webnovel

Shopping persiapan ke pesta

Setelah melalui banyak hal mengejutkan Zaskia ijin pulang. Tentunya semua itu tidak diinginkan Daniel sebab rencananya belum berjalan baik.

"Hei apa dia harus pulang sekarang?" Protes Daniel jelas menunjukan kekecewaan pada Sora.

"Kenapa tidak? Pacarnya sedang menunggu!" jelas Sora sedikit ketus.

"Jadi Zaskia sudah ada pacar ya? Sepertinya itu tidak bagus untukku."

Sora mendelik menatap Daniel dengan berbagai macam pikiran aneh.

"Kenapa, Kecewa? Jadi benar kamu menyukai sahabatku? Apa aku alat untuk kedekatan kamu dengan Zaskia? Woah ... Aku sangat sakit hati."

Daniel terkekeh kecil mendengarnya. Ya, dia akui sikapnya seperti menunjukan ketertarikan pada Zaskia. Tetapi semua itu karena misi. Andai saja Sora tahu rencana Daniel sesungguhnya apa mungkin masih menebak seperti itu?

Daniel tidak ada niatan menyukai seseorang. Ditambah negara yang menjadi pijakan bukan tanah kelahirannya. Dia harus waspada bila sewaktu-waktu musuh datang menyerang.

"Ini bukan waktunya sakit hati. Bagaimana kalau kita belanja gaun untuk ke pesta." Daniel berusaha membujuk Sora, mengajak Shopping.

"Kau sengaja membujuk aku? Aku tidak mau belanja! Sudah aku putuskan besok memakai pakaian yang ada di lemariku!" tegas Sora.

"Wow ... Rupanya kamu benar-benar marah. Baiklah pakai baju yang kamu miliki. Tetapi apakah mantanmu tidak akan menjelekan kamu lagi?" Daniel yakin ucapannya bisa merubah pikiran Sora.

Dalam sekejap Sora sudah memikirkan semua itu. Suka tidak suka harus membeli gaun agar penampilannya menarik dimata Mantannya.

"Kamu benar, baiklah ayo belanja!"

Pada akhirnya Sora menuruti ucapan Daniel. Mereka berdua meninggalkan kafe langganan menuju toko pakaian.

Kali ini Daniel yang memilihkan gaun untuk Sora. Tentu saja Sora protes sebab gaun tersebut sedikit terbuka. Terlebih cukup transparan belakangnya.

Satu jam kemudian.

Daniel dan Sora berakhir di restoran terdekat. Mereka mirip pasangan suami-istri yang sedang bertengkar.

"Lihat apa yang kamu beli! Aku tak habis pikir. Kenapa menolak gaun cantik yang aku pilih? Ya aku tahu kamu tidak suka gaun terbuka. Kurasa gaun itu pasti cocok di tubuhmu."

Daniel berupaya merubah penampilan Sora dengan memilihkan gaun yang menurutnya cocok ditubuh Sora. Namun, rupanya Sora menolak, dan lebih memilih gaun panjang yang memiliki leher tertutup. Gaun warna biru tua adalah pilihannya.

"Aku tidak suka warnanya, terlalu terang. Jujur saja aku tidak cocok memakai gaun seperti itu?  terlalu transparan, aku tidak mau kulitku terlihat," jelas Sora menggigit bibirnya diakhir ucapan. Maksudnya tidak ingin tato di punggungnya diketahui orang lain.

"Baiklah aku tidak akan memaksa lagi. Sekarang kamu mau pesan apa?" tanya Daniel mengalihkan pertanyaan.

Seperti biasa sehabis Shopping Daniel membawa Sora makan malam. Sejujurnya Daniel merasa kerugian mengajak Sora makan, sebab nafsu makan wanita itu berbeda dari wanita lain.

Ada kegundahan dalam hati Daniel. Perasaan itu muncul ketika melihat cara makan Sora. Gaya makan yang unik, padat dan rakus. Tapi itulah kelebihan Sora. Daniel mulai terbiasa melihatnya.

Hidangan sudah tersaji di atas meja. Daniel menyuguhkan  menu andalan restoran untuk membahagiakan Sora.

"Bagaimana kamu suka hidangannya?" tanya Daniel menatap puas.

Sora tak berkedip, hidangan itu memenuhi meja makan.

"Apa ini tidak kebanyakan?" Sora ragu.

"Aku sengaja memesan banyak. Aku tahu kamu suka makan. Coba cicipi!" Daniel memberikan sendok dan garpu pada Sora.

Spaghetti porsi jumbo, daging asap, nasi plus ikan bakar, sup abalon dan masih banyak nama makanan yang tidak dikenal.

"Sebenarnya aku sedang tidak mood makan. Tapi melihat seperti ini, aku akan berusaha mencicipinya walau sedikit." Sora mulai menggulung mie spaghetti dengan garpu, lantas menikmati seperti biasa.

Daniel mengulum senyum menanggapi ucapan Sora si tukang makan. Lihat saja apa ucapan wanita ini bisa dipegang?

Sepuluh menit kemudian. Semua hidangan lenyap lenyap, hanya menyisakan wadahnya saja.

"Maaf aku kebablasan. Sebenarnya aku benar-benar tidak mood makan. Tetapi mengapa semuanya masuk ke dalam perutku," ucap Sora, menatap wadah-wadah kosong.

