*tring*
Dua serangan cakar yang datang dari arah kiri atas dan kanan bawah yang dilancarkan oleh lelaki botak tersebut dengan mudah dipatahkan oleh satu tebasan diagonal dengan menggunakan katana yang dipegang di tangan kiri Myradhia Chikane.
Namun walaupun serangannya berhasil dipatahkan, lelaki botak tersebut dengan cepat mengganti kuda - kudanya dan lanjut menyerang dengan tanpa jeda, melancarkan gelombang serangan berikutnya dari arah kanan dan kiri sejajar melintang setinggi bahu sang gadis.
*whissss*
Myradhia Chikane dengan santainya melompat ke belakang dan menghindari serangan dua arah yang mengincar bahu dan lehernya yang putih mulus tersebut sambil menarik nafas yang lembut dan mengumpulkan tenaganya.
Sementara itu, lelaki botak yang menjadi lawannya tersebut melihat bahwa sang gadis dapat dengan mudah menghindari serangannya bahkan sambil memanfaatkan jarak yang tercipta di antara mereka untuk beristirahat dan mengambil nafas.
Si botak yang menjadi semakin kalap karena dirinya merasa diremehkan oleh seorang gadis muda yang benar - benar tidak melawan dirinya dengan serius tersebut pun dengan buas maju ke depan dan melancarkan empat buah serangan yang sangat cepat.
Cakar - cakar besi di tangan lelaki botak tersebut pun melesat dengan sangat cepat dan mengincar wajah, leher, dan kedua buah dada sang gadis.
Myradhia Chikane yang melihat arah serangan lelaki botak tersebut pun tak pelak mengernyitkan dahinya dan berpikir, "si botak ini benar - benar cabul, di tengah pertarungan dia masih mau cari - cari kesempatan untuk melakukan hal mesum!?"
Myradhia Chikane benar - benar serius kali ini, gadis muda yang lahir dari tetesan air di ujung jari seorang Dewi tersebut lupa kalau bagi para manusia mortal, bagian dada yang menyimpan paru - paru dan jantung itu adalah salah satu titik vital yang wajar - wajar saja untuk diincar dalam pertarungan hidup dan mati.
Dikiranya oleh sang gadis, bahwa si botak yang kata Saladhina Olivia adalah seorang Tetua dari Sekte Harimau Putih tersebut mengincar buah dadanya adalah untuk melakukan pelecehan seksual kepada dirinya di tengah - tengah pertarungan.
"Tidak ada laki - laki lain yang boleh menyentuh tubuhku selain pria yang sudah kupilih!" tegas Myradhia Chikane dalam batinnya.
Lalu dengan menggunakan segenap tenaganya, sang gadis muda yang sedari tadi bertarung dengan santai dan menyerang dengan sesuka hatinya saja sambil menganggap pertarungan ini tidak lebih dari sesi latihan untuk mengasah naluri bertarung dirinya pun mulai mengerahkan kekuatannya sebagai seorang Evolver yang berada di Tahap Evolusi Elite Tingkat Dua, satu tingkat di atas lelaki botak yang menjadi lawannya tersebut.
*trang trang trang trang!!!!*
Dengan kedua bilah katana yang terhunus di tangannya, Myradhia Chikane melancarkan serangan balik sambil menangkis cakar - cakar yang mencoba menyentuh dirinya.
Dengan satu tebasan pedang yang menyerang secara vertikal dan satu lagi menyerang secara horisontal, serangan katana Myradhia Chikane yang membentuk formasi seperti salib pun berhasil menangkis keempat serangan cakaran si botak yang mengincar wajah, leher serta kedua belah payudara sang gadis.
*Slaaaashhhhessss*
Lalu dengan dua gerakan yang dilakukan secara serentak menjadi satu, kedua bilah katana di tangan Myradhia Chikane yang sudah bertumpu membentuk salib di depan tubuhnya untuk menangkis cakaran - cakaran dari si botak tersebut pun seketika langsung diayunkan ke depan dan menebas ke arah lelaki yang sedang dilawan oleh dirinya tersebut.
