webnovel

Chapter 23: Berilah rasa simpati kepada Pimpinan Raja Iblis ini

Setelah berhasil meraih kemenangan yang sengit dari Rodan, Elvy turun ke bawah, dan pada saat itu juga, kami menyambutnya dengan gembira. Terutama aku dan Mila, begitu Elvy turun, kami berdua langsung berlari ke arah gadis itu.

"Elvy-chaannn!!"

"El-chaannn!!"

Bersama-sama kami memeluk Elvy dengan erat.

Dia terlihat sangat senang, tapi kesenangan itu segera berakhir ketika aku mulai mencubit pipinya.

"Ya ampun, kau membuat orang khawatir saja! Tadi itu kau terlalu ceroboh!!"

"Dia benar, El-chan! Kau tidak boleh melakukan itu lagi mengerti? Atau Onee-chan akan marah!"

"Aduh aduh! A-Aku minta maaf! Aku tidak akan melakukannya lagi! Jadi tolong jangan mencubit pipiku! Itu sakit…" rintih Elvy kesakitan.

"Kau harus berjanji."

"Yah, El-chan, kau harus berjanji."

"Ba-Baiklah, aku berjanji," balas Elvy dengan lesu ketika kami berdua terus menasehatinya.

Melihatnya yang dengan jujur menyesal, aku mengangguk puas dan berhenti mencubitnya lagi.

Yah, apapun itu, aku benar-benar bersyukur kalau semuanya baik-baik saja.

Dengan ini, sudah tidak ada masalah lagi.

Semuanya telah selesai, dan untungnya tidak ada korban jiwa dari pihak kami, hanya ada beberapa orang yang mengalami luka parah. Tapi itu masih bisa kusembuhkan dengan [Heal Potion] yang kumiliki, lagipula aku memiliki banyak sekali potion itu di dalam [Inventory]ku, karena waktu itu aku menggunakan semua poin obatku untuk menaikkan level skillku. Aku membuat ribuan [Heal Potion] tingkat tinggi, jadi aku tidak perlu takut lagi untuk kehabisan [Heal Potion].

Yah, intinya, kami dapat melewati pertarungan ini tanpa ada korban jiwa satupun.

Jadi bisa dibilang kalau kami menang telak.

Tapi—

Entah kenapa aku seperti melupakan sesuatu dan itu sangat penting.

—Tapi apa?

"Hmm…"

Selagi aku memikirkan hal itu dengan wajah yang serius, Elvy tiba-tiba menarik ujung bajuku, dia menatapku dengan tatapan yang gelisah, terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Ada apa, Elvy-chan?" tanyaku keheranan.

Kemudian, Elvy menjawabnya dengan suara yang rendah sambil mendekatkan wajahnya ke arahku.

"Umm… Riku-san, bukankah kita harus segera menjemput Alicia-san?"

"Ah?"

Aku lupa.

****************

"Elvy-chan, cepatlah!" teriakku dengan panik.

"Yah, aku mengerti!" Menuruti perkataanku, Elvy semakin mempercepat penerbangannya.

Begitu aku mengingat kembali bahwa aku telah meninggalkan dewi itu seorang diri untuk melawan Pimpinan Raja Iblis, aku segera pergi untuk menjembutnya. Saat ini aku terbang bersama Elvy untuk pergi ke tempatnya, agar kami dapat sampai ke sana dengan lebih cepat.

"Di sana!" ujarku sambil menunjuk ke bawah di tempat Alicia yang sebelumnya kami tinggalkan.

Melihat itu, Elvy mengangguk paham dan segera mendarat di sekitar tempat itu.

Ketika kami sudah sampai di bawah, aku dan Elvy segera mencari keberadaan Alicia, karena dia sudah tidak ada di tempat ini lagi.

"Alicia! Di mana kau?!" teriakku sambil berkeliling di sekitar tempat itu.

