webnovel

Chapter 16: Memulai pertempuran dengan berlari

Terbaring dengan kondisi tubuh yang gosong di depanku adalah seorang wanita cantik.

Mungkinkah wanita ini adalah Pimpinan Raja Iblis yang dibilang sama kepala desa?

Itu membuatku terkejut begitu aku melihat wanita itu yang berada di belakang kami. Hanya memikirkan dia yang akan menyerang kami tanpa kami sadari saja sudah membuatku merinding.

Jika sihir Alicia terlambat sedikit saja, mungkin kami sudah lebih dulu dihabisi.

Aku benar-benar meremehkannya.

"Uuh... Ughh, aku tidak percaya itu akan berdampak sampai sekuat ini. Si-Siapa kalian sebenarnya? Orang yang bisa menggunakan sihir suci sekuat ini, apa kau seorang Uskup Agung?" ujar wanita itu ketika dia perlahan-lahan mulai bangkit.

Aku dan Elvy segera mundur ke belakang Alicia, tampaknya ini tidak akan berakhir dengan mudah. Aku tidak percaya dia masih bisa bertahan setelah terkena sihir suci Alicia.

Mungkinkah dia memiliki item yang dapat meningkatkan resistensinya terhadap sihir suci?

Selagi aku memikirkan hal itu, Pimpinan Raja Iblis itu perlahan-lahan mulai berdiri.

"Khuku, ini memang mengejutkan. Tapi itu benar-benar sangat disayangkan, aku memiliki item yang membuatku dapat bertahan dari serangan sihir suci, jadi meskipun kau—"

"[Sacred Turn Undead]!"

"Kyaaaahhhhhh—!!!"

"Padahal kau hanya undead rendahan, ada apa dengan kesombonganmu itu?" ujar Alicia yang menyerang Vampir itu lagi dengan sihir anti-undead tanpa membiarkannya selesai dengan perkataannya.

Wanita Vampir itu terjatuh lagi, dan tubuhnya mengeluarkan asap gosong sambil berkedut-kedut seperti orang tersetrum. Tapi, seperti yang kuduga, dia masih belum lenyap. Tampaknya dia memiliki suatu item yang dapat membuatnya kebal terhadap serangan suci.

Benar-benar merepotkan.

Bahkan serangan dari dewi itu tidak dapat memberikannya luka yang fatal. Ini mungkin akan sedikit berbahaya untuk bertarung melawannya.

Apa yang harus kami lakukan?

Selagi aku memikirkan rencana untuk mengalahkannya, tiba-tiba Alicia mendesah panjang dan berkata dengan suara yang kesal.

"Apa yang kau lakukan di sini? Cepat pergilah."

"Eh?" Alis mataku terangkat.

Itu membuatku bertanya-tanya apa yang sebenarnya gadis ini katakan, apa dia bodoh?

"Mau sampai kapan kau terus di situ, bodoh? Bukankah kau memiliki misi yang lebih penting? Cepat pergilah ke tempat semua orang dan cepat kalahkan naga itu. Untuk undead rendahan seperti ini saja kau bisa menyerahkannya kepadaku. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah ini dan pergi tidur," lanjut Alicia dengan ekspresi yang malas, sambil menunjuk wanita gosong di belakangnya dengan jempolnya.

Mendengar itu, aku menghela nafasku.

"Meskipun ini membuatku kesal, aku memiliki pendapat yang sama denganmu," balasku.

Setelah itu, aku tersenyum lebar dan berkata dengan suara yang bersemangat.

"Kuserahkan bagian sini padamu, sobat! Ayo kita selesaikan masalah ini dan bermalas-malasan sepuasnya!" Aku mengepalkan tanganku dan melakukan tos dengan Alicia.

Dia menerima tos dariku, dan kemudian dia berpaling kembali ke arah Vampir itu. "Oh, serahkan padaku! Kau juga, jangan sampai kalah loh! Atau aku akan menghajarmu!"

"Kau pikir aku siapa?! Lebih baik khawatirkan dirimu sendiri, dasar bodoh!"

Setelah mengatakan hal itu, aku segera meraih tangannya Elvy dan pergi dari tempat itu.

Dari belakang, aku dapat mendengar suara mereka berdua yang sudah mulai bertarung.

"Ayo pergi, Elvy-chan!"

"Ta-Tapi, Alicia-san…"

Ketika aku menarik tangan Elvy dengan paksa dan mulai berlari, dia terlihat sangat gelisah memikirkan Alicia yang kami tinggalkan sendiri.

Tapi—

"Kau tidak perlu khawatir, dia pasti baik-baik saja!"

Yah, dewi itu pasti baik-baik saja.

Sekalipun dia telah kehilangan kekuatannya, dia tetap seorang dewi. Aku yakin dia masih memiliki kekuatan untuk melawan Pimpinan Raja Iblis dengan mudah.

Lagipula lawannya adalah undead, tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

Jadi aku yakin dia baik-baik saja.

