webnovel

Golden Chapter

Setiap orang memiliki bab emas dalam hidupnya, di mana pancapaian terbaik didapatkan. Tentu setelah melalui serangkaian proses yang mendatangkan hal baik maupun hal buruk. Untuk mencapai titik itu, He Xihuan harus menaklukkan banyak kelompok mafia dan merebut kepemimpinan. Dalam prosesnya, dia menemukan seorang anak laki-laki yang kecantikannya tersembunyi di balik kulit hitam palsu. Han Yiyue memiliki pesona alami untuk memikat orang-orang di sekitarnya dan menggiring mereka ke dalam dunia fantasi tidak bermoral. Hal itu menimbulkan keinginan He Xihuan menjadikannya homme fatale untuk dikirim kepada musuh sebagai senjata terselubung dengan tugas tertentu. Tidak pernah disangka-sangka, selama masa bergaul dengan Han Yiyue, He Xihuan malah terjerumus ke dalam rencananya sendiri. Dia jatuh cinta kepada laki-laki itu dan menginginkannya seperti orang gila.

evilesther3 · LGBT+
Not enough ratings
246 Chs

Han Yiyue: Boldness 2

Pagi itu suasana ramai terjadi di ruang makan meski hanya ada beberapa orang di sana termasuk Jamie yang menumpang sarapan dan seorang koki di dapur. Feng Ruo yang semalam mabuk baru menyadari kehadiran seorang bocah asing ketika ia menunggu sarapannya. Reaksi yang tergambar di wajahnya adalah terkejut, bingung, dan tidak percaya. Seolah-olah meragukan sosok Han Yiyue sebagai anak manusia. Ia mulai menggoda bocah itu, melayangkan pertanyaan kepada Xiao Bao.

Han Yiyue tidak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, hanya menatap waspada pada orang-orang di sekeliling dan mencari bayangan He Xi Huan.

Pengabaian itu membuat Feng Ruo semakin tidak yakin akan kebenaran sosok Han Yiyue. Dia berpikir jika bocah itu terlalu malang berada di tempat ini. Melihat Han Yiyue yang mengedarkan pandangan mencari seseorang, Feng Ruo tidak tahan untuk tetap diam. Dia bertanya, "Nak, apa yang kamu lakukan di tempat seperti ini? Siapa yang kamu cari? Apa di sini ada ayahmu?"

Jamie yang duduk di sebelah menjentikkan jari ke kening Feng Ruo dan melayangkan tatapan malas ketika mendengar keluhan sakit yang agak berlebihan. Ia mengalihkan perhatian ke arah Han Yiyue dan berkata, "Kemarilah, duduk dan makan. Huan Ge akan datang sebentar lagi."

"Huan Ge?" Feng Ruo menampilkan ekspresi bingung dengan kening mengerut, dia menyodok Xiao Bao yang enggan bersuara sejak tadi. "Apa Huan Ge yang membawanya?"

Bukan jawaban dari Xiao Bao yang diterima, tetapi senandung dingin dari belakang. He Xi Huan melangkah dengan tenang, ekspresi wajahnya tidak banyak berubah ketika dia duduk di kursinya.

Segera setelah itu, Han Yiyue melangkah mendekatinya dengan tatapan penuh harapan. Suaranya rendah, tetapi manis khas anak-anak. "Aku sudah patuh. Jadi, bisakah harinya dikurangi? Aku ingin pulang sekarang."

Alih-alih menjawab, He Xi Huan memanggil koki dan meminta dibuatkan sarapan untuk dua orang. Melirik sekilas kepada bocah itu sebelum menyuruhnya duduk di kursi sebelah. Meskipun ketidakpuasan tersirat di wajahnya, Han Yiyue tidak memiliki keberanian untuk menolak. Terlebih melihat tatapan dingin He Xi Huan. Dengan patuh duduk dan mengatupkan bibir sedemikian rupa.

Interaksi itu dilihat oleh Feng Ruo. Dia telah bersama He Xi Huan dalam waktu panjang, tentu sedikit-banyak mengetahui karakternya. Terlepas dari niat memanfaatkan Han Yiyue, ada kerumitan di mata He Xi Huan. Bukan perasaan mendalam seperti rasa suka ataupun sayang, tetapi tampak seperti kerinduan.

Menyadari itu, Feng Ruo segera menyela, "Huan Ge, dia bukan anakmu, 'kan?"

Semua orang melayangkan tatapan kesal padanya, memberi sedikit tekanan yang membuatnya segera merasa ada yang salah. Tertawa garing ketika menanggapi mereka. Hening sesaat sampai Feng Ruo kembali mengeluarkan suara hatinya dengan wajah lembut, berkata, "Bocah ini terlalu baik untuk jadi anggota kelompok seperti kita. Sangat disayangkan jika dia harus merusak wajahnya dengan goresan ketika berlatih. Huan Ge, mengapa kamu merekrut bocah seperti ini? Dia sangat lembut dan baik."

Xiao Bao yang sejak lama terdiam tidak kuasa menahan kesarabaran lebih lama lagi. Memukul siku Feng Ruo dengan kejam ketika berkata dengan tegas, "Diamlah jika tidak tahu apa-apa."

