webnovel

Ikutlah Aku Ke Italia!

Langkah Anna terhenti tepat akan masuk ke dalam mobil. Dari posisinya sekarang, Anna melihat Dimas dan Shania sedang jalan berdampingan. Lebih dari itu, kedua telapak tangan mereka saling menggenggam. Dimas dan Shania persis terlihat seperti sepasang kekasih.

"Raja, sebentar ya? Aku pergi temuin seseorang dulu," kata Anna ke Raja. Setelahnya dia melangkah cepat untuk menghampiri Dimas dan Shania. Keduanya akan melangkah masuk ke dalam butik.

"Dimas, Shania!" seru Anna yang berhasil membuat kedua orang itu menoleh secara bersamaan.

Shania menutup mulutnya yang menganga. Tak percaya melihat kehadiran Anna saat ini. Apalagi dia selama ini sudah begitu yakin dan percaya diri, jika Anna tak akan bisa bebas dari Rumah Wangi Ayu.

"Wah, nggak menyangka ya bertemu kamu di sini Anna. Udah puas jalan sama selingkuhan kamu itu hah?" tanya Shania ke Anna seraya menatap sinis perempuan itu.

"Selingkuhan?" Anna bertanya kebingungan.

Shania di samping Dimas mulai ketar ketir. Dia tak bisa membiarkan Dimas kembali dengan Anna setelah kebohongan itu terbongkar.

"Udah yuk sayang! Jangan ladenin dia!" kata Shania seraya menarik paksa Dimas agar segera masuk ke dalam butik.

Anna tak bisa berdiam diri. Dia menarik tangan Shania dan memisahkannya dari genggaman Dimas. Tamparan keras lalu Anna berikan ke pipi perempuan itu.

"Puas kamu Shania, hah? Aku nggak menyangka ya sama kamu! Bisa-bisanya kamu menjebak aku dan membuat aku masuk ke tempat dimana banyak perempuan menjajakan tubuhnya untuk para lelaki!" Anna berkata tegas dan menuding tepat di depan wajah Shania.

"Kamu keterlaluan ya Anna! Udah salah malah nyalahin aku!" balas Shania tak terima. Dia kemudian menangis dan menunjukkan wajah memelasnya.

"Kamu benar-benar jahat Anna! Aku selama ini menyembunyikan semua kebohongan kamu dari Dimas. Karena aku kasihan sama Dimas. Tapi semakin lama, aku nggak bisa melihat kelakuan kamu yang makin kelewatan. Sekarang aku mohon, jangan ganggu hubungan kami! Kamu lanjutin ajah tuh hubungan kamu dengan selingkuhan kamu!"

Anna menatap tak percaya. Dia tertawa dengan sumbang setelah mendengarkan karangan super hebat yang Shania ucapkan. Tamparan pun akan kembali mendarat di pipi perempuan itu. Sayangnya, Dimas lebih dulu mencegah.

"Kamu pergi sekarang Anna! Hubungan kita udah selesai semenjak kamu pergi dari aku dan memilih selingkuhan kamu itu! Kamu benar-benar perempuan nggak tahu diri! Jalang!" maki Dimas tepat di depan wajah Anna. Satu tangannya mendorong kasar Anna hingga perempuan itu jatuh terduduk di halaman butik.

Raja yang memerhatikan Anna diperlakukan kasar oleh Dimas dan Shania sudah sejak tadi ingin memberikan balasan ke mereka. Namun, Raja memilih menahan diri dan memerhatikan dari jauh. Namun, senyum iblis berkali-kali terlukis di wajahnya. Jika ada yang melihatnya, ini sungguh mengerikan.

Anna bangun dengan susah payah. Hatinya terasa tercabik-cabik setelah pria yang sangat dia cintai memakinya seperti tadi. Anna berteriak murka di depan butik itu. Dia mengepalkan kedua telapak tangannya erat dan rasanya ingin memukuli habis, menampar dan juga memaki balik Shania. Dalang dari semua kekacauan hidupnya.

"Lihat ajah Shania. Aku akan membalas rasa sakit hati aku! Berbahagialah di atas kebohongan besar kamu!"

Raja memegang lengan Anna dan menarik perempuan itu untuk segera ke mobil. "Sudahlah Anna! Tidak usah hiraukan mereka!" kata Raja dengan lembut.

Dari dalam butik, Shania keheranan melihat Anna yang dibawa pergi seorang pria. Dia mengekori kepergian Anna dengan tatapan tajamnya.