"Meskipun seperti itu, dia sangat bisa diandalkan di saat seperti ini. Yah, selama dia memiliki stamina yang cukup, aku yakin dia baik-baik saja," ucapku dengan penuh percaya diri.

Tapi, pada saat itu juga suasananya langsung berubah menjadi hening.

"Entah kenapa itu membuatku menjadi khawatir, Riku-san."

"Yah, kau benar."

Aku benar-benar lupa kalau dewi itu hanya memiliki stamina yang sedikit. Dia adalah orang yang hanya berjalan selama beberapa menit saja sudah menjadi seperti orang yang sekarat.

A-Apa dia akan baik-baik saja ditinggal sendiri?

Semakin aku memikirkannya, itu hanya membuatku menjadi semakin khawatir.

Sial, kurasa aku harus menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan menyusulnya terlebih dahulu.

Pada akhirnya, wanita itu hanya membuat ini tambah merepotkan saja.

****************

Aku berlari dan terus berlari.

Di sepanjang jalan kami selalu dihadang oleh monster-monster yang berkeliaran di tempat itu, tapi para prajurit Elf yang berjaga dengan cepat menarik anak panah mereka dan membunuh monster itu. Jadi kami dapat pergi tanpa kendala.

"Riku-san, di sana!" teriak Elvy sembari menujuk ke arah Pohon Suci.

Di tengah-tengah segerombolan monster ini, kami terus berlari dan berlari secepat mungkin untuk pergi ke Pohon Suci.

"Bagus, kita sudah dekat!" teriakku saat melihat lubang besar dari Pohon Suci itu, yang merupakan tempat para Elf untuk berlindung dari para monster.

Namun, begitu kami hampir tiba di sana, aku dikejutkan oleh seekor monster yang mirip seperti serangga capung yang tiba-tiba muncul dari balik rumah yang sudah roboh dan berniat untuk menyerangku.

"Krraakk—!!"

Melihat monster itu yang mendisis berisik, aku mengerutkan alis mataku.

Bagaimanapun, jika sudah sedekat ini, itu tidak akan sempat untuk menunggu para prajurit Elf untuk melepaskan anak panahnya.

Sial, kurasa aku hanya bisa pasrah.

Memikirkan bahwa aku tidak akan bisa selamat tanpa luka parah, aku segera bersiap-siap dengan [Heal Potion]ku, agar aku bisa segera mengobati lukaku dan kembali berlari.

Akan tetapi—

"Riku-san, menunduklah!" teriak Elvy.

Itu membuatku terkejut, dan tubuhku dengan refleks melompat ke samping. Pada saat yang bersamaan juga, Elvy mengulurkan tangannya ke arah monster itu dan berteriak.

"[Wind Blade]!"

Angin kencang berderu seperti bilah pedang yang tajam, dan langsung memotong-motong serangga itu menjadi beberapa bagian.

Melihat itu, mataku terbelalak kaget.

"Kau baik-baik saja, Riku-san?!"

"Ya-Yah… Ma-Makasih, Elvy-chan. Aku baru tau kau bisa memakai sihir juga," ucapku dengan takjub, itu benar-benar membuatku terkejut sampai kupikir aku akan ngompol di celana.

"Fufun, sebenarnya aku melakukan latihan rahasia!" balas Elvy sembari membusungkan dadanya dengan bangga dan tersenyum lebar.

"Ahahaha, kau benar-benar sangat hebat!" Aku dengan tulus memujinya, dan mengelus kepalanya dengan lembut. Dia terlihat sangat senang ketika aku melakukannya.

Setelah itu, kami kembali berlari menuju Pohon Suci.

Sesampainya di sana, kami masih saja di hadang oleh para monster. Mereka benar-benar tidak ada habisnya. Tapi, untungnya para prajurit Elf itu dengan cepat segera membunuh para monster itu.

Melihat itu, aku dan Elvy sama-sama mengangguk, dan kemudian kami segera mendekati lubang dari Pohon Suci itu, yang saat ini tertutup oleh penghalang sihir.

"Hei, bukalah! Kami datang untuk menyelamatkan kalian!!" teriakku dengan sekuat tenaga sambil memukul-mukul penghalang sihir tersebut.

"...."

Namun, sama sekali tidak ada respon dari dalam.

Karena itu bukan penghalang sihir yang transparan, mereka tidak dapat melihat kami yang berada diluar.

"Mila-san! Apa kau bisa mendengarku?! Ini aku Elvy, tolong buka penghalang ini!"

"…."

Elvy mencoba untuk memanggil juga, tapi sayangnya sama sepertiku, sama sekali tidak ada respon apapun dari dalam.

Sial, apa penghalang ini juga kedap suara?!

Padahal kami tidak memiliki waktu lagi, apa yang harus kulakukan?!

"Riku-san, tolong mundur sebentar."

"Elvy-chan?"

"Aku akan membukanya dengan paksa."

"Eh?"

Mendengar itu, aku berseru seperti orang bodoh. Tapi, sebelum aku sempat untuk bertanya apa yang ingin dia lakukan, Elvy menarik nafasnya dalam-dalam dan langsung melancarkan sihirnya.

