webnovel

God not be wasted

Mau sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi..??? hal ini harus berhenti.., harus di hentikan.... di hentikan.... ... aku harus menghentikannya...!!!! dengan sesuatu yang sudah ku miliki dari dunia ku sebelum nya

Noxva · Fantasy
Not enough ratings
40 Chs

Arva

Arva adalah orang yang bisa di bilang jenius kepintaran yang dia miliki jauh di atas rata-rata di usianya yang masih mudah dia sudah berhasil menciptakan berbagai macam hal yang bermanfaat untuk dunia, bagi Arva kelebihan nya ini ada untuk menolong orang banyak itu lah yang dia pikirkan.

semua berjalan biasa saja sampai dia di tawarkan kerja sama oleh petinggi yang ada di negaranya, Arva bersemangat karena baginya ini bisa menjadi peluang baginya untuk menolong orang yang lebih banyak, dia mengerjakan proyek itu dengan segala pengetahuan yang dia miliki, dia sangat senang sampai tidak pernah pulang dalam mengerjakan proyek nya itu.

tapi kepercayaan nya di balas dengan pengkhianatan Arva mati di depan proyeknya yang telah di manfaatkan demi kepentingan perang, dia jatuh ke dalam keputusasaan yang dalam hingga dia mengutuk dirinya sendiri.

Arva membuka matanya, dia melihat langit-langit rumah yang asing di matanya, langit-langit rumah yang terbuat dari kayu tanpa ada satupun batu bata, dia bangkit dari ranjangnya dan melihat ke sekeliling rumah, sangat sederhana tidak terlalu banyak perabotan hanya ada tempat tidur yang terbuat dari jerami dan sebuah tempat memasak yang terbuat dari batu.

"ternyata ini bukan mimpi" kata Arva.

terdengar suara langkah kaki mendekat rupanya itu adalah gadis berambut putih sebelum nya, kali ini dia di temani oleh seorang laki-laki berpostur besar dan gagah.

"syukurlah anda sudah bangun" kata gadis berambut putih itu.

"anu.., maaf tadi saya meronta-ronta tidak jelas" kata Arva.

gadis berambut putih itu tidak mempermasalahkan itu dan menyajikan minuman yang hangat kepada Arva, seperti biasa gadis itu tersenyum ramah kepada Arva.

"bagus lah kau baik-baik saja tuan" kata laki-laki berpostur besar itu.

"salam kenal nama saya Leina, dan ini adalah prajurit di desa ini" kata Leina.

"nama ku Daka salam kenal Tuan" kata Daka dengan suara yang besar dan tegas.

Arva membalas perkenalan mereka dengan mengenalkan dirinya sendiri sembari meminum minuman yang di sajikan Leina, minuman ini terasa tidak asing malahan terasa sangat normal, ini adalah air tawar yang di hangatkan.

Arva heran melihat jamuan mereka, tapi dia memutuskan untuk diam dan tidak mempermasalahkan hal itu.

"Tuan Arva bagaimana keadaan anda? " tanya Leina.

"aku, sudah baikan, kurasa.. " jawab Arva.

"syukurlah, jika ada yang anda inginkan jangan sungkan meminta nya kepada saya" kata Leina.

Arva mengangukkan kepalanya, setelah itu Leina dan Daka langsung pamit pergi dari kamar itu meninggalkan Arva sendiri, sesungguhnya Arva masih penuh dalam pertanyaan tapi dia putuskan untuk menanyakannya nanti, dia membaringkan dirinya lagi ke tempat tidur itu sambil melemaskan seluruh tubuhnya secara perlahan rasa kantuk pun datang dan dia tertidur.

dia kembali terbangun di saat hari sudah mulai gelap, dia melihat ruangan kamar itu di terangi oleh sebuah lentera kecil, dia bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar dari kamar, dia melewati lorong rumah yang terbuat dari kayu itu.

dia berjalan hingga menuju ke pintu utama yang juga terbuat dari kayu, dengan tangan kanannya dia membuka pintu itu, seketika pintu itu terbuka dia melihat pemandangan yang indah, bintang di langit malam bersinar begitu terang, terangnya sinar bintang-bintang itu mampu menerangi jalan-jalan desa yang minim penerangan.

tak terasa air matanya mengalir, pertama kalinya dalam hidupnya dia melihat pemandangan seperti ini, dia yang selama ini mengabdikan hidup nya untuk menolong orang banyak begitu tersentuh melihat hal semacam ini.

"apakah langit di dunia ku juga seperti ini... " kata Arva sambil terpaku.

"ah tuan Arva sudah bangun".

dia melihat ke arah sumber suara rupanya itu Leina, gadis berambut putih itu datang dengan keranjang yang penuh dengan buah-buahan.

Arva sekali lagi melihat senyuman Leina yang indah dengan kedua matanya, hal itu membuatnya semakin tenang.

" maaf tuan Arva apa anda sedang bersedih? " tanya Leina.

"tidak aku hanya, terkagum melihat langit" jawab Arva.

"apakah langit di dunia tuan Arva tidak seperti ini? " tanya Leina.

"entah lah, aku tidak tau, aku tidak pernah memandangi langit sepeti ini" jawab Arva.

mereka berdua terdiam memandangi langit, di dalam hati Arva dia merasakan ketenangan yang dalam, jiwa nya kembali stabil.

Arva melihat sebuah danau yang ada di tengah desa, dari situ dia bisa melihat pantulan wajahnya sendiri, di saat itu di dalam hatinya dia bertanya.

"untuk apa aku di hidupkan lagi di dunia ini... "