Evan pagi itu sudah duduk di bus yang akan membawanya ke kota. Membawa segudang harapan yang selama ini ia pendam. Ia ingin tahu apa kabar mantan calon istrinya. Semoga ia kuat melihat apapun keadaannya.
Sekitar tiga jam, Evan sudah sampai di terminal kota. Ia tahu, alamat pertama yang ia tuju adalah rumah Zahra. Ia tidak bisa menghubungi Zahra melalui telepon, karena selain HP miliknya dulu sudah ia buang, ia juga tahu Zahra tak akan mau mengangkat teleponnya.
Setelah menaiki angkot, ia turun persis di depan rumah Bu Rahayu, ibunya Zahra. Disitulah dulu ia sering datang kalau ada perlu dengan Zahra. Suasana nampak belum berubah, hanya saja disitu terlihat sepi. Evan melihat ada seorang ibu-ibu sedang menyapu halaman, namun bukan Bu Rahayu.
"Permisi bu…"
"Oh, gimana mas?"
"Apa betul ini rumah Bu Rahayu?"
"Bu Rahayu?" ibu-ibu itu nampak bingung.
Evan kaget juga, kenapa ibu-ibu ini tidak mengenali pemilik rumah.
"Oh mungkin maksudnya yang tinggal disini sebelum saya ya?"
"Jadi bu yang tinggal disini sekarang?"
"Iya, mas siapa ya?"
"Saya saudaranya Bu Rahayu. Saya kira beliau masih tinggal disini. Kalau boleh tahu, sekarang beliau tinggal dimana ya bu?"
"Wah, kurang paham saya mas. Saya saja belum pernah ketemu. Awal saya kesini sudah kosong rumahnya."
Oke. Dead end.
Sudah tidak ada petunjuk lain. Ibu-ibu ini juga tidak tahu apa-apa tentang Bu Rahayu apalagi Zahra.
Evan pamit dan berjalan tanpa arah. Sampai akhirnya ia ingat dengan arloji milik laki-laki itu. Ia amati baik-baik, siapa tahu ada kode spesifik yang bisa ia jadikan petunjuk.
Dari hasil pengamatan arloji itu, dia mendapat ide untuk kembali ke kafe SATU HATI. Ia mencoba mencari informasi, siapa tahu Zahra masih sering mampir kesitu dengan laki-laki itu. Ia lantas berbicara dengan Tika, karyawan kafe yang sering ia sapa waktu dulu. Namun sayangnya, menurut Tika, semenjak kejadian dulu itu, Zahra sudah tak pernah datang lagi.
Evan lagi-lagi tak mendapatkan petunjuk. Dia berjalan kaki keluar kafe menyusuri sungai kecil yang ada di sekitar kafe, sambil berpikir dimana lagi dia harus mencari Zahra dan laki-laki itu.