webnovel

DIMATA-MATAI

Setelah Bihan pergi.

"Dengarkan baik-baik, aku tidak suka semua ucapanmu tadi, bisakah kau berhenti menyindirnya, Bihan seorang yang berperasaan lembut. Dia berbeda dengan kita, sekarang dia masih belum menyadari sindiranmu, suatu saat jika dia sadar dia akan sedih!" Malphas memperingatkan Apollyon.

"Sebodoh itukah wanita pilihanmu, sungguh berbeda dengan dirimu yang seperti rubah," sindir Apollyon.

Malphad mendengus. "Kupikir kau butuh teman untuk bercinta, agar nafsumu tidak pindah ke mulutmu sehingga semua ucapanmu terdengar pedas di telingaku," Malphas mulai membalasnya.

Apollyon hanya tertawa mendengar sindiran Malphas.

"Dan yang terpenting, yang diterima Bihan bukan hadiah cuma-cuma. Tetapi itu adalah haknya, itu adalah bagian kakaknya!" Malphas menegaskan bahwa Demon tidak pernah memberikan sesuatu secara cuma-cuma.

"Kenapa tadi kau diam saja saat aku berkata seperti itu, bukankah hatimu juga ingin Bihan merasa berhutang budi ke kamu. Dasar Rubah, jangan kau pikir aku tidak tahu otakmu," ucap Apollyon.

"Bocah ini semakin pintar saja, mengerti semua pikiranku, Dasar Iblis. Apollyon bahkan lebih iblis dari Si Tirani Abaddon."

Malphas malas berdebat lagi, ia cuman tertawa. "Hahaha ... semakin tua, semakin susah melawanmu, Dasar Iblis."

Apollyon merengkuh Malphas dan berbisik," Aku memang iblis yang sudah kehilangan hati nurani, tetapi aku mencintai semua keluargaku." ... "Hanya dirimu, Arioch dan Maira yang tersisa. Aku. Harus. Menjaga. Kalian."

"Aku tahu hatimu, aku tahu dirimu menjagaku sekaligus memanipulasi semua kekuranganku untuk kesuksesan Demon."

***

Saat bersama Bihan kembali ....

"Bagaimana, sudah memiliki pandangan tempat atau ide baru?" tanya Malphas.

"Aku masih belum tahu, berapa modal yang dibutuhkan. Aku belum bisa menentukan, aku tidak ingin berhutang terlalu besar," jawab Bihan.

Malphas tersenyum. "Aku memberikan dengan ikhlas. Jangan terlalu kau pikirkan semuanya sendiri, aku rela memberinya, berapa pun modal yang kau inginkan. Jika sukses, bagian keluarga kami pun tentu lebih besar, ingat dua puluh persennya milik kami," kata Malphas mengingatkan ucapan Apollyon.

"Sudah ... besok saja kita pikirkan lagi! Sekarang kita tidur. Rengkuh aku, aku membutuhkanmu," kata Malphas.

Bihan akhirnya merengkuh Malphas, Malphas bisa merasakan hatinya tidak tenang, Bihan bukan seorang yang bisa menyembunyikan perasaannya. Malphas berusaha menenangkannya, tetapi tetap ia sembunyikan bahwa itu haknya, biar Bihan berpikir itu hadiah dari keluarga Demon.

Malphas bahkan berencana membeli rumah yang lebih sederhana dari tempat mereka dari uangnya sendiri, dan akan diberikan untuk Bihan. Mungkin rumah itu tidak akan bisa membalas kematian Hanbi karena melindungi Malphas, tetapi biarlah rumah itu digunakan untuk masa tua Bihan. Tinggal bersama keluarganya nanti.

Selama Malphas bekerja di Siang Hari, Bihan berkeliling mencari lokasi. Malamnya Bihan tetap bekerja di Li-Night Beer and Wine, milik Devil.

Seperti biasa, mereka bertemu malam setelah aktivitas kerja selesai. Saat berjalan pulang, mereka berkeliling. Malphas mendengarkan hasil survei lokasi yang dia lakukan siang hari.

"Ini salah satu lokasi yang disewakan murah, mungkin cocok untuk bar kita," kata Bihan.

"Ada yang lain?" tanya Malphas.

Bihan cuman mengeleng ....

Bagaimana mungkin di kota seluas ini cuman ada satu lokasi yang dipilih Bihan. Lokasinya juga jelek sekali. Menurut Malphas, seandainya buka, pasti sepi dan bangkrut.

"Aku ingin kau cari di sekitar pelabuhan, banyak anak buah kapal yang berlabuh membutuhkan minuman," kata Malphas.

"Semua penuh dan mahal harga sewanya," jawab Bihan.

"Kita tidak menyewa ... tetapi membeli. Aku membelinya untukmu," kata Malphas meralat ucapan Bihan.