"Alicia-san, kau ada di mana?!" teriak Elvy, yang membantuku untuk mencarinya juga.

Kami berdua terus mencari di sekitar tempat itu, namun sama sekali tidak ada pentunjuk apapun tentang keberadaan Alicia.

Jangan bilang kalau dia dikalahkan?

—Tidak, itu mustahil. Sekalipun anak itu sangat lemah di stamina, seharusnya dia masih bisa mengalahkan monster undead dengan mudah.

Apa yang sebenarnya terjadi di sini?

Kemana perginya anak itu?

Ketika aku terus mencari dan memikirkan segala kemungkinan dengan pemikiran yang paranoid, tiba-tiba aku mendengar suara Alicia dari kejauhan.

"Riku, Elvy, aku di sini!" panggil Alicia menyebut nama kami.

Mendengar itu, aku dengan cepat langsung berbalik ke arahnya, dan sedikit lega begitu melihatnya yang baik-baik saja.

"Alicia-san?! Kau baik-baik saja?" tanya Elvy langsung berlari ke arah Alicia yang saat ini sedang duduk di— Hm?

—Apa itu?

Melihat apa yang dia duduki, aku memiringkan kepalaku dengan bingung, dan Elvy yang menyadarinya juga langsung berhenti mendekat.

"Umm, Alicia-san, siapa yang sedang kau duduki?" tanyanya, sambil menunjuk ke arah seorang gadis kecil yang mungkin masih berumur 9 atau 10 tahun itu yang saat ini diduduki sama Alicia.

Aku juga berjalan ke samping Elvy untuk melihat lebih jelas gadis tersebut.

Dia memiliki rambut merah panjang yang indah, dan mata merah darah yang dapat bersinar. Gadis itu mengenakan gaun renda berwarna hitam.

Rasanya kayak aku pernah melihat dia sebelumnya.

Tapi, seharusnya orang itu memiliki penampilan yang lebih dewasa, bukan anak kecil seperti ini.

Apa mungkin aku hanya salah ingat?

"Alicia, siapa anak itu?" tanyaku.

Namun, Alicia memiringkan kepalanya dengan bingung, seolah aku menanyakan sesuatu yang aneh. "Apa yang kau katakan? Apa kau sudah lupa? Dia adalah Pimpinan Raja Iblis, Estella— Yah, lupakan itu, aku lebih penasaran dengan Elvy-chan. Apa itu? Kau benar-benar berubah saat terakhir kali kita bertemu. Kutebak pasti Riku mengacaukan semuanya, kan?" ujarnya sambil tersenyum usil ke arahku.

"Tidak! Apa maksudmu 'lupakan itu'?! Pimpinan Raja Iblis kau bilang?! Bagaimana mungkin dia menjadi Pimpinan Raja Iblis?! Serius, apa yang sebenarnya terjadi?!"

Terlalu banyak yang ingin kutanggapi, sehingga aku bingung harus memulainya darimana dulu.

Kenapa dewi ini bisa sesantai ini? Sebenernya seperti apa hidup yang dia jalani selama ini?

Bukankah dia terlalu tidak peduli?

Alicia menghela nafasnya seolah menganggap pertanyaanku sebagai sesuatu yang merepotkan.

"Ya ampun, haruskah aku menceritakannya?" tanyanya dengan wajah yang malas.

Aku ingin memukulnya.

Tapi itu mungkin akan mengubah moodnya dan bisa saja dia jadi tidak ingin menceritakannya.

Sebaiknya di sini aku menahan diri.

Saat itu juga, meskipun dia terlihat sangat enggan, dewi itu menceritakan semuanya kepada kami.

***************

"Hei, apa kau yakin membiarkan mereka pergi?" tanya Estella berdiri kembali setelah dia terkena sihir anti-undead untuk yang kedua kalinya.

Mendengar pertanyaan itu, Alicia terlihat sangat tidak peduli, dia menguap ngantuk, membuat Estella mengernyit kesal.

