Nadhine Alisya benar - benar merasakan sensasi kenikmatan yang bercampur aduk tak terbayangkan dengan sensasi - sensasi lainnya yang menjalar dari kedua buah puting susunya yang sudah menjadi begitu sensitif tersebut yang saling beradu dan bergesekan antara satu sama lain serta dengan lidah nakal sang lelaki yang menari - nari di dalam mulutnya semakin merangsang kedua buah puting susu sang gadis.
Tak puas hanya sampai disitu saja, Vivadhi Ranata dengan menggunakan giginya pun dengan lembut menggigit kedua buah puting susu sang gadis.
Nadhine Alisya langsung seketika menjerit penuh nafsu tatkala sensasi yang tak sanggup dideskripsikan oleh sang gadis mendadak mencengkram sekujur tubuhnya.
Cairan kenikmatan pun mengalir keluar dengan deras membasahi selangkangannya yang tidak tertutupi oleh sehelai benang pun, yang menunjukkan kalau sang gadis bari saja mengalami orgasme tatkala kedua puting susunya digigit sekaligus oleh sang lelaki.
Beberapa saat pun berlalu dan gadis belia tersebut pun akhirnya berhasil menyeberangi samudra klimaks yang baru saja mengguyur menghanyutkan dirinya.
Sambil tersenyum penuh kenikmatan, Nadhine Alisya membelai kepala Vivadhi Ranata yang masih terbenam di dalam gundukan kedua buah dada miliknya dan mereka berdua pun melanjutkan permainan hangat penuh gairah asmara ini.
Buah dada besar yang begitu montok dan kenyal milik Nadhine Alisya pun dikunyah oleh Vivadhi Ranata dengan sepuas hatinya.
Nadhine Alisya mendesah dengan penuh kenikmatan.
Jari jemarinya secara refleks mencengkram kepala Vivadhi Ranata, hingga mengusutkan rambut sang lelaki yang teracak - acak oleh tangan gemulai sang gadis yang terkadang berayun - ayun menggelinjang tak karuan saat gadis muda belia tersebut tak sanggup menahan nikmat yang menjalar dari buah dadanya hingga menggema memenuhi sekujur tubuhnya.
Masih dalam posisi terdudu, Nadhine Alisya pun mengangkangkan kedua belah kakinya yang putih dan mulus bagaikan pahatan pualam tersebut.
Sang gadis membuka lebar - lebar selangkangannya yang sedari tadi juga sudah setengah terbuka.
Nadhine Alisya mencari posisi duduk yang enak yang nyaman sembari membiarkan sang lelaki yang berada dalam pelukannya mempermainkan kedua belah payudara sang gadis dengan mulutnya.
Namun karena posisi duduk sang gadis yang terbuka mengangkang lebar - lebar tersebut, sehingga mau tak mau gundukan pintu menuju liang cintanya yang tebal dan tidak berambut itu merekah di hadapan misil iskandar sang lelaki yang sesekali bergesekan dengannya.
Cairan bening pun merebak dengan deras, meluap - luap keluar dari liang cinta sang gadis yang baru saja selesai mengarungi gelombang orgasme nya yang ke - sekian malam itu.
Cairan hangat penuh kenikmatan tersebut pun mengalir dengan begitu mulus mengairi sela - sela celah liang cinta di lembah selangkangan sang gadis, menampilkan pemandangan yang begitu indah mempesona.
Namun Nadhine Alisya serasa tidak mempedulikan hal tersebut.
Dibiarkannya saja cairan kental hangat nan bening itu mengalir membasahi lembah selangkangan nya hingga becek membanjir.
Bahkan Nadhine Alisya meminta sang lelaki untuk memegangi dan meraba - raba lembah selangkangannya yang sudah begitu basah bagaikan sebuah danau eksotis di tengah - tengah cerukan plateau nan erotis.
Vivadhi Ranata dengan jari - jemarinya pun menyelusup ke dalam liang kenikmatan Nadhine Alisya, yang sudah terasa begitu hangat dan sangat basah oleh cairan pelicin yang melumasi segenap dinding lubang cinta sang gadis yang dengan begitu ketat dan kencang menjepit jari jemari sang lelaki yang tenggelam masuk semakin dalam seolah - olah sedang dihisap oleh dengan mulut - mulut yang begitu rakus ingin menelan jari - jemari tersebut.
