Ingatan Tuan Hada melayang membayangkan gambar aneh di punggung Sora. Apa mungkin gambar itu yang dia cari? Selama ini Tuan Hada memang mencari wanita yang memiliki tato di punggung.
"Bertahun lamanya aku mencari ternyata wanita itu yang aku cari. Ha ... Ha ... Ha ... Hidup ini memang aneh, mengapa harus wanita miskin itu?" Perasaan Tuan Hada tak menentu, harus bahagia, ataukah harus sedih. Sesuatu yang diinginkannya ada di tubuh Sora.
Nyonya Maria--istri Tuan Hada menyuguhkan kopi hitam pada suaminya. Maria menggeleng melihat sikap pendiam suaminya setelah pulang dari pesta.
"Sayang apa harus menganggu kebahagiaan putra kita? Tahu sendiri ini pertama kalinya dia memiliki calon mertua kaya."
Tuan Hada melirik Maria dengan tatapan sulit diartikan.
"Kita harus secepatnya membahas ini dengan putra kita. Tidak ada waktu lagi! Mulai sekarang tujuan kita sudah berubah!" tegas Tuan Hada dengan mata memerah.
Maria mengerutkan dahi sebagai tanggapan atas ucapan sang suami.
"Apa maksudnya 'tujuan kita berubah' jelaskan detailnya. Aku tidak mengerti!"
"Begin---"
"Aku pulang!" teriakan Jerry memotong ucapan Tuan Hada. Namun, selebihnya dia bahagia karena Jerry tidak ingkar janji.
"Kenapa Ayah memanggil aku?" ucap Jerry perasaannya tercampur aduk setelah melihat pesan ayahnya yang tiba-tiba memintanya pulang secepat mungkin.
"Jerry. Sekarang dengarkan Ayah! Mulai detik ini, besok dan kedepannya. Kamu harus kembali pada Sora!" jelas Tuan Hada.
"Apa? kembali pada Sora? Bagaimana Ayah bisa mengatakan itu? Lantas bagaimana dengan Yolanda?"
"Putuskan dia! Sora lebih penting daripada wanita kaya itu!" Tatapan Tuan Hada memancarkan tekad dan kesungguhan yang tidak dapat Jerry pahami.
"Kenapa Ayah tiba-tiba seperti ini? Mana bisa aku pacaran lagi dengan Sora. Ayah tahu sendiri sekarang wanita itu sudah punya penggantiku."
"Ayah akan mencari cara agar hubungan mereka berakhir. Popoknya kamu harus meninggalkan yolanda! Dan kembali menjalin kasih dengan Sora!" Tuan Hada sudah ketuk palu. Keputusannya tidak dapat di ganggu gugat sekalipun Jerry mengemis.
Jerry mengacak rambut belah duanya. Keinginan sang Ayah tidak bisa diabaikan.
"Jelaskan, kenapa aku harus bersama Sora lagi? Bukankah Ayah bahagia memiliki menantu kaya raya? Yolanda itu putri pimpinan MG grup. Mereka keluarga pengusaha yang terkenal. Apa Ayah ingin menyia-nyiakannya?"
Tuan Hada mencekal dua bahu putranya. Tatapan tidak mudah goyah hanya karena badai kecil datang.
"Dengarkan Ayah! Sora lebih berharga dari pacar kayamu itu! Sora memiliki sesuatu yang harus kita dapatkan!" jelas Tuan Hada menajam.
Ucapan sang Ayah sudah membuat Jerry terpaku dan membeku. Tidak menyangka Sora sepenting itu sekarang di mata Ayahnya. Dahulu Tuan Hada sangat membenci Sora bahkan tidak sudi makan buatan wanita itu, tetapi rupanya sekarang sudah berubah.
Lantas bagaimana Tuan Hada mengetahui tato tersebut? Rupanya selama ini dia tengah mencari gambar King Cobra Twists The House. Tuan Hada mengetahui tato itu dari atasannya. Kebetulan sekali Tuan Hada melintas saat petinggi perusahaan tengah berbincang mengenai peninggalan Mr. Andre--ayah Sora yang sudah wafat.