Lelaki botak yang kedua belah tangannya masih teracung ke depan tanpa pertahanan sedikit pun sehabis melancarkan empat buah serangan yang sangat cepat tersebut pun hanya bisa membelalakkan matanya dengan penuh rasa kaget bercampur takut saat kedua bilah tajam dari katana yang dipegang oleh gadis cantik yang sedang dilawan oleh dirinya tersebut menyerang dengan sangat cepat dan memberikan tebasan yang sangat tajam di dadanya.
*Guuusshhhheeeessss Ghuuussss*
Katana di tangan kiri Myradhia Chikane menebas secara vertikal dan menorehkan luka yang sangat panjang dengan arah melintang dari dada hingga ke wajah lelaki botak tersebut.
Dan belum sempat lelaki botak tersebut mengeluarkan teriakan penuh rasa sakit dari mulutnya yang sudah terbelah di tengah, katana di tangan kanan sang gadis yang sedang dilawan oleh dirinya ikut menyusul dan menebas secara horisontal, mengoreskan segaris luka yang panjang melebar di sepanjang dada si botak yang begitu bidang dan penuh otot - otot yang terlihat sangat kekar tersebut.
Secara refleks lelaki botak tersebut pun langsung mencoba untuk bergerak mundur dengan cepat.
Namun apa daya, kecepatan gerak dari lelaki botak tersebut masih kalah jika dibandingkan dengan kecepatan serangan dari gadis muda nan cantik yang sedari tadi telah mengumpulkan momentum untuk melancarkan serangan penghabisannya.
Dengan gerakan menyilang ke bawah, Myradhia Chikane menebaskan kedua bilah pedangnya yang dengan cepat memotong kedua kaki lelaki botak tersebut di bagian pahanya yang besar hingga mampu membuat luka yang lebar dan mengucurkan darah yang sangat banyak.
Belum selesai dengan kombo serangannya, Myradhia Chikane mengayunkan katananya yang masih menyilang di bawah ke atas, membuka serangannya yang melebar ke atas dan hampir memotong setengah dari lengan lelaki botak yang sedang dilawan oleh sang gadis.
Lelaki botak yang berteriak penuh kesakitan tersebut pun jatuh berlutut di atas tanah karena kedua belah kakinya yang telah penuh berlumuran darah tersebut sudah tak mampu lagi menahan beban berat dari tubuh bagian atasnya yang penuh otot - otot besar nan kekar tersebut.
"Oh, sudah tidak bisa berdiri, sini biar aku bantu berbaring."
Kata - kata bernada manis yang keluar dari bibir sang gadis yang begitu jelita di matanya adalah suara terakhir yang sanggup didengar oleh lelaki botak tersebut sebelum sang gadis meloncat ke belakang dan menusukkan kedua belah katana di tangannya yang menusuk tembus dari punggung lelaki tersebut hingga menghujam kedua buah ginjalnya di kanan dan kiri.
Lalu dengan satu gerakan menebas keluar, sang gadis pun memutar katana yang sudah menancap di kedua ginjal lelaki tersebut dan merobek dua pertiga bagian perut lelaki tersebut dari ginjalnya sampai ke kedua sisi perut si botak.
Lalu dengan dua serangan lagi dari pedangnya, sang gadis memotong urat syaraf penting di tangan kiri dan kanan lelaki botak tersebut dan secara efektif membuat si botak itu tak mampu lagi menggerakkan kedua tangannya....
Lelaki botak yang sudah lumpuh dan sekarat tersebut pun mengalami nasib yang sama dengan lelaki karismatik dari Sekte Golok Naga, tubuhnya yang sudah lumpuh tanpa daya ditendang seperti bola sepak oleh Myradhia Chikane.
Dan Vivadhi Ranata yang sudah siap menunggu bagaikan seorang penjaga gawang menebaskan tangan kirinya dan memotong putus leher lelaki botak tersebut dengan cakarannya, mengubah mayat si botak menjadi santapan Ajian ilmu Seni Kekayaan Pixiu dengan sebongkah Spirit Stone tercipta di dalam genggaman tangan kirinya.