webnovel

CHAPTER 22

"Apa kebiasaan lo sekarang jadi gila? Senyum-senyum sendiri lagi!" jerit Gio melihat Alda yang sedang tersenyum. Alda tersadar dan langsung membungkukkan badannya.

"Masuk!" terka Gio lagi. Alda berlari kecil memutar ke arah mobil. Alda masuk dan menatap Gio yang juga menatap dirinya.

"Kita nunggu siapa nih, Kak? Udah jam dua belas loh, katanya kemarin kita berangkat jam segini biar lebih banyak waktu buat refreshing. Tapi, aneh. Kok, liburan di saat semester baru dimulai ya,"

"Lo banyak ngoceh dari tadi, ini bukan liburan. Ini party! Ngerti enggak sih? Lo bisa bedain mana liburan dan mana party kan?"

"Santai aja kenapa? Kok, malah nyolot ke Alda segala. Iya, Liburan dan Party itu beda. Namun, tetap aja bersenang-senang. Satu definisi!" jawab Alda tak mau kalah dengan hentakan Gio. Gio memicingkan matanya menatap Alda, dan menghembuskan napas pelan.

Ketiga sahabatnya muncul dan langsung mengetok kaca mobil Gio. Mereka bertiga pun masuk ke dalam mobil sport milik Gio.

"Nunggu lama ya, kalian?" tanya Rama sambil menaruh ranselnya ke belakang jok belakang.

"Enggak kok, Kak. Baru beberapa menit aja," jawab Alda berbalik ke arah belakang, menatap Rama, Gavino, dan Eros yang juga menatap dirinya.

Gio menatap ketiga sahabatnya dari kaca spion dalam dan langsung menancap gas. Di dalam perjalanan, mereka berlima hanya diam sambil mendengar musik Without Me, milik Jersey. Gio tetap fokus menyetir dan menatap jalanan. Sedangkan Alda, bersender dengan tatapan mengantuk. Katiga sahabat Gio yang lain juga sibuk dengan aktivitas sendiri.

Rama sudah tertidur, Gavino dengan mendengar musik dari handsetnya, dan Eros hanya diam sambil menatap ke arah jendel mobil.

Mereka akan memulai perjalanan ke terminal wisata grafika cikole lembang. Grafika cikole tempat yang paling dekat dari arah kampus mereka. Tempatnya sangat strategis berada tepat di pinggir jalan raya. Yang berada tepat di kota Bandung, tempatnya dipenuhi banyak pohon pinus dan bisa menjernihkan pikiran.

Mereka tiba di sana, Gio menatap keempat orang yang sudah tertidur tanpa berkutik sedikitpun. Akhirnya, Gio pun keluar duluan tidak ingin membangunkan mereka. Gio meregangkan lekuk-lekuk tubuhnya yang terasa pegal akibat dua jam menyetir. Mereka seperti ingin piknik saja. Padahal, rencana Rama yaitu hanya ingin berpesta riang bersama keempat sahabatnya. Gio mengeluarkan tenda kemah dari bagasi mobil untuk mereka bertempat.

Tempat yang sangat leluasa dan luas, udaranya pun begitu sejuk. Gio mencari tempat yang pas untuk dia dirikan tenda untuk beristirahat.

Setelah beberapa menit menghabiskan waktu mengerjakan tenda tersebut, Gio merebahkan diri ke dalam tenda karena kelelahan. Sambil menatap langit-langit tenda dan dia terkejut akan sebuah suara.

"Kak Gio!"

Gio terperanjak dan mendongakkan kepalanya keluar jendela dan menemukan Alda yang sedang tersenyum lebar. Gio menggeram kesal dan tak memperdulikan gadis ini.

"Kak Gio, kok cuek banget sih!" gerutu Alda sambil membuka pintu tenda dan melihat Gio yang sedang berbaring dengan tubuhnya membelakangi Alda.

