"Kita harus membawa mereka ke tempat aman terlebih dahulu!" Perintah Celine yang kuhentikan ketika dia baru saja akan melangkahkan kaki.
"Tidak, kalian pergilah menghadapi mahluk itu. Aku akan membawa mereka ke tempat aman lalu membantu kalian!" Seruku sembari berlari menuju tubuh terjauh, mengangkat orang tersebut dan berlari keluar ruangan menuju ruangan terdekat yang tak berhadapan langsung dengan halaman belakang.
Celine dan kedua sahabatnya mengangguk mengerti, berlari keluar melompati jendela dan bergabung bersama golem miliknya yang kini terhempas menghantam sisi lain istana, membuat istana ini sekali lafi bergetar kuat.
"Oke, jadi alasan kau memiliki kekuatan tambahan itu adalah karena kau memang memilikinya" Jelas Z selagi aku mengangkat orang ketiga yang adalah seorang pelayan laki-laki.
"Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda Z!" Ucapku dengan nada meninggi di akhir kalimat, berusaha menahan kesal yang hanya akan menghabiskan energi ketimbang membantuku.
"Tidak! Bukan itu! Maksudku, kau dapat menggunakannya karena kekuatan itu telah ada dalam dirimu sejak lama! Ahh, kau tak perlu mengetahuinya sekarang, intinya, yang ingin ku katakan adalah kau dapat menggunakan kekuatanmu itu dan menggabungkannya bersama Faker!" Serunya bangga seakan baru saja menemukan sebuah ide brilian.
"Kau pikir aku tak tahu itu? Alasan menggunakannya sendiri-sendiri adalah karena beban yang diberikan pada kepalaku terlalu berat. Aku tak tahu apa yang dapat terjadi jika aku menggunakan dua sekaligus" Balasku sembari berusaha menghiraukan kelelahan yang mulai datang mengambil alih tubuh hingga membuat napasku terengah-engah.
Z menghela napas panjang "Kau bisa membagi beban itu padaku kau tahu. Berhentilah mengandalkan diri sendiri dan percayalah pada orang-orang di sekitarmu"
"Bilang saja kau ingin membantu, tak perlu menambahkan kata-kata bijak seperti itu"
Sebelum Z dapat membalas, mahluk tersebut tiba-tiba masuk ke dalam ruang dansa dari atas, terjatuh menghantam lantai hingga hancur yang untungnya dia jatuh di tengah ruangan dan bukan di dekat jendela. Kalau tidak, akan ada korban jiwa berjatuhan.
Ketiga ksatria muncul dari jendela, tampak kelelahan sesudah bertarung menghadapi mahluk di depan yang kini sementara bangkit berdiri dengan aura ungu gelap mulai merembes keluar layaknya uap dingin mengepul.
"Apa yang kalian lakukan? Kita beruntung golem itu tak mengenai mereka!" Sahutku marah sembari membentuk perisai mana, bersiap menghadapi serangan yang akan tiba dalam-
Tangan besar itu kembali menghantam perisai mana, membuatku bertanya-tanya, apa dia memiliki sebuah dendam padaku? Mengapa aku terus yang menjadi incarannya?
Tunggu.. Incaran? Itu dia!
"Rayven! Tolong gantikan aku mengangkat mereka ke ruangan kosong di lorong sebelah kanan! Aku akan memancing monster ini menjauh!"
Rayven menembakkan beberapa anak panah, memaksa golem itu mengangkat tangan kirinya untuk melindungi wajah karena baru saja kusadari kalau tangan kanannya telah tiada. Hancur berantakan hanya menyisakan lengan atas "Kau yakin disitu aman?"
"Itu adalah ruang perpustakaan! Telah diberi sebuah sihir perlindungan oleh penghuni istana!" Teriakku, melawan geraman golem yang sekarang tampak begitu marah, terus menatap ke arahku seakan memiliki sebuah dendam kesumat "Celine! Rio! Teruslah menyerang selagi aku menarik perhatiannya!" Perintahku yang diterima dengan baik oleh mereka "Hoi! Kau mahluk tanpa wajah! Serang aku kalau kau punya nyali!" Kuambil salah satu bagian dari atap yang runtuh dan melemparnya mengenai kepala golem tersebut dengan sebuah bunyi 'Ting' kecil.
Lemparan itu memang tak melukainya sama sekali, tetapi cukup untuk membuatnya marah besar karena harga diri yang tercoreng. Aku tak tahu jika golem pun memiliki sesuatu seperti itu dan hanya mengikuti perasaan saja. Siapa yang tahu ternyata golem adalah mahluk berego tinggi (Kecuali Gorg tentunya).