"Menarilah di telapak tanganku, dan berikan aku angin yang menghancurkan segalanya, [Wind Blast]!" teriak Elvy, yang kemudian dari telapak tangannya muncul bola hijau seukuran bola besar.

Bola itu dengan cepat melesat dari tangan Elvy dan menabrak penghalang sihir tersebut.

'Bum!'

Pada saat itu juga ledakan yang kuat membuat retakan di penghalang tersebut.

Yah, itu mungkin hanya sebuah retakan, tapi itu sudah cukup untuk membuat suara kami sampai ke dalam penghalang tersebut.

"Riku-san!" teriak Elvy.

"Yah, aku mengerti!"

Mendengar itu, aku segera berteriak keras sebelum penghalang itu pulih kembali.

"Mila-san, kami datang untuk menyelamatkanmu, tolong buka penghalang ini!! Kumohon, kami memerlukan bantuanmu! Tolong bukalah penghalang ini!!" jeritku dengan putus asa, berharap suaraku dapat sampai ke dalam sana.

Namun, bahkan setelah penghalang itu kembali pulih, sama sekali tidak ada respon apapun dari dalam. Itu membuat kami semakin putus asa.

Elvy telah kehabisan tenaga, jadi dia tidak bisa menggunakan sihirnya lagi. Sedangkan aku sama sekali tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menghancurkan penghalang sihir itu.

Sial, di saat seperti inilah aku benar-benar berharap dewi itu ada sini.

Jika saja dia ada di sini, kami bisa menghancurkan penghalang sihir ini dengan mudah menggunakan sihir [Break Spell]nya.

"Cih, apa sudah tidak ada cara lagi?!"

Apa tidak ada sesuatu yang dapat menghancurkan penghalang ini?

Selagi aku dengan putus memikirkan berbagai macam cara yang bisa kami lakukan sembari menunduk suram, alis mataku terangkat begitu melihat sesuatu yang ada di bawah kakiku.

"Tanah?"

Mataku melihat ke arah bagian bawah dari penghalang sihir itu, dan menyadari bahwa ada celah kecil di bagian bawah penghalang tersebut.

Benar juga, kalau dilihat baik-baik, penghalang itu sama sekali tidak sampai tembus ke dalam tanah. Kenapa aku bisa melewatkan sesuatu yang sederhana seperti ini?

Jika dipikirkan baik-baik, mana mungkin wanita yang bernama Mila itu tidak akan memberikan kami cara apapun untuk membuat kami dapat menghubunginya.

Semisalnya dia berpikir bahwa dia akan diselamatkan, dia pasti akan memberikan celah untuk kami— Regu penyelamat dapat menghubunginya.

Menyadari hal itu, aku segera melempar botol penambah tenaga kepada Elvy. Dia tampak terkejut ketika menerima botol itu, tapi aku mengabaikannya.

"Elvy-chan, apa kau bisa menggunakan sihir itu lagi?" tanyaku.

"Eh, maksudmu [Wind Blast]? Aku bisa menggunakannya, tapi Riku-san, itu tidak akan memiliki kekuatan yang cukup kuat untuk meretakkan penghalang itu lagi," jawabnya, dengan wajah yang muram.

Mendengar itu, aku tersenyum lebar. "Tidak, itu saja sudah cukup, tolong gunakan sihir itu lagi untuk menggali lubang yang ada di bawah penghalang itu."

"Eh, apa yang— Ah!" Tampaknya Elvy juga menyadari apa yang ingin kulakukan, alis matanya terangkat, dan dia perlahan-lahan mendapatkan kembali cahaya di wajahnya. "Aku mengerti, Riku-san! Aku akan melakukannya!"

"Yah, berikanlah yang terbaik, Elvy-chan!"

Aku memberikan jempolku kepada gadis itu, dan dia segera meminum potion penambah tenaga yang kuberikan itu dengan cepat, lalu mulai merampal kembali sihirnya.

"[Wind Blast]!"

'Bum!'

Pada saat yang bersamaan, bola hijau yang berukuran lebih kecil dari yang sebelumnya melesat tepat di bawah penghalang tersebut, dan memberikan celah kecil yang cukup untuk menghubungkan kami ke dalam penghalang tersebut.

Melihat itu, kami sama-sama menggangguk dan berteriak keras secara serentak.

"Buka penghalangnya!"

Sesaat kemudian...

Penghalang itu mulai menghilang dari bawah ke atas, dan berdiri tepat di depan penghalang yang mulai terbuka itu adalah seorang wanita Elf cantik dengan tubuhnya yang menggoda.

Wanita itu memiliki rambut hijau muda panjang yang bergelombang, dan memakai pakaian pendeta wanita berwarna putih yang memperlihatkan bentuk tubuhnya dengan ketat.

"Baiklah, siapa di sini yang membutuhkan bantuan Onee-chan?" ucapnya dengan senyuman manis.

(Onee-chan maksudnya kakak perempuan)