"Gue mau istirahat, sana lo pergi jangan ganggu gue dulu," jawab Gio mengusir Alda sambil tangannya mengibas-ibas. "Sekalian ambil tenda di mobil dan dirikan tenda lo, supaya lo bisa istirahat juga,"

"Lah, tapi katanya kita mau berpesta. Kenapa malah kayak piknik gini, sih?" omel Alda lagi menggoyang-goyangkan tubuh Gio. Gio yang merasa terusik pun, bangkit dan menatap Alda datar.

"Sistem party F4 itu beda dari yang lain. Jadi, tugas lo hanya nurut aja, asisten!" jawab Gio mengacak-acak rambut Alda dan langsung merebahkan tubuhnya lagi.

"Huh, beda apaan. Bilang aja kalau ini piknik bukan mau party. Pake berkilah lagi," keluh Alda bangkit dan berjalan ke arah mobil Gio.

Alda mengeluarkan semua barang-barangnya, termasuk ransel milik Gio yang isinya entah apa. Terlihat sangat tipis dan tak berisi, Alda mengernyitkan dahinya.

"Kenapa ransel si wadin tipis gini? Dia enggak bawa apa-apa? Tote bag Alda malah kembung gini, dah" tanya Alda pada diri sendiri dan beralih menatap tote bagnya yang sangat berisi.

Karena penasaran, Alda membuka ransel hitam milik Gio. Alda hanya menemukan satu baju kaos dan celana jeans. Tetapi, Alda melihat sebuah piguran di dalam ransel tersebut. Piguran itu hanya terlihat sampingnya, dan menampakkan seorang gadis berkerudung di dalam pigura tersebut. Alda pun menjulurkan tangannya ke dalam tas, tetapi saat Alda hendak mengangkatnya suara panggilan Rama membuat Alda menutup cepat tas Gio. Supaya Rama tidak mengira Alda berbuat yang tidak-tidak.

"Alda, lo lagi ngapain? Gio mana?" tanya Rama berjalan mendekat ke arah belakang mobil sambil mengucek-ucek matanya.

"Oh, Kak Gio di sana. Dia lagi istirahat, Alda di suruh buat nganterin barang-barangnya sekalian mau dirikan tenda juga," jawab Alda tersenyum kecil ke arah Rama dan merangkul ransel milik Gio. "Kalau gitu, Alda ke sana dulu ya Kak,"

Rama hanya mengangguk dan juga mengambil ranselnya. Rama membuka pintu mobil dan membangunkan Gavino dan Eros.

***

Tepat pukul tujuh malam, kelima mahasiswa ini sedang duduk melingkar mengelilingi kayu bakar. Alda menatap keempat cowok ini sambil tersenyum ria, berbeda dengan Gio yang sama sekali tak membalas senyum dari Alda. Mereka sedang memakan ayam bakar yang mereka beli dan di bakar di sini. Alda memakai jaket bermotif kucing yang berwarna biru dengan celana jeans hitam. Rambutnya dikuncir kuda seperti biasa, dengan lahapnya dia memakan ayam bakar tersebut.

Gio menatap Alda dengan datar, sambil mengunyah makanannya. Tanpa ekspresi sedikitpun. Saat itu juga, Alda menatap Gio dengan cepat cowok ini langsung membuang muka.

"Gimana, Alda? Lo suka enggak party bareng kita. Cuma lo satu-satunya cewek yang pernah Gio ajak buat party bareng gini," ucap Eros menatap Alda yang kepenuhan mulutnya. Eros tertawa kecil saat melihat wajah imut milik Alda. Alda pun mengunyah cepat supaya bisa berbicara.

"Beneran cuma Alda yang pertama kali party bareng Kakak?" tanya Alda ulang, sembari menatap keempat cowok ini.

"Hooh, cuma lo," sambung Rama.

"Alda seneng kalau gitu bisa makan gratis, hehe," jawab Alda dengan tampang polos, membuat keempat cowok ini langsung menatap Alda bingung.

