webnovel

Greentea Latte

VOL 3. {Greentea Latte Destiny (21+)} = Bab 215 Badboy dingin yang memiliki penyesalan besar kini telah menjelma menjadi pria tampan dan mapan di usianya yang tergolong muda, yaitu 22 tahun. Di usia tersebut, dia telah menyelesaikan S1 di Oxford dan menjadi CEO dari perusahaan Fedrick Company, perusahaan yang bergerak di bidang kuliner paling besar se-Asia Tenggara. Sayangnya, di usia yang tergolong cukup muda itu, dia sudah menjadi duda sehingga dia mati rasa terhadap wanita. Afka menjalani hidupnya dengan monoton, tanpa cinta dan kasih sayang. Hanya ada kebencian yang besar dalam hatinya kepada seseorang. Hingga suatu hari, dia bertemu dengan seorang gadis cantik yang sangat mirip dengan mantan istrinya. Sialnya, Afka mengenal dengan baik gadis itu. VOL 1,2. {Greentea Latte (18+)} = Bab 1-214 Afka Fedrick, seorang badboy tampan ala novel yang memiliki sifat yang dingin. Dia memiliki penyesalan terbesar dalam hidupnya. Penyesalan yang berhasil membuat hidup cinta pertamanya hancur berantakan. Ghirel Sananta, seorang gadis yang tertatih selama hidupnya. Tak ada kebahagiaan dalam kamus Ghirel sampai Afka hadir dalam hidupnya. Sayangnya, kebahagiaan itu hanya sesaat. Afka kembali menurunkan hujan padanya. Hujan badai yang membuatnya hancur berkeping-keping. Afka adalah penyebab kehancurannya. Afka adalah sosok yang bertanggung jawab atas rasa sakitnya. bagaimana kelanjutan kisah cinta sepahit Greentea yang terjalin diantara lembutnya Latte tersebut? by Depaaac_

Depaaac_ · Teen
Not enough ratings
369 Chs

-20- Satu Bulan

Malam menunjukkan kegelapannya. Rasa dingin menerpa hingga kedalam tulang. Jam menunjukkan pukul 11 malam, sebentar lagi hari berganti. Dan saat itu terjadi, perlombaan ini akan dimulai.

Setelah mengantarkan Stefy ke rumah sahabatnya, dia ditelpon seseorang untuk mengikuti balapan liar. Awalnya Afka menolak ajakan tersebut, tetapi mendengar hadiah yang di dapatkan sangat menarik membuat Afka akhirnya mengikuti perlombaan ini.

Afka tengah duduk di atas motornya sambil menghisap rokok ditangannya. Di tangan kirinya, ia memegang segelas brownsugar boba milk. Katanya, rokok paling enak dinikmati bersamaan dengan yang manis ketimbang kopi pahit. Yah, selera Afka memang terbilang cukup aneh.

Perempuan dengan pakaian ketat yang cukup terbuka sesekali menggoda Afka dan mengajak laki-laki itu untuk 'bermain' tentu saja Afka menolak hal tersebut mentah-mentah. Senakal-nakalnya Afka, dia tidak akan sudi having sex sebelum menikah.

"Iman lo kuat juga ya," canda Fran.

Fran dan Grell juga ikut dalam pertandingan ini meskipun hanya sebatas pemeran figuran. Karena lawan Afka yang menjanjikan hal menarik itu tak kunjung datang.

"Alhamdulillah walaupun nakal tapi gue gak pernah minum amer sama ngeue," kata Afka sambil mengelus dadanya.

Grell menjitak kepala sahabatnya, "lo lupa pas study tour tahun lalu? lo minum sampai kobam."

"Gue ingat banget Afka kobam sambil goyang mamah muda di tengah lobi hotel," timpal Fran.

Baik Grell maupun Fran sama-sama bahagia saat menjelek-jelekkan sahabatnya itu. Katanya agar kehidupan Afka tidak terlalu sempurna.

