Para penduduk Kerajaan Finias dilanda ketakutan yang hebat.
Dunia dan tempat mereka berteduh porak poranda akibat kemunculan tamu yang tidak ramah.
Plantazel.
Monster yang memiliki wujud seperti tanaman dengan akar-akar yang meliat di setiap bagian tubuhnya sedang menyerang dan meratakan Kerajaan Finias. Plantazel yang datang ada 2 ekor dengan ukuran yang besar.
Beberapa prajurit, orang dewasa, lansia, bahkan anak-anak menjadi korban yang terbunuh karena serangannya. Mereka terbunuh akibat tertimpa reruntuhan bangunan di Wilayah 1 dan serangan langsung dari Plantazel itu sendiri. Ini benar-benar kejam.
Tangisan tidak henti-hentinya membanjiri Wilayah 1 dengan sangat keras. Kerajaan yang sangat damai dapat berubah dengan sangat cepat menjadi neraka.
Saat itulah, Hasan dengan ditutupi jubahnya menaiki atap rumah yang masih sedikit kokoh dan menatap ke arah Plantazel yang muncul dari gerbang depan Kerajaan Finias. Monster dengan banyak akar-akar duri yang bergerak tidak menghentikan serangannya meski beberapa prajurit Kerajaan Finias berusaha dengan keras di sana.
Hasan melihat situasi sekitar Plantazel itu. Banyak sekali perumahan penduduk dan penduduk yang terbunuh, baik anak-anak sampai orang dewasa. Hasan sedikit mual dengan apa yang dilihatnya. Ini pertama kalinya dia melihat pemandangan penuh darah dan pembantaian oleh sosok monster yang tidak pernah ada di Bumi.
Namun, dia mencoba menahannya. Dia menggenggam panahnya dengan sangat erat dengan tangan kirinya. Dia hanya memikirkan apa yang harus menjadi tujuannya saat ini. Dia harus melakukannya. Mengalahkan Plantazel yang menyerang Kerajaan Finias adalah tujuannya saat ini.
“Plantazel sialan! Aku akan buat dia binasa!”
Hasan mulai mengarahkan busurnya dengan tepat menuju ke Plantazel yang menjadi targetnya. Dia memfokuskan dirinya dan memusatnya bidikannya pada Plantazel tersebut. Anak panah sihir dari [Mald Arrow] muncul. Ini persis dengan kejadian saat melawan Plantazel di Kota Aldora.
Saat dia mencoba untuk melepaskan panahnya itu, dia terdiam dan menatap dengan tajam. Beberapa akar berduri dari Plantazel tersebut mulai bergerak. Akar-akar itu mengambil mayat-mayat korban Kerajaan Finias di dekatnya.
Apa yang ingin dilakukannya?
Hasan tidak mampu mengalihkan pandangannya. Kepala Plantazel yang berbentuk bunga raksasa itu mulai terbuka. Akhirnya, mayat-mayat itu dilemparkan ke dalamnya. Plantazel itu memakan mereka tanpa sisa. Pemandangan yang mengerikan bagi Hasan.
Kehidupannya di dunia ini harus dimulai dengan tragedi lainnya setelah pengusirannya dari Kota Aldora.
Menyaksikan para penduduk Kerajaan Finias dimakan seperti orang yang memakan kacang dengan santainya. Beberapa prajurit yang mencoba menghentikannya mulai ketakutan. Namun, mereka juga diselimuti dengan kekesalan dan amarah besar terhadap makhluk raksasa itu. Hasan pun juga merasakan hal sama.
Dia dengan cepat melepas panahnya dari busur yang tertahan beberapa saat tadi. Panah itu melesat lurus dengan mengarahkannya tepat pada kepala Plantazel tersebut.
*BLLARRR!!!
Tembakan Hasan tepat sasaran. Rasa kesal Hasan seakan terbalaskan dengan tembakan tadi. Makhluk besar itu merasa kesakitan dan tidak mampu mempertahankan posisinya. Tubuh besarnya roboh dan menimpa rumah-rumah penduduk yang telah kosong.
“Rasakan itu, Plantazel!”
Itulah kata-kata Hasan sebelum dia meninggalkan tempatnya. Namun, sesaat kemudian, Hasan kembali melirik tubuh Plantazel itu. Itu benar. Akar-akar berdurinya masih menggeliat dan tidak berhenti merusak lingkungan sekitarnya.
“Apa?!”
Para prajurit yang mencoba menyerang raksasa itu terkena hempasan dari akar-akar berdurinya.
“Aaaaaa!!!”
“Tolong kami!!!”
“Monster!!!”
Teriakan yang menyakitkan itu menggerakkan tubuh dari Hasan. Hasan dengan cepat melompat melalui rumah-rumah penduduk dan menolong prajurit dari Kerajaan Finias. Hasan mulai gegabah.
“Hentikan! Hentikan!”
Hasan tidak mengalihkan pandangannya dari sana. Beberapa prajurit sudah menjadi korban dalam sekejap. Hasan mencoba mempercepat langkah-langkahnya. Namun....