Mereka mengatakan petunjuk harta karun ada di punggung Putri pertama Mr. Andre. Memang Tuan Hada tidak pernah melihat gambar tersebut secara langsung namun, mereka jelas mengatakan ciri-cirinya.
Waktu itu Tuan Hada tengah kesulitan dengan keuangan. Untuk menjadi orang terpandang dan kaya dia harus bisa menemukan harta karun itu sebelum orang memilikinya. Itulah kisah Tuan Hada saat pertama kali mengetahui letak harta karun di atas punggung Sora.
~~~
Daniel Kim mendudukan Sora di kursi kayu pinggiran taman bermain. Dia pergi sesaat namun segera kembali secepatnya pada Sora.
"Kamu pasti haus. Ini ambillah!" Daniel menyodorkan air mineral pada Sora.
Tanpa pikir lagi menerima air mineral itu. Kemudian memutar tutupnya. Anehnya mendadak tangan itu tidak memiliki kekuatan. Sehingga Daniel Kim harus membantu memutar tutup botol plastik tersebut untuk Sora.
"Kamu tidak bertenaga. Mau makan?" tawar Daniel pengertian. Dia tahu Sora doyan makan banyak,
Bibir Sora mengerucut menatap wajah tampan itu dari dekat.
"Kenapa kamu selalu perhatian seperti ini? Kamu tidak penasaran, atas apa yang terjadi padaku?" ucap Sora. Kepikiran tentang kejadian di pesta.
"Astaga aku benar-benar sudah gila. Mengapa mengungkit pesta itu lagi?" jerit Sora dalam hati.
"Tunggu? Mungkinkah si Abang gans ini melihat punggungku? Jadi ini alasannya dia memberikan jasnya? Apa benar begitu?" Sora terus berkicau dalam benaknya mengenai Daniel.
"Kamu sakit?" Tiba-tiba saja Daniel menyentuh dahi Sora, tentu saja perhatian kecil seperti itu membuat jantung Sora jedak-jeduk.
"Tid-tidak! Aku baik-baik saja jangan cemas. Aku hanya ingin ...?"
Kriuk!
Daniel melirik Sora. Terdengar bunyi nyaring di dalam perut wanita itu.
"Kamu pasti lapar, kan? Baiklah mari pergi makan!" ajak Daniel lantas memberikan tangannya agar Sora bisa menggapainya.
"Astaga aku malu sekali," gumam Sora pelan.
Beberapa saat kemudian mereka sudah ada di rumah makan padang. Semua ini permintaan Sora. Daniel hanya mengikuti kemauannya.
"Rupanya kamu mau makan nasi? Jujur saja aku belum pernah makan di tempat seperti ini? Apa makanan di sini enak-enak?" Daniel selalu melayangkan banyak pertanyaan karena merasa asing.
"Tentu saja enak. Makanan khas Indonesia semuanya enak-enak. Biar aku pesankan." Sora beranjak dari tempatnya untuk memilih menu yang ada di dalam etalase.
Sora kembali setelah memesan makanan dengan dua porsi. Pemilik rumah makan itu menyuguhkan teh hangat untuk Sora dan Daniel.
Sambil menunggu pesanan datang mereka berbincang.
"Sora! Mulai sekarang jangan pergi ke tempat sembarangan. Kalau bisa beritahu aku saat kamu ingin pergi," celetuk Daniel tiba-tiba.
Sora yang tengah menyeruput teh hangat harus terhenti karena ucapan itu.
"Tunggu apa kamu menyukai aku?"
Seketika Daniel memuntahkan lagi air minumnya mendengar pertanyaan Sora.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Karena sikapmu terlihat seperti menyukai aku. Kamu selalu perhatian, selalu baik, dan sekarang mencemaskan aku. Bagaimana aku tidak berpikiran seperti itu?" jelas Sora dengan tenang.
