webnovel

Janji Yang Tidak Seharusnya diucapkan

Sora memang baik-baik saja tapi sebaliknya tangan Daniel terluka cukup dalam. Sayatan benda tajam dari pengendara motor misterius.

"Kau baik-baik saja, kan?" Daniel memastikan keadaan Sora, daripada lengannya yang berdarah.

Sora mengangguk cepat, kaget tentu saja tidak bisa dipungkiri. Bagaimana tidak shok hampir saja nyawanya melayang beberapa detik yang lalu.

"Tanganmu berdarah!" Terperanjat kaget melihat darah segar di tangan Daniel.

"Oh ya ampun pantesan rasanya tidak nyaman ternyata aku terluka." Daniel hanya melirik luka itu, menanggapi biasa saja. Tetapi  setelah sepuluh menit berlalu tiba-tiba saja penglihatannya goyang, rasanya pusing tiba-tiba berdenyut hingga akhirnya dia kehilangan kesadaran, walaupun sekuat tenaga bertahan.

Sora shok baru pertama kalinya melihat Daniel selemah itu. Selama ini dia hanya mengenal Daniel sebagai lelaki kuat.

"Oh apa yang terjadi? Daniel! Bangunlah jangan membuat aku takut." Sora mengguncang tubuh Daniel, semoga saja lelaki ini hanya membuat lelucon semata.

Sora ketakutan karena pacarnya benar-benar pingsan. Beberapa pejalan kaki mulai mengelilingi, seolah ada pertunjukan yang mendebarkan.

Sora sendiri berusaha menghubungi ambulance namun, terlalu lemas menggenggam benda pipih tersebut sehingga benda tersebut jatuh.

"Aku mohon bangunlah Daniel! Kumohon!" Akhirnya buliran bening itu jatuh di atas pipi. Baru kali ini tidak memiliki tenaga melihat pacar tercinta masih enggan membuka mata.

Seseorang tiba di lokasi. Lelaki bertopi dengan jaket kulit hitam tergopoh sebab mengenal Daniel. Lelaki tersebut tak lain adalah Fatir--rekan seperjuangan Daniel Kim.

"Dan, bangun! Jangan bodoh. Kau tidak boleh pingsan seperti perempuan!" Fatir menepuk dua pipi Daniel tetap saja tidak ada reaksi.

"Apa yang terjadi padanya? Baru kali ini aku melihat dia tidak sadarkan diri? Dan luka di tangannya ini siapa yang melakukan?" ucap Daniel meminta penjelasan Sora.

"Aku juga tidak tahu. Sebelumnya ada sepeda motor yang hampir saja menabrakku. Tetapi Daniel berhasil melindungiku. Aku lolos dari maut tetapi sebagai gantinya tangan Daniel terluka. Mungkin pengendara motor misterius yang melukai," jelas Sora. Dia berusaha agar kejadian itu dapat tersampaikan dengan baik.

Fatir mengerti sekarang. Dia mengecek darah yang ada di atas luka itu.

"Warna merahnya sangat aneh. Apa itu racun?" gumam Fatir bertanya pada dirinya sendiri.

"Apa maksudmu racun? Bagaimana bisa dia keracunan bahkan kami tidak makan atau minum sembarangan." Sora terlalu shok, masih tidak percaya jika Daniel terkena racun.

"Kita harus membawa dia secepatnya ke rumah sakit. Mari kita lihat apa yang terjadi pada tubuhnya. Setahuku dulu dia pernah mengalami hal seperti ini. Bahkan dokter tak percaya dia bisa hidup kembali setelah menelan racun." Fatir mengingat masa lampaunya ketika itu Daniel minum racun demi menyelamatkan kliennya.

Kali ini kejadian itu seolah terulang. Semoga saja tidak ada sesuatu yang buruk.

Beberapa saat kemudian setelah mobil ambulans membawa Daniel ke rumah sakit. Dan dokter spesialis mencari tahu penyebab pasien seperti itu.

Di luar Sora dan Fatir tidak bisa diam. Mereka bergerak gelisah sudah hampir satu jam lebih sejak di bawa ke UGD belum ada tanda-tanda adanya dokter datang.

"Keluarga Tuan Kim!" seorang perawat berdiri di ujung pintu memanggil keluarga pasien.

Sontak saja Sora maupun Fatir mendekati perawat tersebut. Rupanya perawat itu menyuruh Fatir menemui dokter yang menangani Daniel. Sora sempat menawarkan dirinya tetapi Fatir tidak membiarkan Sora mendengar ucapan dokter yang bisa saja membuatnya shok. Pada akhirnya Sora menunggu di tempat semula.

Tidak berlangsung lama Fatir datang, ekspresi wajahnya sulit ditebak. Walaupun begitu Sora bisa menilai ekspresi itu sekalipun Fatir tidak bicara. Fatir hendak membuka bibirnya tetapi Sora mencegahnya.