"Bener-bener cewek norak lo!" timpal Gio yang duduk di samping Alda.

"Lah, Alda kan jawab jujur. Tadi Kak Eros nanyak ke Alda suka enggak party bareng kita. Terus, Alda jawab seneng kare –"

Alda tidak bisa meneruskan ucapannya karena Gio lagi-lagi menjitak kepala gadis ini. Alda meringis kesakitan dan menatap kesal ke arah Gio. Tanpa rasa bersalah, Gio langsung bangkit setelah makan malam mereka selesai.

"Huh, apa Kak Gio suka banget jitak kepala orang?" tanya Alda menatap ketiga cowok ini.

"Gue rasa itu kebiasaannya yang baru setelah bertemu lo. Gue udah kenal Gio lama, dan enggak pernah melihat Gio seperti ini," jawab Gavino.

"Itu tandanya si wadin lagi jatuh cinta," tutur Eros, membuat Rama, Gavino, dan Alda menatap cowok ini.

"Maksud lo? Apa hubungannya?" terka Rama.

"Lo berdua bego, ya? Gini, biar gue jelaskan. Cowok dingin kayak Gio itu tidak akan bisa mengungkapkan perasaannya secara langsung kepada gadis yang dia suka. Nah, di wadin kan termasuk dingin, jutek, cuek, datar. Perilaku yang tidak romantasi, bisa saja romantis bagi dirinya. Contoh, saat Gio menjitak kepala Alda," jelas Eros panjang lebar menunjuk ke muka kedua temannya, membuat Rama dan Gavino manggut-manggut.

"Jadi?" tanya Gavino dan Rama secara bersamaannya.

Bukan Eros namanya kalau enggak bisa membuat kedua sahabatnya mengerti. Alda yang diam sambil terus mengunyah menatap Eros dengan tatapan serius.

"Si wadin jatuh cinta sama Alda," sambung Eros.

"Uhuuk!" Alda terbatuk saat mendengar penuturan terakhir Eros. Gadis ini menggosok-gosok kerongkongannya pelan dan mengambil air pemberian Rama.

"Hati-hati Alda kalau makan," ucap Rama. Gavino dan Eros tertawa kecil, bukan tertawa melihat Alda, tapi tertawa karena ungkapan Eros.

"Lo dapat pemikiran dari mana sampe buat kesimpulan gini?" tanya Gavino.

"Lo sahabat Gio bukan sih, masa lo enggak bisa memahami sikap Gio sekarang," tukas Eros. "Gio itu lagi su –"

Ucapan Eros terpotong saat melihat Gio tiba-tiba sudah berada di belakang Gavino. Eros pun, berpura-pura mengalihkan pembicaraan.

"Besok kita bakal mendaki gunung ya. Sekalian kita bersenang-senang untuk sehari, besok kan kampus libur," kilah Eros berpura-pura. Membuat Gavino dan Rama menggelengkan kepalanya.

"Enggak usah berlagak bodoh kayak gitu kalau mau nipu seseorang," timpal Gio yang masih berdiri di belakang Gavino. Eros memejamkan matanya karena tidak bisa menutupi kemungkinan. Suasana menjadi tegang dan sunyi. Kini, mata Gio beralih menatap Alda yang tidak berhenti makan.

"Woi, norak! Lo dari tadi makan aja? Sana, tidur!"

Alda yang merasa mendapat perhatian seperti ini hanya diam di tempat dengan terus menatap Gio.

"Mau gue jitak lagi?" sambung Gio. Alda pun tersadar dan bangkit.

"Iya-iya. Kak, Alda duluan ya," ucap Alda kepada ketiga cowok ini. Gavino, Rama, dan Eros menatap Gio dengan tatapan menelisik.