Daniel menarik napas panjang lantas membalikan tubuhnya sampai menghadap Sora.
"Sora dengar. Aku memang seperti itu, mungkin sudah jadi kebiasaan selama ini. Jadi jangan salahpaham ya?"
"Baiklah aku mengerti. Aku tahu kamu menyukai Zaskia," ucap Sora lemas.
Daniel mengulum senyum melihat tingkah wanita dihadapannya. Jujur saja ini pertama kalinya menghadapai wanita seperti ini.
"Tidak. Mulai sekarang aku tidak tertarik padanya," balas Daniel langsung mendapatkan respon mengejutkan dari Sora.
"Benarkah? Jadi sekarang kamu bisa menyukai aku!" ucap Sora histeris.
Wah!
Daniel terkekeh geli sikap Sora sangat menghibur. Dia sangat imut sekali.
"Sora!" seru Daniel.
"Iya ada apa?"
"Ah ... Tidak." Daniel mengurungkan niatnya untuk bertanya. Entahlah semua pertanyaan dibenaknya mendadak tidak bisa ke luarkan.
"Sora!" panggil Daniel lagi.
Sora menopang dagu dengan tangannya. "Apa lagi? Kenapa hari ini kamu banyak menyebut namaku?"
"Apa kamu tidak suka?" tanya Daniel balik.
"Suka. Tapi agak aneh."
Daniel mengulum senyum. Senyum itu yang membuat dimplesnya terlihat indah.
"Bolehkah aku menyentuh pipimu?" pinta Sora menatap dimples Daniel tak kedip.
"Untuk apa? Jangan berbuat hal aneh ya!" ancam Daniel. Jujur saja hatinya mulai goyah karena Sora terlihat manis.
"Aku hanya ingin tahu sedalam apa lesung pipimu itu."
Tidak menunggu ijin dari Daniel, Sora maju kemudian menyentuh dua lesung pipi itu dengan senyum lebar.
"Milikmu sangat indah. Boleh aku memilikinya?"
Teg!
"Un-untuk apa menginginkan pipiku?" Daniel terbata.
Sora mengulum senyum melihat reaksi Daniel yang gugup.
Sora hendak membuka suara tetapi pemilik rumah padang itu menyuguhkan pesanan mereka. Pada akhirnya Sora harus menelan nasi dan lauk, menelan pula keinginannya.
Dalam sekejap makanan di piring Sora raib, berpindah ke dalam perut.
"Kenapa rasanya ada yang kurang?" Sora berpikir keras menelalisir keinginannya.
"Apa? Mau tambah lagi?" tanya Daniel.
Alih-alih menjawab pertanyaan Daniel, Sebaliknya Sora menatap sisa nasi dan daging yang masih ada di piring Daniel.
"Kamu sudah selesai makan?"
"Um ... Sudah. Kenapa?" balas Daniel mengangguk.
"Kalau begitu nasi dan dagingnya bisa aku miliki?" Sora bergerak cepat menarik piring dari hadapan Daniel.
Sekarang piring beserta isinya sudah ia kuasai. "Wah ternyata ini yang membuatku penasaran."
Daniel menggeleng melihat perbuatan Sora.
"Sora, ucapanku serius tadi! Jangan pergi ketempat jauh atau tempat asing yang berbahaya!"
"Kenapa kamu jadi emak-emak? Kalau kita pacaran aku pasti menuruti apa katamu!"
Deg!
"Tawaran macam apa ini? Kenapa perempuan ini cerdik? Apa karena sudah makan?" Protes Daniel dalam hati.
Sejujurnya Daniel tidak ingin Sora dalam bahaya, setelah dia melihat tato di punggung Sora, maka mereka pasti tahu juga sebab dimana pun Daniel berada orang-orang itu pasti mengincarnya. Maka dari itu Daniel meminta agar Sora patuh padanya dan tidak pergi ke tempat yang asing.
Seperti dugaan Daniel. Orang yang di maksud sudah melapor pada atasannya mengenai status Golden woman.