"Aku tidak mau, aku tidak mau berhutang terlalu banyak," Bihan menentang keinginan Malphas.

Malphas menghela nafas. "INI MANUSIA BODOH ATAU BAIK."

Malphas bingung juga. Mau buka usaha yang di lokasi jelek dengan harga murah, Malphas meminta beli, tapi mau Bihan sewa. Baru kali ini juga Bihan menentang kemauan Malphas. Dasar Bodoh.

Mungkin Malphas harus marah dulu baru dia menurut. Hatinya harus bersabar menghadapi manusia baik atau bodoh ini.

"Sudah ... besok saja kita lihat lagi. Mungkin ada lokasi lain. Aku ingin berjalan denganmu malam ini di pelabuhan, pasti sangat romantis berjalan di bawah sinar bulan dan kelap-kelip bintang di tepi lautan," Malphas menipunya.

Wajah Bihan menjadi cerah. Tapi, tak lama kembali muram. "Aku juga ingin seperti itu, tetapi takut kau tidak suka," kata Bihan.

"Jangan takut padaku, apa yang kau inginkan minta saja. Jika sibuk, aku akan mengatur jadwal untukmu," jawab Malphas.

Ternyata Bihan seorang yang romantis. Malphas tersenyum sendiri. Ia ingin melihat lokasi bagus untuknya, dia malah ingin pacaran romantis seperti remaja. Kenapa bisa memiliki kekasih yang aneh seperti ini, Bihan saja tidak bergairah jika bersama Malphas tetapi tetap bertahan mencintainya. Mungkin hubungan ini tidak akan bertahan selamanya, Malphas harus siap jika di masa akan datang mereka berpisah.

***

Sambil berpacaran, berangkulan, menikmati bintang dan sejuknya angin malam di sekitar pelabuhan seperti remaja. Mata Malphas tidak berhenti mencari lokasi untuk bar baru milik Bihan.

Akhirnya ditemukan lokasi bagus dekat kapal barang berlabuh, pasti para abk (anak buah kapal) butuh minuman beralkohol setelah berlayar berbulan-bulan. Di sebelahnya akan Malphas buka persundalan, abk yang lama tidak bercinta pasti butuh wanita pemuas di sini. Juga restoran Italia, pasti menarik.

Ada dua lokasi yang cocok untuknya, satu tempat kumuh para tunawisma, satu lagi tempat berdiri beberapa toko keperluan alat kapal. Salah satunya, harus Malphas miliki atau keduanya. Besok akan Malphas minta Gremory untuk mengurusnya, ia tidak peduli dengan cara apa. Pokoknya salah satunya harus menjadi milik mereka, entah membeli harga mahal atau dengan kekerasan.

Setelah tujuan Malphas tercapai, ia sudah malas berpacaran ala remaja, badannya terasa capek ingin tidur. Malphas lebih menikmati tidur direngkuhan Bihan.

"Ayo kita pulang, aku merasa ngantuk," ajak Malphas. Bihan terdiam mungkin bingung, secepat itukah mereka romantis-romantisan, Malphas geli juga.

Akhirnya mereka pulang, mandi bersama dan tidur berengkuhan.

***

Keesokan hatinya ... ehh harinya. Malphas meminta Gremory untuk mendapatkan tanah di daerah pelabuhan yang ia sukai.

"Kau harus mendapatkan salah satunya dari dua pilihanku," kata Malphas.

"Tidak ...! Kau harus mendapatkan semuanya," Apollyon menyela pembicaraan mereka. "Entah dengan harga mahal atau dengan paksaan, harus kau dapatkan. Itu perintahku."

Tanpa melihat lokasi yang Malphas lihat, Apollyon langsung meminta semuanya. "Dasar Serakah."

"Aku rasa, kau sudah membayangkan akan membangun apa saja di sana selain bar milik orang bodoh itu," kata Apollyon dengan mulut pedasnya.

"Akan kubuktikan bahwa kekasihku bukan orang bodoh, tetapi seorang berhati malaikat, Manusia Sombong," balas Malphas.

"Aku yakin, lokasi itu bukan pilihan kekasihmu. Pasti kau yang memilihnya ... orang bodoh tidak mungkin punya pikiran seperti itu," ejek Apollyon.

"Dia. Tidak. Bodoh. Tetapi. Baik. Hati. Dia tidak mungkin tega mengusir orang yang tinggal di tempat itu," Malphas membela Bihan.

Malphas berpikir, Si Iblis punya mata berapa sampai hal sekecil itu bisa diketahuinya, atau hanya Malphas saja yang dimata-matai oleh Iblis Jahanam.

Tidak mungkin seluruh Demon yang begitu luas bisa diketahui olehnya.