Untuk pendekar yang membuka celah mata dan hidung, lelaki ini benar-benar miskin.

Song Shuhang membuka botol ramuan dan menuangkan di mayat lelaki itu.

Ramuan itu wangi mawar- mayat lelaki itu dan pakaiannya menguap dan menghilang dari dunia.

'Apa ini berharga?' Song Shuhang menaruh cairan pelarut mayat itu.

Efek itu hebat; bahkan pendekar tingkat awal bisa meleleh dengan cepat, meskipun mayat itu tidak mengalirkan tenaga dalam untuk menahannya.

Selama digunakan dengan baik, itu bisa menjadi senjata, bukan?

Akhirnya, Song Shuhang menuangkan cairan itu ke sisi pakaiannya, menghapus jejak keberadaan lelaki itu dari dunia.

Memastikan tidak ada jejak yang tersisa, Song Shuhang menggendong Zhao Yaya dan cepat-cepat menuju tempat Tabib.

Zhao Yaya tetap tidak sadarkan diri. Ia khawatir lelaki itu menggunakan racun atau semacamnya; lebih baik membawanya ke Tabib untuk diperiksa.

Sekitar tiga, empat menit kemudian.

Zhao Yaya merasakan sakit di lehernya, seperti leher kaku setelah tidur dengan posisi yang salah.

Lebih lagi, kasurnya terus bergoyang. Ia mengerang beberapa kali dalam bertahan.

Tapi kasur itu bergoyang semakin kencang.

Sialan, apa aku tidak bisa tidur dengan nyenyak?

Zhao Yaya membuka matanya dengan geram, lalu ia terkejut melihat ia bukan di kasurnya, malahan ia digendong oleh seseorang berlari dijalan.

Oh tidak, ibu tersayang, situasi macam apa ini!?

Ia terkejut, dan kantuknya hilang.

Apa seseorang menculiknya?

Untungnya, ia mengetahui orang yang membawanya itu orang yang ia kenal. Ia terlalu mengenal Song Shuhang, jadi dengan agak terbangun, ia masih bisa mengenali siapa itu.

"Shuhang, dimana ini?" tanya Zhao Yaya sambil menepuk dengan pelan pundak Song Shuhang.

"Eh? Kakak, kau sudah bangun?" Song Shuhang berhenti berlari dan menurunkannya. "Bagaimana perasaanmu? Kau tidak merasa tidak nyaman di seluruh tubuhmu?"

Zhao Yaya mengerutkan dahinya, "Tubuhku baik-baik saja, hanya saja leherku sakit. Omong-omong, kenapa aku disini?"

"Kakak, kenapa kau bertanya padaku kenapa kau disini? Bukanya kau yang menelponku untuk datang kesini? Ketika aku tiba, aku menemukanmu berbaring di kursi panjang, tertidur pulas. Aku baru saja ingin mencarikan tempat menginap untuk malam ini." kata Song Shuhang dengan ekspresi tulus dan menatap Zhao Yaya.

Ia tidak berbohong, memang Zhao Yaya yang memanggilnya keluar; Zhao Yaya memang tertidur pulas; ia sedang mencarikan tempat untuk Zhao Yaya tidur malam ini.

"…" Zhao Yaya menatap Shuhang lama, menemukan ia tidak berbohong.

Ia mencoba mengingat, tapi memorinya samar-samar. Samar-samar ia mengingat ia pergi minum dengan tiga teman dekatnya, lalu ia kembali ke tempatnya?

Apa ia minum terlalu banyak? Tapi aku hanya minum empat gelas hari ini dengan teman-temanku, bagaimana bisa aku minum terlalu banyak?

Zhao Yaya mengusap pelipisnya, terlihat pusing.

"Kakak, mau kuantar ke rumah sakit untuk periksa?" tanya Song Shuhang dengan khawatir.

"Tidak perlu, selain leher kaku, Aku baik-baik saja. Antar aku pulang saja, tidur cukup untuk membantu." Zhao Yaya memijit belakang lehernya, ia merasa seakan seseorang telah memukul kepalanya; itu adalah dolorific2. Selain itu, tubuhnya baik-baik saja.

Lagipula ia dokter, tubuhnya baik-baik saja atau tidak bisa diukurnya sendiri.

"Jadi akan kuantar pulang kau." kata Song Shuhang dengan tersenyum.

Zhao Yaya hanya merasa senyuman Song Shuhang penuh kehangatan, memberikan perasaan bisa diandalkan, "Shuhang, ini hanya sehari, tapi kau terlihat sudah lebih dewasa?"

"Oh ya? Kau memikirkan terlalu banyak hal." kata Song Shuhang dengan santai. Berubah, huh? Dari ia mengayunkan pedang itu dan menebas kepala lelaki itu, jiwanya sudah mengalami perubahan.