Vivadhi Ranata pun menyentuh klitoris Nadhine Alisy yang sudah merah merekah menonjol di atas tahtanya di atas gerbang suci menuju liang cinta sang gadis dengan ujung ibu jarinya.
"Aaaakhh…. AAAhhhhhh!!!!!" Nadhine Alisya pun melolong dengan tidak tertahankan begitu penuh akan kenikmatan birahi.
"Enak banget, Ran!" desah sang gadis yang sekujur tubuhnya langsung kembali tersentak saat sang lelaki dengan nakal mengusap klitoris Nadhine Alisya dengan gerakan memutar.
Kemudian sembari mencari pegangang dan memeluk leher Vivadhi Ranata, Nadhine Alisya pun mencium kening sang lelaki dan sang gadis yang sudah menjadi semakin bergairah penuh birahi tersebut pun mengajak sang lelaki untuk meniduri tubuh muda belia sang gadis yang sudah bugil telanjang bulat tersebut di bawah tubuh perkasa sang lelaki, persis seperti posisi Vivadhi Ranata dan Nadhine Aisyah saat tadi bercinta.
Tak banyak basa - basi, Vivadhi Ranata pun langsung merengkuh dan menggendong tubuh hangat gadis muda tersebut ke atas matras tempat sang lelaki tadi menggarap tubuh saudari kembarnya tersebut.
Di atas matras tersebut tubuh indah Nadhine Alisya yang sudah begitu panas terbakar api hasrat tersebut pun dibaringkan oleh sang lelaki.
Tapi ketika Vivadhi Ranata hendak beranjak untuk menindihi tubuh gadis muda yang sudah sangat siap untuk menerima kegagahan sang lelaki, tiba - tiba Nadhine Alisya pun mendudukkan tubuhnya yang sudah bugil itu.
Vivadhi Ranata pun heran, apa kah kiranya yang akan diperbuat oleh gadis muda ini.
"Aaakkkhhs.... Sedari tadi aku udah kepengan banget ini.... Aaahhh.... Akhirnya kudapatkan juga...! AAkkkkhhh...." Nadhine Alisya berkata dengan tak sabaran sembari mendesah dengan penuh nafsu.
Nadhine Alisya dengan sangat bernafsu memegangi bagian pangkal dari senjata pusaka sang lelaki yang sudah kembali menegang penuh gairah di tangan sang gadis.
Misil Iskandar sang lelaki yang begitu besar dan keras berkedut - kedut tersebut terasa sangat kontras dengan tangan halus nan lembut milik Nadhine Alisya.
"AAaahhh.... Besar dan nikmat…." Seru Nadhine Alisya sambil meremas - remas batang misil iskandar milik sang lelaki sambil menatap senjata pusaka yang telah memberi dirinya begitu banyak kenikmatan tak terbayangkan tersebut dengan tatapan basah, lapar, dan.... "butuh"....
Desahan nafas panas berbaur nafsu pun keluar dari bibir manis Nadhine Alisya.
Sang gadis terus mengocok - ngocok batang misil iskandar sang lelaki sambil sesekali mempermainkan kantung harta berisi dua butir mutiara pusaka milik Vivadhi Ranata.
"Sekarang giliranku…" kata Nadhine Alisya dengan begitu lembut sambil tangannya dengan tanpa berhenti terus mengocok - ngocok batang kenikmatan lelaki yangbegitu dicintainya tersebut.
Antara Nafsu dengan Cinta, entah lah, siapa peduli.
Yang penting rasanya Enak.
Nadhine Alisya pun bangkit dari matras dan berdiri di samping sang lelaki, dengan lembut didorongnya dada Vivadhi Ranata yang begitu bidang ke arah matras, membuat sang lelaki jatuh terbaring di atas matras yang lembut tersebut.
Vivadhi Ranata menurut saja mengikuti apa yang diinginkan oleh Nadhine Alisya.
Setelah sang lelaki berbaring di atas matras, Nadhine Alisya pun menaikkan sebelah kakinya dan mengangkangkannya ke atas, memamerkan selangkangannya yang sudah begitu basah terbuka lebar - lebar meneteskan cairan kenikmatan yang menitik - nitik dari celah - celah liang cintanya.....