webnovel

Part 14

 

   Jarum jam telah menunjukkan angka 10 ketika kami sampai di mansion dengan tuan putri yang telah tertidur lelap dalam gendongan. Meskipun sedikit melelahkan membawanya ke sini, entah mengapa aku terus ingin menggendongnya sembari memerhatikan wajah menggemaskan tersebut. Mungkin inilah yang dirasakan oleh para orang tua, sepulang kerja, walau kelelahan, masih menghabiskan waktu bersama putra maupun putri mereka. Sungguh sebuah perasaan yang indah.

  Aku menidurkannya di atas kasur, memerhatikan tuan putri meringkuk di bawah selimut dengan tangan kanan masih menggenggam ujung tunikku yang harus kulepaskan perlahan agar dia tak terbangun, lalu keluar dari kamar sesudah berpamitan dengan maid pribadi miliknya. 

  Di luar kamar, Celine bersandar pada dinding, menatapku dari seberang, menganggukkan kepala ke samping, memintaku untuk mengikutinya. Tak memiliki alasan untuk menolak, akupun mengikuti dia yang berjalan keluar dari mansion, kemudian berhenti di depan sebuah istal besar, terletak di sebelah kiri mansion yang bukan berisi kuda, melainkan motor-motor melayang dengan perpaduan warna putih dan hitam. Lambang Duke Anderson tampak di sebelah kanan maupun kiri tubuh, yaitu sebuah kepala singa berwarna hitam. 

  "Apa kita akan pergi ke suatu tempat?" Tanyaku, meraba motor terdekat, merasakan teksturnya, sedikit licin serta dingin, lalu merasakan lambang yang timbul tersebut.

  Celine mengangguk mengiyakan "Kita akan pergi berpatroli"

  "Kenapa aku? Kau tahu aku sama sekali tak memiliki kemampuan seperti kalian bukan? Aku hanya akan menjadi sebuah beban seandainya kau membutuhkan bantuan, lebih baik jika kau mengajak salah satu ksatria di sini" Saranku agar dirinya terlepas dari bahaya dan tanggung jawab untuk menjaga seorang tamu. Lagipula, bukankah sedikit aneh meminta orang asing sepertiku untuk ikut bergabung? Bagaimana kalau tujuan aslinya adalah untuk membalas dendam? Apa aku sudah terlalu kelewatan?!

  Tidak-tidak. Tenangkan dirimu Zent. Tak mungkin dia melakukan hal seperti itu mengingat kau adalah tamu dan ksatria pribadi tuan putri. Orang bodoh sekalipun takkan melakukannya hanya demi sebuah balas dendam. Tapi, apa penjelasan logis lain? 

  DIA MENYUKAIKU?

  Ahh, tidak mungkin. Tatapannya saja selalu tajam tiap kali bertemu denganku, belum lagi dengan sikap bagaikan kulkas dua pintunya itu. Jangankan menyukai, menganggapku sebagai mahluk hidup saja sepertinya tidak. Lalu kenapa? Apa dia sebosan itu sampai harus mengajak seseorang yang dirinya benci? Mungkinkah dia menikmati reaksiku?

  Aku menoleh padanya, menemukan dia baru saja tersenyum, sebuah senyuman mengerikan yang tak kusangka dimiliki seorang manusia. Seketika aku memalingkan pandangan, tak mampu menahan rasa takut seakan menghadapi seekor serigala lapar. Apa yang harus kulakukan?! Apa aku kabur saja? Tidak, kau adalah laki-laki Zent, kau harus menghadapinya. Tapi bagaimana?

  AH!

  Astaga, Zent baru saja melihat senyumku! Apa dia merasa malu sampai bertingkah seperti itu? Rio memang mengatakan seseorang akan bertingkah aneh ketika merasa malu, tapi mengapa Zent justru terlihat waspada? Ah! Mungkinkah dia masih belum dapat mempercayaiku? Wajar saja, mengingat yang sudah kulakukan padanya. Baiklah, akan kugunakan kesempatan ini untuk memperbaiki segalanya, terima kasih Rio, doakan aku berhasil. 

  Celine merogoh sesuatu dari kantung celana putihnya, melemparkan benda tersebut padaku yang adalah sebuah kunci "Kau pakai Hoverbike milik Rio dan tolong jaga dengan baik kalau kau ingin nyawamu aman" 

  Ahh, aku berhasil! Aku berhasil menggunakan kata 'tolong' dan memberi kesan kalau diriku adalah seseorang yang pengertian! Rio memang sangat menyeramkan jika sudah menyangkut HB miliknya, jadi agar Zent tak terkena masalah, aku memberinya sebuah peringatan. Aku harap dengan begini pandangan Zent akan berbeda mengenai diriku. 

  Dia baru saja mengancamku kan? Wahh aku benar-benar akan kehilangan nyawa sekarang. Sudah tak ada jalan lain, aku harus melewati ini lalu segera balik tidur dalam kamar, menghilang di balik mimpi indah, jauh dari jangkauan Celine yang entah mengapa telah menetapkanku sebagai mangsanya. 

  "Apa kau siap? Kau tinggal mengikutiku saja, tidak akan memakan waktu lebih dari 30 menit jika semuanya berjalan lancar. Oh, karena kau tak dapat menggunakan sihir, tekan tombol yang terletak tak jauh dari ibu jari kananmu, itu seharusnya mengalirkan mana cair cadangan yang hanya digunakan dalam keadaan darurat. Simpan kekhawatiranmu, Rio telah mengizinkannya. Kalau tidak, untuk apa dia meminjamkan HB?" Ucapnya ketus, memalingkan wajah dengan kasar tanpa melihat ke arahku lagi yang jujur saja membuatku merasa sedikit tenang.