Feng Ruo yang merasa dianiaya mengatupkan mulut dan memakan makanannya dengan suasana hati buruk. Bagaimana dia tahu sesuatu jika tidak ada yang memberitahu? Keluhnya di dalam hati.

Tanpa mereka sadari, He Xi Huan yang terlihat tenang dan tidak tergoyahkan ketika makan sebenarnya memikirkan apa yang dikatakan Feng Ruo. Memang benar jika Han Yiyue terlalu baik untuk menjadi anggota baru Fenghuang, tetapi itulah yang menjadi daya tariknya. Meski begitu, He Xi Huan tidak berniat merekrut bocah itu sebagai mafia, melainkan untuk dirinya sendiri.

Siang harinya, He Xi Huan dan Han Yiyue bertemu dengan Carla. Wanita itu tampak elegan sekaligus seksi, pakaiannya terbuka di area bahu hingga belahan dada, rok di atas lutut yang ketat. Bibirnya merah tipisnya mengapit sebatang rokok, tatapan mata tajam. Aura yang dikeluarkan menggoda, tetapi terasa sulit digapai bahkan sekadar untuk didekati.

Carla menatap He Xi Huan sesaat, menyingkirkan rokoknya ketika menampilkan senyum kecil. Suaranya yang lembut sedikit serak. "Kamu terlihat lebih ganas di sini daripada di negara asalmu, Axton," ucapnya bersemangat seolah bertemu dengan teman lama.

Tersenyum miring, He Xi Huan tidak menyangkal. Mereka berpelukan sebagai tanda sapaan. Beberapa tahun lalu, mereka bertemu di China. Pada saat itu Carla berkunjung sebagai kenalan Tuan Feng dan cukup tertarik kepada He Xi Huan, sayangnya pihak lain sama sekali tidak tertarik dan terus-menerus mengabaikan.

Carla duduk di hadapan He Xi Huan, kembali menghirup rokoknya ketika sekilas melirik Han Yiyue. "Kudengar kamu ingin aku mengajari seseorang. Di mana dia?"

He Xi Huan menoleh ke sampingnya dan menjawab, "Ya, aku ingin kamu mengajarinya."

Dalam beberapa saat Carla mencoba mencerna situasi. Dia memicingkan mata melihat Han Yiyue dengan saksama, mengamati lebih serius. "Ah, dia gadis kecil itu. Cantik, meskipun dalam penampilan laki-laki."

"Dia memang laki-laki," kata He Xi Huan memperbaiki kesalahpahaman pihak lain.

Ekspresi terkejut meli9ntas di wajah Carla, tetapi segera berubah tenang kembali. Sekali lagi melirik Han Yiyue sebelum berkomentar, "Bukankah namanya Han Yiyue? Yiyue untuk perempuan, bukan?"

Tidak ada tanggapan dari He Xi Huan. Memang benar jika nama Yiyue umumnya digunakan untuk perempuan, tetapi itu bukan urusannya dalam menamai seseorang. Lagi pula, tidak ada masalah tentang nama.

Tanpa diduga, si pemilik namalah yang menjawab setelah sekian lama terdiam. "Kata ibu, nama itu dari ayah."

Awalnya, Han Yiyue tidak berniat buka suara. Dia hanya ingin mendengar percakapan dua orang itu saja atau mengabaikan dengan melihat hal-hal lain, tetapi berkaitan dengan namanya, tentu saja dia harus berkomentar. Lagi pula, nama ini adalah identitasnya. Dia menyukainya karena ibunya. Itu juga mengingatkan mereka pada sosok ayah yang sebenarnya tidak pernah dia temui.

Tidak ada yang menggapi ucapannya, bukan berarti tidak mendengarkan. Carla hanya mengangguk acuh tak acuh kemudian kembali fokus pada He Xi Huan dan mulai menganalisis situasi yang akan dihadapi. "Aku memang berhasil mencetak femme fatale yang berkualitas, tapi tidak pernah menangani seorang laki-laki."

Carla adalah mantan femme fatale terkenal dengan kemampuan terbaik di masanya. Setelah memutuskan berhenti, sesekali dia akan mengajari beberapa orang yang dianggap baik. Meski begitu dia tidak pernah mengajari seorang laki-laki. Di kota besar ini dengan dunia malam bak surga dunia, ada banyak penggoda perempuan maupun laki-laki.

Mengembuskan asap rokok untuk terakhir kali sebelum menekan benda itu ke dalam asbak, dia menyelidiki Han Yiyue sekali lagi. "Tapi, untukmu aku bisa mengusahakan yang terbaik. Aku akan mengujinya malam ini dan memberikan sedikit pemahaman tentang apa yang akan dilakukannya. Bocah ini terlihat tidak tahu apa-apa."

He Xi Huan mengangguk setuju. Dia mengabaikan godaan terang-terangan Carla. "Terserah padamu," katanya acuh tak acuh.

Han Yiyue tidak menyadari jika kehidupannya akan berubah dimulai sejak saat di mana dia dibawa oleh Carla untuk mempelajari sesuatu yang selama ini berusaha dijauhkan darinya oleh sang ibu.