*BRAAKK!!!
“Guahhh?!”
Tubuh Hasan terkena serangan mendadak. Dia terlempar ke sisi yang berbeda dari kemunculan Plantazel itu. Tubuhnya mendarat pada tumpukan rumah-rumah yang sudah rusak. Kepalanya mengeluarkan darah dan tubuhnya sedikit sulit digerakkan.
Hasan menyadari satu hal dengan cepat. Sembari menahan rasa sakitnya, dia mencoba bangkit dan berusaha menguatkan kakinya untuk berdiri. Serangan yang diterima Hasan bukanlah dari Plantazel yang dia jatuhkan. Apa yang baru saja terjadi?
Perlahan, suara langkah kaki terdengar oleh telinga Hasan. Suara itu disertai suara geliat aneh yang membuatnya tidak asing. Saat Hasan melihatnya, sosok itu mulai terlihat jelas di matanya.
Sosok itu memiliki postur tubuh mirip manusia. Dia juga terlihat memiliki duri-duri di tubuhnya. Namun, hal yang membuat Hasan mengenalinya adalah topeng putih polos dengan mata merah. Sosok yang pernah dihadapi oleh Hasan dan Fadhel saat berjalan menuju Kerajaan Finias.
“Tidak kusangka jika aku bisa bertemu dengan [Great Hero Dyne] lagi di tempat seperti ini,” Kata-kata dan suara yant terdengar itu mengingatkan Hasan pada musuh yang pernah dihadapinya.
“Kenapa kau berada di sini?! Evil Gamma?!” Teriakan Hasan menggelegar dengan raut wajah marahnya.
Sosok itu adalah Evil Gamma. Dia adalah Plantaze yang pernah dihadapi oleh Fadhel dan Hasan saat mencoba melindungi Firtania di hutan. Pertemuan mereka kembali membawa kenangan tidak mengenakkan pada Hasan.
“Aku kira kau sudah melupakanku, Hasan. Tetapi, kau masih menyimpan namaku dalam otakmu itu. Ini adalah hal yang luar biasa. Kau membuatku kagum, Hasan. Meskipun seranganku tadi tidak fatal, kau masih bisa berdiri dengan tubuh dan kaki yang kau miliki.”
“Berisik! Kenapa kau ada di sini, Gamma?! Apa kau yang membawa kedua Plantazel itu menyerang Kerajaan Finias?!”
“Hmmm....tidak sepenuhnya benar. Aku tidak bisa memberitahu dirimu kenapa aku berada di sini. Kau sedikit keliru dengan cara pandangmu, Hasan. Meskipun aku adalah Plantazel istimewa, aku tidak akan melakukan penyerangan menggunakan Plantazel secara bodoh seperti ini.”
“Jangan berbohong! Setelah apa yang kau lakukan, apa kau pikir aku akan percaya?!”
“Aku tidak akan memaksamu memercayaiku, tapi aku sudah memberitahu informasi padamu. Ada organisasi berbahaya yang berada di Kerajaan Finias. Bukankah begitu?”
“Apa mungkin.....ini semua ulah Lucifer? Apa kau pikir aku akan percaya hal itu?!”
“Yah, aku kira ini sudah selesai. Plantazel yang kau kalahkan mulai bangkit kembali. Aku mulai bosan dengan apa yang kau teriakkan dari tadi, Hasan. Oleh karena itulah, kau harus mati. Selamat tinggal, Dyne...”
Salah satu akar berduri Evil Gamma menerjang lurus ke arah Hasan. Hasan mencoba menyerang balik dengan [Mald Arrow], tapi kedua kakinya tiba-tiba ambruk. Tubuhnya sedikit kesakitan setelah diterjang oleh Evil Gamma tadi. Dia tidak bisa menghindarinya.
Namun....
Tubuh Hasan tidak bergerak sama sekali. Itu bukan karena serangan Evil Gamma meleset. Kedua mata Hasan terbelalak dan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Akar berduri itu berhenti, tapi dia berhenti karena tubuh seseorang menahannya hingga tembus dari belakang ke bagian depan tubuhnya.
Dia adalah sosok gadis yang memiliki rambut hitam dengan telinga panjang. Pakaiannya yang serba hijau mulai dilumuri oleh darahnya sendiri. Hasan mengeluarkan air matanya.
“Ha...san....”
Itu adalah kata yang keluar dari mulut gadis itu.
“Firta...nia....” Hasan membalasnya dengan raut wajah terkejut.
Gadis itu adalah Firtania. Dia yang berhasil menyelamatkan Hasan. Namun, tubuhnya harus menerima serangan dari Evil Gamma. Akar duri Evil Gamma menembus tubuhnya dari belakang hingga ke bagian perutnya. Mulut dan bagian perut Firtania tidak berhenti mengeluarkan darah.
Waktu seakan berhenti sejenak. Namun, pengorbanan Firtania telah menyelamatkan Hasan. Pertempuran yang memakan banyak korban di Kerajaan Finias telah memakan korban lainnya dan Evil Gamma tidak bergerak dari tempatnya.