webnovel

Golden Chapter

Setiap orang memiliki bab emas dalam hidupnya, di mana pancapaian terbaik didapatkan. Tentu setelah melalui serangkaian proses yang mendatangkan hal baik maupun hal buruk. Untuk mencapai titik itu, He Xihuan harus menaklukkan banyak kelompok mafia dan merebut kepemimpinan. Dalam prosesnya, dia menemukan seorang anak laki-laki yang kecantikannya tersembunyi di balik kulit hitam palsu. Han Yiyue memiliki pesona alami untuk memikat orang-orang di sekitarnya dan menggiring mereka ke dalam dunia fantasi tidak bermoral. Hal itu menimbulkan keinginan He Xihuan menjadikannya homme fatale untuk dikirim kepada musuh sebagai senjata terselubung dengan tugas tertentu. Tidak pernah disangka-sangka, selama masa bergaul dengan Han Yiyue, He Xihuan malah terjerumus ke dalam rencananya sendiri. Dia jatuh cinta kepada laki-laki itu dan menginginkannya seperti orang gila.

evilesther3 · LGBT+
Not enough ratings
246 Chs

Remember Everytime

He Xi Huan bangun lebih awal dengan kondisi tubuh baik-baik saja. Bahkan sekadar rasa lelah tidak melintas di mata biru gelapnya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, ia tidak memiliki alasan untuk tetap tenggelam dalam rasa sedih, terlebih ketika menyadari ada satu sosok yang berbaring nyaman di sisi lain tempat tidur.

 

Senyum tipis tersunggung di wajahnya, mengusap ringan pipi Han Yiyue, dan sekali lagi mengucapkan rasa terima kasih. Jika bukan karena laki-laki itu, ia pasti masih tenggelam dalam lautan asap rokok dan minuman hingga sore nanti. Terus-menerus merasa sedih dan berduka untuk sesuatu yang sudah seharusnya dilupakan.

 

He Xi Huan merasa bahwa dia akan sangat bergantung kepada Han Yiyue entah itu secara mental maupun fisik. Sulit untuk membayangkan bagaimana ia melalui hari-hari ke depan tanpa sosok itu. Keterikatan di antara mereka mulai dibentuk sejak saat itu dan tidak mudah lepas satu sama lain, bahkan jika salah satu pihak ingin melarikan diri, pihak lain tidak akan membiarkannya.

 

Tidak ingin mengganggu Han Yiyue, He Xi Huan bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas membersihkan diri. Semalaman, dia sudah mengacaukan Han Yiyue bahkan sangat merepotkannya, pagi ini ganti dialah yang akan mengurus pihak lain.

 

He Xi Huan keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya, mendengar pergerakan itu, Han Yiyue membuka mata sedikit. Suara familier menyapa pendengerannya dengan segera.

 

"Bangun?"

 

Han Yiyue mengedarkan pandangan mencari sumber suara, setelah menemukannya, ia kembali meringkuk dan memejamkan mata dengan penuh pengabdian. Hanya tawa rendah He Xi Huan yang terdengar sampai ia kembali ke alam mimpi. Cukup menenangkan mengetahui seseorang yang dijaga sudah seperti semula, kesuraman di wajah tidak lagi terlihat dan momentum bersemangat memenuhinya.

 

Berbeda dengan suasana itu, kesuraman lain terjadi di meja makam pagi ini. Semua orang sarapan terlambat, jelas dua orang baru hanya mengikuti pendahulunya. Xiao Bao memakan makanannya tanpa nafsu, sementara Feng Ruo hanya memainkannya dengan sendok. Sesekali mereka akan menghela napas panjang. Bukan hanya karena tahu jika He Xi Huan tidak akan makan bersama mereka karena sedang mengurung diri, tetapi juga efek mabuk semalam.

 

Langkah ringan berjalan mendekat, tetapi tidak ada yang peduli. Kecuali Fluke dan Oliver memalingkan wajah melihatnya, ingin menyapa, tetapi pihak lain lebih dulu berbicara kepada koki.

 

"Siapkan satu mangkuk bubur dan dua sandwich, lalu kirim ke kamarku." Setelah itu ia melangkah menuju rak piring, mengambil gelas, dan membuat kopi untuk dirinya sendiri.

 

Ketenangan He Xi Huan berbanding terbalik dengan kebingungan dan perasaan tidak nyata di wajah Feng Ruo dan Xiao Bao. Mereka menatap laki-laki itu dengan takut-takut seolah melihat hantu. Tatapan mata itu berubah menjadi penyelidikan dan keingintahuan tumbuh semakin besar.

 

"Huan Ge …." Feng Ruo memberanikan diri memanggil nama itu dengan suara rendah.

 

He Xi Huan yang mendengar hanya melirik sekilas dan kembali melanjutkan membuat kopi juga susu hangat untuk Han Yiyue.

 

"Huan Ge, itu benar-benar Huan Ge, kan? Katakan, Xiao Bao, aku tidak berilusi karena mabuk, bukan?" Feng Ruo mengusap matanya keras-keras, masih mencoba mencari kebenaran.