"Tidak masalah, aku hanya berpikir jika aku bisa menyelesaikan pertarungan ini dengan cepat, aku tidak perlu terlibat ke dalam pertarungan melawan naga itu, dan aku juga dapat menikmati waktuku untuk bersantai di sini sambil menunggu anak itu kembali," jawab Alicia dengan senyuman percaya diri.

Estella tertawa mengejek. "Apa kau benar-benar yakin anak itu bisa mengalahkan kadal itu? Dari yang kulihat, dia hanya manusia biasa, apa kau pikir dia bisa melakukan sesuatu untuk melawan seekor naga?"

"Tentu saja, lagipula dia Pahlawanku," jawab Alicia tanpa ragu sedikit pun, membuat Estella sedikit terkejut, tapi setelah itu Alicia mengangkat bahunya dengan santai. "Yah, lupakan itu, aku tidak masalah untuk berbicara seperti ini denganmu. Tapi, aku ingin cepat-cepat pergi bersantai kau tau? Jadi aku akan mengakhiri ini dengan cepat. Aku bisa saja memaafkanmu jika kau mau menyerah, dengan begitu aku tidak perlu membuang lebih banyak waktuku untuk bersantai, gimana?"

Mendengar itu, Estella hanya tersenyum meremehkan. Sesaat kemudian, tanpa basa-basi lagi, dia langsung memulai pertarungannya.

"[True Dark]!" teriak Estella yang langsung melancarkan sihir kegelapan ke arah Alicia.

Namun, Alicia masih terlihat santai.

"Ya ampun, tidak bisakah kau diam saja dan menjadi anak yang baik? [Reflect]," balasnya.

Seketika, sebuah cermin sihir muncul di depan Alicia dan sihir kegelapan tingkat tinggi milik Estella terpantulkan. Sihir itu malah berbalik arah menyerang ke arahnya.

"Apa?! Khh!" Estella terkejut, dia dengan buru-buru segera menghindarinya.

Dia melompat ke samping dan hanya meninggalkan sihir yang dipantulkan itu mengenai sehelai rambutnya. Tapi, dia tidak berhenti sampai di situ saja, Estella segera memperbaiki posturnya dan kembali menyerang Alicia lagi.

"Aku benar-benar meremehkanmu, tapi jangan berpikir kau bisa menang hanya dengan ini! Terimalah, [Inferno]!"

Gabungan sihir api dan es, ketika Estella merampalkan mantranya, sebuah badai salju yang sangat dingin membuat tubuh Alicia membeku dan membuatnya tidak dapat bergerak. Saat itu juga, tanpa jeda sedikitpun, muncul tornado api yang menyerang Alicia selagi dia tidak bisa bergerak di dalam es tersebut.

Api itu berputar-putar dengan kejam di sekitarnya seperti tornado dan membakarnya hidup-hidup.

Estella tersenyum lebar. "Kau merasakannya? Itu adalah sihir tingkat mitos yang sangat kuat, itu dapat mengabaikan segela jenis serangan balik apapun, dan sekali kau terperangkap, kau tidak akan bisa lepas lagi. Fufu, ini adalah akibatnya karena telah meremehkanku," ujarnya dengan penuh percaya diri.

Tapi, setelah tornado api itu berakhir, Alicia masih berdiri di sana dengan senyuman santainya.

"Apa?! Itu mustahil!"

Melihat itu, Estella membuka matanya terkejut.

"[Sanctuary], ini adalah sihir pelindung terkuat yang pernah ada, ini dapat melindungimu dari serangan sihir atau fisik apapun dari luar pelindung. Sayangnya, aku tidak bisa bergerak sambil menggunakan sihir ini," ujar Alicia yang menjelaskan kebingungan Estella.

"Khh!"

Itu membuat Vampir tersebut semakin kewalahan, dia terlihat menderita tentang apa yang harus dia lakukan selanjutnya.