  Oke, jadi cara kerja kendaraan ini kurang lebih sama seperti menggunakan motor. Tinggal menyesuaikan diri dengan beberapa tambahan seperti tak menggunakan ban, mengatur tinggi-rendahnya kendaraan serta menahan diri untuk tidak menekan tombol yang aku sangat yakin digunakan untuk mengaktifkan dua buah meriam panjang pada kiri maupun kanan moncong HB yang sekarang tampak pendek karena dalam mode non-aktif.

  Bagaimana aku bisa tahu kalau meriamnya dapat memanjang? Sebut saja kemampuan seorang gamers. 

 

  Sang ksatria memimpin di depan, mengendarai HB miliknya dengan kecepatan normal sembari memerhatikan kanan-kiri. Sesekali ia menoleh ke belakang, memastikan diriku masih mengikutinya sebelum menambah sedikit kecepatan, berbelok mulus layaknya seorang pro. Sedangkan diriku beberapa kali masih harus mengerem, lupa kapan harus naik atau turun mengikuti rambu jalan.

  Kalau mataku tak salah melihat, Celine sempat tertawa kecil menyaksikanku panik seperti seorang anak kecil yang baru pertama kali belajar mengendarai sepeda roda dua. Sialan, mentang-mentang dirinya sudah terbiasa. Mau sampai kapan dia terus menggangguku?

  Namun, jujur saja, mengendarai Hoverbike ini sama seperti ketika kau mencoba sepeda roda dua untuk pertama kali. Kesulitan dalam menyeimbangkan benar-benar membuatku nostalgia terhadap masa lalu, sebuah kenangan yang tanpa sengaja berhasil membuat topengku lepas untuk sedetik.

 

  Aku menggelengkan kepala, berusaha mengusir perasaan yang hanya akan membuatku tersiksa itu, berharap semoga Sang ksatria tak melihatnya. Kalau aku yang begini saja sudah sering diganggu olehnya, bagaimana dengan sisiku yang itu? Bisa-bisa aku di bully seperti saat SMP dulu.

 

  Tahu-tahu, Celine memelankan Hoverbike, membiarkanku berada tepat di samping, mengucapkan "Bagaimana pengalaman pertamamu menggunakan Hoverbike?" Tanya dia penasaran dengan tatapan yang tampak penuh harap jika aku tak salah mengartikan antara dia ingin aku bahagia atau menderita karena harus berjalan bersamanya.

 

  "Lumayan, mengingatkanku terhadap motor pribadiku yang mungkin sekarang telah tak berbentuk" Jawabku netral, tak ingin membuatnya bahagia maupun tak senang. Sebuah perasaan yang justru akan membuat dia merasa gatal untuk semakin mencari cara menggangguku. Mari kita lihat, sampai mana dirinya dapat bertahan.

  "Oh"

  Ya, bagus. Rasakanlah perasaan tak nyaman tersebut, rasakanlah dendamku!

  "Itu bagus"

  Apa?

  "Aku khawatir kau akan tak menyukainya mengingat kau sama sekali belum pernah mencoba sesuatu seperti ini. Kendaraan di duniamu memiliki roda bukan? Sudah pasti terasa berbeda" Jelasnya dengan nada yang kurasa ceria? Entahlah, aku benar-benar sulit menebak Celine.

 

  Ahh.. Syukurlah. Aku benar-benar takut dia akan tak menyukainya karena berbeda dengan kendaraan pada dunia asal dia. Kurasa, aku harus berterima kasih pada Rio atas kesempatan yang dia berikan. Aku harap kami dapat terus seperti ini. Layaknya seorang teman.

  "Ohh, haha. Iya benar, itu bagus"

  Mengapa aku merasa senang sekaligus tersinggung? Dia benar-benar memikirkan pendapatku atau justru berusaha menghinaku dengan menyinggung kendaraan kami yang ketinggalan zaman? Aku benar-benar tak menyukai ini, aku tak suka jika tak dapat menebak apa yang lawan bicaraku maksudkan. Layaknya peliharaan pada masternya.

  Ah! Mungkin ini saat yang baik untuk bertanya apakah dia ingin berteman denganku. Suasana ini, mungkin inillah yang dimaksud oleh Rio!

  "Zent, aku-

  Tiba-tiba di kejauhan terdengar suara ledakan besar. Celine seketika berubah menjadi sosoknya yang biasa, tampak dingin serta tegas, melompat naik ke atas Hoverbike "Maaf, aku harus segera pergi. Kau baliklah ke dalam mansion dan jangan dekati ledakan tersebut, kau mengerti?" Perintahnya, tanpa menunggu balasan langsung menancap gas, meninggalkanku sendiri di pinggir jalan.

  Aku berpikir sejenak, apakah aku kembali ke mansion atau mengobati rasa penasaran yang sudah membuat tangan ini gatal ingin memutar gas Hoverbike. Untungnya, sesuatu menangkap perhatianku dan menjawab pertanyaan tersebut.

 

  "Mohon maaf nona ksatria, tampaknya aku ingin sedikit bersenang-senang, terutama jika melibatkan kendaraan seperti ini"

  Tanpa menunggu satu dua tiga, ku gas Hoverbike mengikuti gerombolan HB di depan yang juga dalam kecepatan tinggi.