 

Xiao Bao yang lebih masuk akal memilih tetap tutup mulut. Dia tahu tidak mungkin itu hanya ilusi Feng Ruo saja. He Xi Huan yang muncul di depan mereka hari ini, tepat di hari peringatan kematian ibunya, adalah He Xi Huan yang mereka kenal. Ini keajaiban dia bisa keluar dari kamarnya.

 

Namun, dua gelas itu, kopi dan susu, tidak jelas untuk apa. Masih menjadi misteri.

 

"Kalian mabuk lagi?" Kali ini He Xi Huan memutuskan untuk berbicara dan memperjelas poin pandangannya. Dia tahu jika dua orang itu akan diam-diam mabuk di belakangnya setiap kali hari 'buruk' ini datang, tetapi baru sekarang mendengar langsung pengakuan meski tanpa sengaja.

 

Inilah mengapa Xiao Bao tetap tutup mulut dan tidak mengikuti alur pembicaraan Feng Ruo. He Xi Huan tidak suka ketika orang lain merasa iba padanya apalagi sampai mengikuti kegiatan yang dipikirnya sangat menyedihkan.

 

"Mabuklah jika kalian ingin mabuk, jangan menahan diri." Hen Xi Huan melewatai mereka dan tidak menunjukkan kemarahan seperti tahun-tahun sebelumnya. Lagi pula, bukan urursannya apakah seseorang ingin mabuk atau tidak. Dengan santain dan penuh hati-hati membawa nampan berisi minuman ke kamarnya.

 

Namun, tindakan itu sekali lagi membuat guncangan di hati Feng Ruo dan Xiao Bao, mereka merasa bahwa He Xi Huan telah berubah hanya dalam semalam. Apa yang terjadi?

 

Di tengah kebingungan mereka, sosok kecil Fluke  yang semula menyelinap pergi telah kembali. Napasnya tidak teratur, wajah memerah. Oliver dengan perhatian menyerahkan segelas air minum tanpa bertanya-tanya.

 

"Yiyue … Yiyue tidak ada di kamarnya. Dia juga tidak ada di mana-mana. Aku ingin memanggilnya untuk sarapan."

 

Sepertinya, informasi penting baru saja dibocorkan. Baik Feng Ruo maupun Xiao Bao yang mengetahui kebiasaan Han Yiyue tidur dikamar He Xi Huan. Namun, fokus kali ini bukan itu, semalam Han Yiyue berkata dia ingin mabuk dan mengambil sebotol anggur dengan kadar alkohol tinggi. Jadi, dia pasti mabuk bersama He Xi Huan.

 

"Jangan terlalu khawatir, dia pasti ada di kamar seseorang. Makanlah makananmu, Yiyue akan aman." Xiao Bao memberi Fluke ketenangan dan meyakinkannya.

 

He Xi Huan mamsuki kamar dan melihat bahwa Han Yiyue masih meringkuk di tempat tidur, memejamkan mata dengan damai dan bernapas begitu tenang. Sudah hampir jam sepuluh pagi, itu membuatnya sedikit khawatir pihak lain akan mengalami sakit perut setelah apa yang mereka lakukan semalaman.

 

Meletakkan nampan di atas meja, ia mendudukkan diri di samping tempat tidur, menepuk pipi Han Yiyue dengan lembut. "Yiyue, bangun dan isi perutmu setelah itu kembali tidur lagi."

 

Han Yiyue merasakan gangguan, tetapi sangat berat untuk membuka mata. Bergumam rendah dan kembali tidur. Tenaganya masih belum penuh, tubuh terasa lemah, dan kantuk berat melanda. Rasanya tidak ingin beranjak dari tempat tidur barang sedetik saja. Namun, sentuhan lembut di pipinya tidak kunjung hilang. Agak mengganggu.

 

Dia mencoba menepis tangan di pipinya, dengan malas berbicara tanpa membuka mata. "Apa yang kamu …."

 

Kata-kata itu belum selesai ketika dia merasakan bibirnya ditekan oleh bibir lain, benda panas dan basah menyapu bagian luar bibir. Saat itu juga ia membuka mata terkejut dan melihat siluet tidak asing He Xi Huan. Tubuhnya diangkat dalam gendongan ala putri, dibawa ke kamar mandi.

 

"Cuci muka dan sikat gigi, setelah inikita sarapan. Kamu bisa tidur  lagi jika kamu mau."

 

He Xi Huan bertindak sangat lembut dan berhati-hati. Untuk sesaat membuat Han Yiyue berpikir bahwa dia sedang bermimpi.

 

Masih membeku dan tidak mempercayai perubahan He Xi Huan, Han Yiyue tidak sadar jika tubuhnya sudah diturunkan di depan kaca besar. Sosok di belakangnya menyiapkan sikat gigi dan membantunya dengan benda itu.

 

"Buka mulutmu, ah."

 

Han Yiyue, yang diperlakukan seperti anak kecil, mengerutkan kening kesal. Merebut sikat gigi dan berkata dengan amarah, "Aku bisa sendiri."

 

Ketika dia melihat ke depan, tepat ke pantulan tubuh di cermin, wajahnya tidak bisa tidak memerah malu. Sialan, dia telanjang!