"Kalian juga sana istirahat," setelah mengucapkan itu, Gio pun melangkahkan kakinya. Setelah melihat langkah Gio semakin jauh, ketiga cowok ini saling pandang dan tertawa terbahak-bahak.

"Lo ngapain ketawa?" tanya Gavino.

"Lah, lo juga ngapain ketawa?" sambung Eros memukul pundak Gavino.

"Sepertinya gue punya pengakuan nih," terka Rama, membuat kedua sahabatnya itu menatap Rama serius. "Gio ... sedang PMS!"

Gavino dan Eros melongo dengan tatapan datar, mereka pikir akan mendapatkan pengakuan yang lebih dari ini. Ternyata, tak sesuai dugaan.

"Begok!" timpal Gavino menimpuk kepala Rama. Mereka pun tertawa lagi sampai menggema di tengah-tengah hutan pinus ini.

***

Alda duduk diam sambil membaca novel yang dia bawa dari rumah. Di dalam tenda sambil tersenyum karena adegan dalam novel tersebut. Sedangkan Gio, dia sedang berjalan-jalan di depan tenda Alda tanpa sepengetahuan dirinya. Gio pun mendongakkan kepalanya ke tenda Alda, membuat gadis ini terperanjak kaget.

"Gio? Lo ngapain sih?"

"Sorry, gue kira lo udah tidur," jawab Gio sambil duduk di depan Alda.

Gadis ini pun tak memperdulikan Gio yang sekarang menatap dirinya, dia malah fokus terus membaca novel tersebut. Sampai akhirnya, Alda tertawa sangat keras. Tetapi, Gio hanya bisa memahami dari pergerakan mulut Alda yang sedang tertawa. Tanpa bisa mendengar sedikitpun. Karena dicuekin, Gio pun keluar dari tenda Alda.

Gio berjalan ke tendanya dan mengambil sebuah pigura dari dalam tasnya. Tatapan dan perasaanya kini berubah saat melihat mulut Alda yang sedang tertawa. Kini, dia seperti kembali ke masa lalu. Dimana melihat Auberta menertawakan dirinya yang bertingkat konyol.

"Lo adalah gadis pertama yang membuat gue selalu bertingkah aneh. Lo mempunyai kebiasaan yang buruk, dan lo punya kepribadian yang unik. Gue suka, diri lo yang suka banget sama bintang. Sampe lo pernah ngomong ke gue, lo ingin bertemu dengan pangeran yang ada di bintang lo. Saat itu, gue bahagie bisa mengenal lo, Auberta. Dimana lo sekarang?" lirih Gio pelan sambil menatap piguran foto Auberta yang tersenyum.

"Lihat! Bintang lo malam ini hadir dan lo sekarang dimana? Bisakah bintang virgo menunjukkan aku arah untuk menemuimu?" tunjuk Gio ke arah langit dan menghadapkan foto Auberta juga ke arah atas.

Tanpa sadar, Alda mendengar ucapan yang baru saja Gio ucapkan. Membuat gadis ini mengernyitkan dahinya. Alda bersembunyi di balik pohon dan terus mendekat supaya bisa melihat dengan jelas foto siapa yang Gio lihat.

Alda pun mendekat dan mengejutkan Gio.

"Skatmat! Hayyo, lo natap foto siapa?" terka Alda mengejutkan Gio. Membuat cowok ini langsung menutupi pigura tersebut, supaya tidak terlihat oleh Alda.

"Itu siapa? Pacar lo? Jadi, bener ya kata Gavino lo itu udah punya pacar,"

"Lo enggak tau apa-apa, jadi diam aja," jawab Gio bangkit dan langsung masuk ke tenda. Saat Alda hendak menyembulkan kepalanya ke dalam tenda, Gio sudah keburu menutupnya.

"Huh, dasar watek. Enggak pernah bersikap baik," sela Alda dan langsung meninggalkan tenda Gio. Malam pun, membuat semua makhluk hidup terlelap.

SUKSES!