"Lo berdua kalau lagi ngomongin kejelekan orang gak usah pakai pita suara bisa gak sih?" kesal Afka. Laki-laki itu memiliki rasa gengsi dan malu di atas rata-rata.

"Gak ada suaranya dong bodoh,"balas Grell sembari melemparkan putung rokok yang telah ia hisap hingga habis.

Mendengar hal tersebut,Afka menyombongkan dirinya,"Kalau gue bodoh lo berdua apa?"

"Kalau urusan otak emang gue akuin lo lebih pintar, tapi kalo urusan hati dan pikiran gue sama Fran yang terdepan!" Grell membela diri. Fran hanya tertawa melihat perdebatan sengit antara kedua sahabatnya.

"Maksud lo gue gak punya hati sama pikiran?" kesal Afka.

"Bukannya emang gitu ya?" balas Fran dengan enteng.

Tawa seseorang mengganggu ketiganya. Itu adalah rival balapannya nanti, Hevan. Dia datang dengan senyuman merekah seakan percaya diri akan memenangkan perlombaan ini.

"Lo berani datang ternyata, gue kira lo lagi nangis dipojokan kamar karena salah ngomong." sindir Afka.

Fran menengahi, "bentar deh, lo berdua taruhan apa?"

Hevan duduk disebelah Grell dengan santainya, di sekolah Hevan seperti anak polos yang penurut tetapi ternyata dia cukup berbahaya.

"Kalian gak taruhan Ghirel kan?" tanya Grell memastikan.

"Apalagi emang yang bisa jadi bahan taruhan selain Ghirel?" jawab Hevan dengan tenang.

"Gila lo, kalau Ghirel tau bisa mati lo berdua!" kata Fran.

"Udah hampir tiga tahun gue kayak gini buat Ghirel, kenapa lo baru ngoceh sekarang?" tanya Afka dengan nada kesal.

Fran berbisik,"masalahnya lawan lo kali ini gak segampang biasanya. Hevan ternyata cukup terkenal di dunia balapan liar."

"Gue gak bakal mati gitu aja," balas Afka.

***

"Jie, ada yang mau bunda bicarakan sama kamu!" ujar Bunda tiba-tiba. Hal itu mampu membuat jantung Ghirel tidak tenang. Dengan berat hati, Ghirel mengikuti bundanya hingga teras depan rumah.

"Kamu masih berhubungan sama Afka kan?"tanya Bunda.

Firasat Ghirel tidak meleset, tepat sasaran hingga ke detail terkecilnya. Setelah ini pasti Bunda akan bilang kalau Junco yang memberitahu semuanya.

"Bunda kata Junco," lanjut Bunda membuat Ghirel tersenyum bodoh. Bisa-bisanya dia tersenyum saat hubungannya berada diujung tanduk.

"Iya Bunda," jawab Ghirel dengan kepala menunduk. Dia tidak berani menatap mata penuh kecewa milik Bundanya.

"Kenapa? Kenapa bohong sama Bunda?" tanya Bunda lagi. Mata bunda sudah berkaca-kaca menahan air mata yang menetes.

Bunda melakukan ini semua bukan karena ingin menyengsarakan anak gadisnya, tetapi karena dia ingin mengantisipasi sesuatu hal yang menyakitkan untuk Ghirel ketahui.

"Kakak belum bisa putusin Afka," jawab Ghirel dengan suara gemetarnya menahan air mata.

"Bunda kasih kamu satu bulan buat lepas dari dia, jangan sampai kamu liat amarah bunda ke Afka. Bukan ke kamu lagi," ancam Bunda Raila kepada Ghirel.

Ghirel memebalalak panik, jika Bunda melakukan hal itu maka ada kemungkinan untuk Bunda dipecat dari pekerjaannya. Astaga Bunda sudah susah payah mendapatkan pekerjaan tersebut padahal.

Ghirel menghela nafasnya pasrah,"Iya bunda, makasih waktunya."

Bunda Raila masuk kedalam rumah meninggalkan Ghirel seorang diri dengan pikiran yang kalut. Rasanya kepala Ghirel ingin pecah karena terlalu banyak beban pikiran, tetapi Ghirel tetap terlihat bahagia dan baik-baik saja.