"Siapa pria itu? Apa itu pria yang sudah membeli tubuh Anna? Waw, beruntung juga Anna bisa dapet pria yang masih muda. Bukan kakek-kakek."

Dimas mendekati Shania dan menepuk punggung perempuan itu. Apalagi Shania nampak serius melihat ke luar butik. "Kamu malah melamun di sini! Ayo lanjutkan memilih bajunya!"

Shania tersenyum manja ke arah Dimas. Lalu dia bergelayut di lengan Dimas seraya melangkah di samping pria itu. Shania pun tak malu memamerkan kemesraannya ke beberapa orang yang ada di butik.

***

Anna meminta ke Raja agar berhenti di taman yang dekat dengan sekolah SMA nya. Anna turun lebih dulu yang langsung disusul oleh Raja. Pria itu lalu duduk di samping Anna.

Pertemuannya dengan Dimas dibayar rasa sakit hati. Lebih menyakitkan lagi, Shania, teman dekatnya bermain drama dengan begitu hebat di hadapannya. Dimas bahkan membela Shania terus terang. Anna frustasi mengingat kejadian tadi yang sangat melukai hatinya.

"Argh! Kenapa Dimas percaya gitu ajah ke Shania? Menyebalkan!" Anna berkata dengan lantang. Tak peduli jika ucapannya membuat pendengaran orang lain terganggu.

"Sudahlah Anna. Tenang! Kamu ngapain juga memikirkan mereka? Tidak penting kan? Yang penting sekarang, ibumu kondisinya sudah membaik dan yang lebih penting lagi, cepat buka hati kamu buat aku!"

Anna mendelik tajam. Ucapan Raja membuat Anna semakin emosi. "Kamu ya Raja, udah tahu hati aku lagi terluka, malah bahasin itu! Aku nggak akan buka hati buat kamu!"

"Obat hati terluka kan dengan membuka hati kamu untuk orang lain. Aku jamin Anna, aku tidak akan melukai kamu. Apalagi berpaling dari kamu. Itu tidak mungkin aku lakukan." Raja berkata dengan percaya diri. Justru ini membuat Anna muak.

"Ucapan kamu membuatku mau muntah! Nggak usah sok bilang nggak akan berpaling! Pria tuh ya, kalau lihat yang bening dikit ajah mata langsung jelalatan. Apalagi pria modelan kayak kamu! Memangnya aku nggak tahu hah! Kamu bawa masuk perempuan penghibur untuk melayani nafsumu itu!" Anna membalas ketus.

Raja tertawa mendengar ocehan Anna. Dia memaksa perempuan itu agar menghadap ke posisinya. "Memangnya kamu mau menjadi pelampiasan nafsu aku, hah? Pasti nggak mau kan? Sedangkan aku butuh pelampiasan. Kalau ditahan malah tersiksa." Raja membalas dengan santai.

Anna sedikit mendorong Raja agar menjauh dari posisi duduknya. "Sedangkan aku, tidak mau menerima cinta dari pria nafsuan kayak kamu! Udahlah, stop bahasin masalah perasaan kamu! Aku muak dengarnya." Anna berkata tegas dan bangun dari posisi duduknya.

Segera Raja menyusul kepergian Anna dan meraih pergelangan tangan perempuan itu. "Tapi kamu berhutang besar kepadaku Anna. Kamu lupa ya hm? Aku sudah membiayai biaya perawatan ibumu sampai sekarang kondisinya sudah membaik. Kamu harus membayar itu semua sayang."

Anna terbelalak. Dia melupakan hal penting ini. "Iya nanti aku cicil deh hutangnya ya? Sekarang aku mau pulang ke rumah dan lanjutin hidup aku!"

Baru akan melangkah, Raja menahan Anna kembali. Dia menggeleng untuk Anna. Sebuah kode bahwa semua yang Anna bilang tadi tidak akan terwujud. "Siapa bilang kamu bisa lanjutin hidup kamu kayak biasanya hah? Siapa bilang juga, kamu boleh menyicil? Aku meminta bayarannya dengan hal lain."

'Mampus, dia pasti bilang cintai aku Anna! Tetaplah di sisiku! Menyebalkan dan bikin muak kalau dia bilang kayak gitu!' Anna membatin.

"Ikutlah aku ke Italia! Aku akan menjadikan kamu pelayan pribadiku di sana!" perintah Raja dengan tegas. Anna di hadapannya melongo sempurna. Perintah yang menurutnya sulit untuk dia lakukan.