"Kamu benar-benar tidak mood makan ya? tapi semua ledis. Bagus sekali Sora, kamu hebat." Daniel bertepuk tangan.   "Oh iya, mau tambah lagi atau pulang sekarang?" sambung Daniel.

"Pulang saja. Aku tidak punya muka kalau tambah. Tapi kalau dibungkus aku tidak keberatan." Sora menahan malu membuang tatapan kearah lain. Makanan di restoran ini terlalu enak. Apa salahnya dibawa pulang.

Daniel tidak dapat menahan geli atas permintaan Sora. Wanita ini benar-benar unik, sudah menghabiskan setumpuk hidangan masih minta dibungkus. Baiklah, malam ini Daniel harus menggesek  kartu limitnya.

Pertemuan mereka belum ada satu bulan, namun Daniel sudah banyak mengeluarkan duit untuk membayar makanan dan belanjaan Sora.

Kali ini Daniel membawa mobil. Mengantar Sora adalah tugas terakhirnya.

"Sora tunggu!" Daniel menarik ujung kemeja Sora sebelum ke luar.

"Ada apa? Jangan ditarik Pakaianku bisa robek!" Protes Sora.

Daniel mengulum senyum. Kemudian meminta bicara empat mata. Sora kembali duduk fokus mendengarkan.

"Begini Sora. Aku sudah tahu kamu suka makan. Kamu boleh makan apa saja bersamaku di luar. Tetapi tidak untuk di pesta. kebiasaan buruk tidak boleh diperlihatkan di sana. Kamu paham maksudku?" tegas Daniel.

"Jika aku ingin makan banyak bagaimana?misalnya tiba-tiba aku sebal melihat kelakuan si brengsek Jerry, dan emosiku tidak bisa ditahan.  Sel laparku pasti meminta jatah makan," jelas Sora tanpa malu.

Daniel melongo tanpa kedip. Wanita banyak makan ini tidak terduga. Bagaimana bisa dia berpikir makan banyak di pesta mantan pacarnya.

"Aku tidak habis pikir apa hubungannya emosi dan lapar? Apa ada orang seperti itu?"

"Ada, aku contohnya. Tiap aku setres selera makanku menggila. Nafsu makanku meningkat beberapa tahap,"papar Sora menurutnya tidak aneh.

Daniel tidak bisa menahan geli. Sungguh luar biasa wanita ini seolah tidak memiliki urat malu.

"Lakukan apa kata hatimu. Tetap saja harus menjaga sikap. Jangan buat malu, tetapi buatlah mantanmu malu," ucap Daniel, berhasil buat Sora kagum.

Hanya Daniel satu-satunya yang selalu memberikan ucapan seperti itu. sora merasa diistimewakan oleh lelaki berwajah gans ini.  Mungkinkah Daniel menyukai Sora?

"Katakan dengan jujur. Apa kamu menyukai aku?" celetuk Sora berhasil membuat Daniel tersedak air minum. Akibatnya air tersebut mengenai dagunya.

"Kenapa bertanya seperti itu?" tanya Daniel balik.

"Ya ... Aku tanya saja. Setiap aku kesulitan kamu selalu sigap membantu, contohnya seperti sekarang ini? Kamu bahkan membelikan aku gaun mahal, membelikan makanan di restoran mewah. Bukankah sikap seperti itu pertanda kamu menyukai aku?" jelas Sora percaya diri.

Daniel melongo tanpa kedip atas penjelasan Sora yang tidak bisa dibayangkan. Daniel juga tidak menyadari sikapnya membuat orang lain salahpaham. Dia hanya melakukan kebaikan pada sesama di negara lain. Terlebih Sora sahabat Zaskia.

"Entahlah. Aku hanya melakukannya padamu. Hei ... Kebaikan seseorang jangan selalu diartikan dengan perasaan?  Tolong jangan salahpaham."

"Jadi kamu tidak menyukai aku? Tapi mengapa mau berpura-pura jadi pacarku? Walaupun itu hanya semalam tetap saja orang lain akan membicarakan kita." Sora nampak kecewa, namun tidak bisa berbuat lebih dari itu.

"Tentang aku mau menjadi pacar satu malammu, itu karena ada sesuatu yang ingin  aku dapatkan.  Bukankah kita sudah membuat kesepakatan? Aku membantu kamu dan kamu memperkenalkan aku pada Zaskia," jelas Daniel.

"Oh, aku sampai lupa. Jadi semuanya demi Zaskia? Baiklah aku mengerti." Merasa tidak ada lagi yang di bicarakan Sora beranjak dari tempat duduknya. Lantas ke luar meninggalkan mobil.

"Sora Tunggu!" Daniel menyusul. Sora berjalan cukup  cepat.

"Mengerti apa? Aku tidak mengerti apa isi kepalamu, Sora?" Daniel melihat Sora kecewa.

"Sudah jangan dibahas lagi! Aku malu. Besok malam aku akan menunggu di halte bus. Dah ... Sampai nanti!" sora benar-benar meninggalkan Daniel.

"Astaga. Apa aku sudah keterlaluan padanya? Apa sih yang ada dipikirannya?"gumam Daniel hanya menatap punggung Sora yang mulai menghilang dari balik gang.