"Tunggu! Jangan katakan apapun. Tolong biarkan aku melihat sendiri," ucap Sora kemudian berlalu pergi ke ruang UGD.

Salahnya Sora tidak bertanya letak kekasihnya itu. Rumah sakit kota UGD-nya bukan main luas. Beberapa ranjang pasien terisi setiap tirai. Sora melangkah pelan netranya jatuh ke ranjang paling ujung. Menurutnya di sanalah Daniel berada. Karena dia mengenali jaket Daniel yang ada di kursi besi dekat pasien yang di tutup oleh selimut rumah sakit.

Kenyataan itu telah membuat Sora shok berat. Orang yang di tutup semua tubuhnya pastinya sudah meninggal, dan orang itu merujuk kesana. Tentu saja seketika Sora menangis tersedu memeluk tubuh yang di tutup selimut. Bahkan Sora sempat mengguncangnya.

"Tidak! Mana mungkin ini bisa terjadi pada kita. Seharusnya aku yang mati, andai saja kau tidak menyelamatkan aku mungkin saat ini kau masih hidup. Tolong jangan mati! Aku mencintaimu Daniel! Tolong buka matamu!!" Sora benar-benar menangis histeris. Malu atau apalah itu semua tidak berlaku.

Sora menyenderkan kepalanya di atas dada orang yang di anggap meninggal. Dia tidak berhenti meracu. Memohon, menangis lagi, meminta, menangis lagi, dan beberapa ungkapan yang terdengar lebay.

"Jika kau mati bagaimana dengan daftar keinginanku? Aku harus melakukannya dengan siapa? Tolong jangan pergi seperti ini. Jika kau tetap tidak mau bangun, maka aku tidak mau hidup lagi. Lebih baik aku mati bila harus tidak menyelesaikan daftar keinginan itu! Daniel cepat bangun! Aku janji akan mengabulkan semua keinginanmu, termasuk memasak seumur hidupku untuk kamu! Oh ada satu lagi. Aku hampir lupa, kau boleh makan sepuasnya mulai sekarang. Aku akan makan sedikit agar kartu kreditmu tidak jebol."

"Benarkah? Kau yang berjanji ya, aku sangat senang!" ucap Daniel terdengar lantang dari balik gorden sebelahnya.

Gorden di depan Sora terbuka lebar, tampaklah sosok Daniel tanpa kekurangan apapun, tubuhnya terlihat segar dan tidak ada tanda-tanda sakit.

Tentu saja kenyataan itu langsung menghantam Sora. Rupanya sejak tadi dia menangisi orang lain dan lebih mengejutkan Daniel ada di ranjang sebelahnya. Lantas siapa orang yang diajak bicara itu? Tidak mungkin orang itu yang sudah meninggal dunia?

Dalam hitungan detik terdengar jeritan yang sangat memekik penghuni UGD, tentu saja pasien yang sedang melakukan pemeriksaan. Ada pun dokter yang hampir salah menyuntikan jarum infus ke tangan pasien, akibat pekikan dari Sora.

Daniel sudah menduganya, Sora pasti membuat ulah sekalipun di tengah pasien yang sedang sekarat.

Beberapa jam kemudian.

Daniel bisa ke luar dari rumah sakit setelah menyelesaikan pembayaran. Menurut dokter tidak ada luka serius selain tangannya. Delapan jahitan belum seberapa bagi Daniel. Ada yang lebih buruk dari itu.

Daniel memang agen handal dan dapat dipercaya. Makanya misi penting yang berbahaya selalu diberikan pada. Sayangnya Petrick tidak bisa melihat ketulusan Daniel sebagai agen rahasia. Mereka akan terlena setelah klien kaya memberinya uang yang jumlahnya melipat ganda. Mungkin saja pengendara motor misterius itu salah satu orang suruhan Mr. Aland itulah yang ada di pikiran Daniel juga Fatir.

Sora sendiri masih nampak kecewa, malu dan sebagainya setelah salah mengenali pacarnya. Dia tidak menyangka bisa-bisanya tidak mengenali kekasihnya sendiri, parahnya lagi mengatakan sesuatu yang harus ia tepati.

"Turunkan aku di restoran korea!" pinta Daniel pada Fatir yang mengambil alih setir.

"Baiklah. Sepertinya pasien kita memang kelaparan." Fatir terkekeh pelan, atau lebih tepatnya menyindir.

Sora yang duduk di pojokan tidak bisa mengatakan ataupun protes. Ia masih ingat janjinya sendiri. Dan janji itu harus ia tepati sekarang.

"Sial kenapa pula aku janji makan sedikit. Dan kenapa juga pasien ini ingin makan masakan korea? Apa dia mau mengujiku? Atau balas dendam karena aku sering makan banyak tanpa mengasihani kartu kreditnya," gumam Sora berkicau dalam hati.

Diam-diam Daniel memperhatikan wajah Sora. Lelaki itu tidak bisa menahan geli karena berhasil membuat Sora menyesal atas janjinya sendiri.