Dia mengamuk, mengayunkan tangan kanan secara membabi buta dengan harapan membuatku menjadi gepeng di antaranya. Seandainya saja bukan karena bantuan Z, aku mungkin benar-benar sudah tak lagi berbentuk tiga dimensi. Namun, dengan bantuab Z sekalipun, aku hanya dapat menghindar dan bertahan tanpa dapat menyerang balik, cuma bisa berharap semoga serangan dua ksatria itu setidaknya dapat melukai golem ini karena tubuhku sudah berada di ujung tanduk, tak lama lagi jatuh ke dalam kegelapan pekat dan hening yang dinamakan pingsan.
Aku benar-benar sudah kehabisan energi. Satu-satunya hal yang membuatku bertahan adalah karena aku masih harus menyelematkan orang-orang ini dan memastikan golem itu hancur sebelum dia mulai mengakibatkan korban jiwa.
Golem milik Celine masuk ke dalam ruangan, mencengkeram leher golem hitam tersebut dan ketika akan melemparnya, golem itu seketika menghempaskan energi besar yang berhasil mengirim golem Celine terlempar keluar. Aku dan kedua ksatria itu ikut terlempar ke seberang ruangan, sementara Rayven datang memasuki ruangan ketika golem hitam kini mengalami sebuah perubahan bentuk. Tubuh besar kotaknya itu terbuka, saling memisahkan diri menampakkan kotak-kotak ungu terang berkekuatan besar. Seseorang tampak pada bagian tengah tubuh, tergantung dengan kedua tangan tampak terikat pada lingkaran hitam besar yang berada di belakang tubuh. Masing-masing kotak ungu bercahaya itu bertambah terang dengan suara berdengung kencang sebelum bertambah redup dimulai dari sisi paling luar seakan sedang disuntik masuk pada tubuh tersebut. Bunyi berdesis terdengar disertai uap dingin yang hampir menutupi seluruh ruangan.
Tak sampai tiga detik kemudian, sepasang mata ungu bercahaya menatap ke arahku. Saat itu, aku tak tahu harus bereaksi seperti apa, ketika sosok tersebut hanya dalam sebuah kedipan mata, sudah berada di depanku, mengenakan pakaian serba hitam bergaris-garis ungu terang layaknya berasal dari masa depan berteknologi canggih. Aku tak tahu mengapa, tapi aku merasa aku seperti mengenal dirinya, mengenal sosok perempuan yang kini berdiri di hadapanku.
Tiba-tiba, kepalaku terasa begitu sakit, seakan sesuatu berusaha merobeknya menjadi dua. Aku berusaha bertahan, tak ingin tampil tak berdaya di hadapan musuh. Namun, rasa sakit itu bertambah berkali-kali lipat, hingga membuat Z ikut merasakannya dan menjerit keras. Aku jatuh berlutut, masih melihat dirinya, tak ingin sosok familiar itu menyerangku di saat aku tak dapat melakukan apa-apa.
Tetapi, apa yang terjadi berikutnya justru mengejutkanku. Celine datang menerjang dari belakang, berusaha menyelamatkan diriku yang di mana aku merasa seakan tak perlu diselamatkan, seakan aku aman bersama dirinya. Perempuan itu berbalik, menghadapi Celine seolah sedang melindungiku yang aku tahu itu tak mungkin. Tapi aku mendapatkan perasaan bahwa itulah yang sedang terjadi.
Rio ikut bergabung bersama Celine, berusaha sekuat tenaga untuk melawan. Namun sosok tersebut sama kuatnya seperti golem hitam, bahkan sedikit lebih kuat berkat kini tubuhnya mengecil dan dapat bergerak secara gesit serta cepat, membuat kedua ksatria tersebut kewalahan. Rayven yang akhirnya selesai membawa semua tawanan, ikut dalam pertarungan yang kini menjadi tiga lawan satu. Sedangkan aku hanya menonton di belakang, memerhatikan pertarungan tersebut seakan sedang kembali mengenang masa lalu... Sesuatu seperti ini, pernah terjadi bukan?
"Zent sadarlah! Mereka membutuhkan bantuanmu!"
Berkat teriakan Z, aku dapat kembali fokus terhadap situasi sekarang, dapat keluar dari apapun yang terjadi sedetik sebelumnya. Namun, belum sempat diriku membantu, mereka bertiga sudah terlempar ke seberang ruangan. Prajurit Anderson lalu menampakkan diri, muncul dari balik bayang-bayang demi menghadapi sosok perempuan yang kini tampak bercahaya makin terang.
"CEPAT BERLINDUNG! KITA AKAN MATI JIKA MENGHADAPINYA SECARA LANGSUNG!"