***

"Apa yang Hevan kasih kalau lo menang?" tanya Fran kepada Afka yang sedang bersiap untuk balapan. Afka bersamaan dengan motor hitamnya terlihat sama-sama tampan dan menggoda.

"Dia bakal pindah sekolah," jawab Afka sembari memasang helmnya.

"Kalau lo kalah?" tanya Fran lagi.

Afka membuka kaca helmnya, mata elang dengan bulu mata dan alis yang hitam tebal itu terlihat sangat menawan dan menusuk. Afka tersenyum sinis dibalik helm fullface yang dikenakannya.

"Gak akan terjadi," jawab Afka dengan percaya diri.

Ini yang membuat Fran kagum dengan Afka, rasa percaya diri dan rasa tanggung jawabnya lebih tinggi daripada tumpukan pahala yang Fran miliki.

Fran menutup kaca helm milik sahabatnya,"lo harus menang seperti kata lo tadi!"

"Kapan gue gak nepatin kata-kata yang keluar dari bibir sexy ini?" Afka menyombongkan dirinya.

"Setiap lo bilang kalau ini terakhir kalinya lo membahayakan diri lo buat cewek gak penting di sekitar lo," kata Fran membuat Afka menoleh reflek. Afka yakin jika Fran tahu tentang insiden preman-preman tersebut.

"Gue tau masalah Stefy, lo mainnya kurang alus karena gak ngasih duit penutup mulut. Ya akhirnya gue yang ngasih, awas lo kalau gak ganti!" ketus Fran sambil memasang helm berwarna merahnya.

Perempuan sexy di depan sana sudah menunjukkan pergerakannya yang berarti mulai. Afka melaju memimpin pertandingan dibandingkan Hevan yang berjarak hanya beberapa centimeter di belakangnya.

Keduanya membelah jalanan dengan cukup sengit, beberapa kali Afka hampir terselip oleh Hevan tetapi Afka mampu menahannya dengan sangat baik.

Balapan ini tak terasa sudah berlangsung sekitar 15 menit, Grell yang tak bisa mengikutinya karena cidera tangan akhirnya menunggu teman-temannya di garis finish dengan harap-harap cemas. Hingga akhirnya,sebuah sirine mobil polisi membuat Grell terlonjak kaget. Bertepatan dengan keluarnya para polisi tersebut, Afka dan Hevan masuk garis finish secara bersamaan. Keduanya tertangkap secara terang-terangan beserta Grell dan perempuan berpakaian minim tadi. Untunglah Fran sempat menghindar tadinya.

***

Ghirel datang dengan tergesa ke kantor polisi yang tak jauh dari rumahnya. Jam menunjukkan pukul 3 pagi, setelah selesai menunaikan sholat tahajud Ghirel mendapatkan kabar dari polisi bahwa Afka ada di sana. Hal itu membuatnya panik hingga harus berbohong kepada bunda dengan alasan belajar untuk ulangan bersama Siska.

Ghirel menatap Afka yang cengar-cengir membuatnya muak. Bagaimana bisa laki-laki itu tidar merasa bersalah atau takut sama sekali?

"Kamu ngapain aja sampai mendarat di sini?"tanya Ghirel.

"Dia terciduk razia balapan liar, saat saya telepon orang tuanya, dia bilang masih di dubai karena ada sebuah urusan penting sehingga menyuruh untuk menelfon anda sebagai walinya, jadi hubungan anda dengan pelaku apa ya?" tanya Polisi tersebut.

"Calon istri saya,"jawab Afka dengan percaya diri.

Ngomong-ngomong Hevan sudah dijemput ibunya terlebih dahulu sehingga tak ketahuan oleh Ghirel.

"Apa tidak ada saudara kandung?"tanya bapak polisi tersebut.

"Kepo banget sih pak, dia aja udah sih calon istri saya pak, calon istri! Kalau gak percaya nanti pas saya nikah bapak saya undang secara ekslusif!"