Bagaimanapun, dia terlalu meremehkan lawannya.

Alicia memiliki sihir pembalik yang dapat membalikkan sihir tingkat tinggi sekalipun, dan dia bahkan juga memiliki sihir pelindung yang dapat melindungi dirinya dari serangan sihir dan fisik apapun sampai ke tingkat sihir mitos sekaligus.

Apa yang harus dia lakukan?

"Yah, kurasa sudah saatnya untuk mengakhiri ini," lanjut Alicia dan kemudian dengan santai dia berjalan mendekati Estella.

"...."

Estella terdiam, dia telah kehabisan ide untuk menyerang wanita itu.

"Sial, kurasa aku harus mundur dulu, [Telepo—"

Estella ingin menggunakan sihir teleportasinya untuk melarikan diri, tapi—

"—Apa kau pikir aku akan membiarkannya? [Turn Undead]," sela Alicia, dia langsung melancarkan sihir anti-undead kepada Estella.

Saat itu juga, cahaya suci merambas kuat di dalam tubuh Vampir tersebut dan membakarnya.

"Kyaaahh-!!" jerit Estella kesakitan.

"Kau mungkin memiliki item untuk dapat bertahan dari serangan sihir suci. Tapi, sepertinya kau masih bisa merasakan rasa sakitnya," ujar Alicia dengan senyuman lebar.

"Khh!" Estella mencoba untuk berdiri kembali, tapi Alicia melancarkan sihirnya lagi.

"[Turn Undead]."

"Kyaaaaah—!!!"

"[Turn Undead], [Turn Undead], [Turn Undead], [Turn Undead]..." Dia menggunakan sihirnya secara beruntun, membuat Estella tidak berkutik.

Setiap kali dia ingin berdiri, Alicia tanpa ampun langsung memberikannya sihir anti-undead yang kuat dan dia tergeletak lagi sambil merintih kesakitan.

Asap keluar dari tubuhnya yang gosong.

Saat itu juga, Alicia perlahan-lahan mulai berjalan mendekatinya. Kemudian, dia berjongkok di depan wanita gosong yang tergeletak itu dan bertanya dengan senyuman manis.

"Jadi, apa kau menyerah?"

Dia benar-benar tidak memiliki ampun.

Tapi, begitu dia mendekat sambil menanyakan itu, Estella menggunakan kesempatan ini untuk menyerang, dia langsung menggenggam erat lengan Alicia.

"—?!" Alicia terkejut.

"Fufu, kau bodoh. Sekarang kau sudah tidak bisa lari atau menggunakan sihirmu lagi, aku akan menghisap semua kekuatan sihir yang kau miliki dengan [Drain Touch]ku dan mengakhirimu!" ucap Estella dengan senyuman lebar.

Melihat itu, alis mata Alicia terangkat.

"Tidak, tunggu—"

Dia mencoba untuk menghentikannya.

Tapi, itu sudah terlambat.

"Fufu, sekarang sihirmu menjadi milikku!" teriak Estella dan dia langsung menggunakan [Drain Touch] untuk menghisap sihir Alicia.

Tapi—

"KYAAAAAAAAAAAAAHH—!!!"

—Teriakan yang keras bergema di seluruh hutan.

*************

"... dan yah, Undead bodoh ini mengakhiri dirinya sendiri seperti itu," ucap Alicia sambil melirik ke arah Estella yang saat ini dia duduki untuk membatasi pergerakannya.

Setelah mendengar ceritanya, mau tidak mau aku harus merasa kasihan kepada Pimpinan Raja Iblis itu.

"Yah, gimana bilangnya ya, kau sudah berjuang keras." Aku menaruh tanganku di pundak gadis kecil yang merupakan Pimpinan Raja Iblis itu dan menghiburnya.

"Uuh..." gadis itu mengerang dengan murung.

Dia benar-benar menyedihkan.