webnovel

Gejolak Cinta Wanita Simpanan

GEJOLAK CINTA WANITA SIMPANAN Gendis Arumi Bagaskara yang haus akan kasih sayang dari seorang laki-laki. Dengan latar belakang keluarga broken home ia tumbuh menjadi pribadi yang kuat namun tetap ada kelemahan yang tersimpan di dalam dirinya. Menikah dengan di landasi perjodohan hingga melahirkan seorang putra tetapi dia tidak menemukan cinta dari suaminya sampai akhirnya sang suami meninggal dunia. Sepeninggalan Adtya kini ia hidup membesarkan anak semata wayangnya. Selama hidup menjadi janda tekanan batin semakin terasa, untunglah dia memiliki sahabat yang senantiasa menemani di kala suka dan duka. Seiring berjalan nya waktu dia mulai menemukan cinta yang selama ini di impikan, seorang pria tampan dengan hati yang lembut juga penuh perhatian. Namun sayangnya pria itu sudah memiliki istri sehingga ia harus merelakan hidupnya terperangkap menjadi simpanan dari seorang pengusaha. Kehidupannya menjadi simpanan tidaklah mudah, gejolak batin yang ia rasakan semakin hebat ketika dia ingin memiliki cinta dan tubuh pria itu seutuhnya. Sesak yang amat berat terasa didada setiap kali keinginan itu muncul dalam benaknya, keinginan yang begitu menyiksa karena sudah pasti ada hati yang tersakiti. *** Rayyan Danuja Wijaksana, seorang CEO dari perusahaan ternama yang bergerak dibidang property. Ia memiliki seorang istri, namun setelah sepuluh tahun menikah mereka tetap tidak dikaruniai anak. Takdir mempertemukan Rayyan dengan seorang wanita yang tanpa diduga dapat mengubah hati dan perasaannya. Ia menyukai wanita itu. Rayyan tahu bahwasannya perasaan yang dimilikinya ini adalah perasaan terlarang, namun ia memiih mengabaikannya dan tetap menyukai wanita itu. Sehingga ia memilih untuk membuat wanita tersebut menjadi simpanannya. Akankah Gendis bahagia dengan cintanya? Atau ia malah akan menyesalinya!

Winda_Gemini · Urban
Not enough ratings
28 Chs

Rindu Yang Menyakitkan!

"Aku harap kita benar-benar bisa berteman baik dan kamu tidak perlu menghiraukan apa yang aku ucapkan kemarin." Ucap Rayyan meyakinkan wanita cantik yang ada dihadapannya.

Namun Gendis tidak merespon ucapan Rayyan, hatinya begitu sakit mendengar apa yang dikatakan putranya kepada laki-laki yang bahkan baru dikenalnya.

Dia tidak menyangka anak sekecil itu mampu menahan rindu yang teramat dalam. "Ndis aku jalan duluan ya!" ucap Ayesha.

"Emm, baiklah kamu harus mengabariku setelah sampai." Jawab Gendis datar.

Bhanuwati mendekati Rayyan yang menatap sedih kearah Gendis dan berkata," Nak maafkan Gendis yang selalu tidak bersikap sopan terhadapmu, mungkin amarahnya terhadap masa lalunya begitu besar sehingga membuatnya tidak pandai untuk bersikap."

"Jika nanti saat kami di Surabaya kamu boleh berkunjung untuk bermain bersama Nehan, mungkin perkataanku ini terdengar egois."

"Iya tante, kalau begitu saya pamit dulu. Terimakasih untuk jamuannya yang begitu berkesan buat saya."

"Mari kita jalan." Ucap Manggala.

Gendis menemui Nehan dan langsung memluk putera kesayangannya itu. " Sayang, mama minta maaf jika mama tidak bisa memahami perasaanmu."

"Mama berjanji akan selalu berusaha untuk menyayangimu lebih dan lebih lagi."

Nehan-pun hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Hatinya begitu sedih karena sangat merindukan alm, Papanya. Mereka berdua menangis bersama seolah saling menguatkan satu sama lain.

"Ma aku hanya kangen banget sama papa! Aku sangat ingin bermain bersamanya seperti dulu."

"Iya sayang, mama mengerti perasaanmu! Namun sekarang papa tinggal ditempat yang sangat jauh, dia juga pasti akan sangat sedih jika melihat sang jagoannya menangis seperti ini."

"bagaimana caranya agar bertemu dengan papa ma? Aku benar-benar sangat merindukannya."

"Sayang, kamu minta sama tuhan untuk bisa bertemu dengan papa di saat kamu tidur ya? Mungkin saja papa akan datang menemuimu."

Bhanuwatipun ikut menangis di balik pintu kamar Nehan. Rasa hatinya ingin masuk untuk memeluk kedua orang tersayangnya itu, namun dia memberikan mereka berdua waktu agar hati mereka merasa benar-benar lega.

***

Sepanjang perjalanan Rayyan hanya terdiam, mulutnya seolah terkunci rapat. Tidak ada sepatah katapun dikeluarkannya sejak meninggalkan rumah Bhanuwati.

Manggala dan Ayesha sesekali mencoba mengajaknya bicara, namun dia hanya merespon dengan senyuman saja dan seolah mengisyaratkan bahwa dia sedang tidak ingin di ganggu oleh siapapun.

"Mas, kenapa mas Rayyan dari tadi tidak bicara sepatah katapun? Sudah seperti orang yang sedang sakit saja." Ucap Ayesha pada Manggala.

"Mas juga tidak tahu kenapa dia seperti itu. Tetapi seingatnya mas sejak dia bicara empat mata dengan Nehan dia jadi murung begitu."

"Aku juga sangat kasihan dengan Nehan, pasti dia sedang merindukan kasih sayang dan perhatian yang biasa papanya berikan." Ucap Ayesha.

"Dia sangat merasa nyaman dengan keberadaan mas Rayyan, karena sikapnya yang sangat perhatian dan penyayang sepertinya mengobati rindu yang saat ini dirasakannya." Lanjutnya.

"Tapi… apakah kamu tidak memperhatikan ada sesuatu yang aneh antara Rayyan dan Gendis?" tanya Manggala.

"Kamu juga memperhatikannya mas?"

"Emmm bisa dibilang begitu. Sejak kamu bertanya tentang sikapnya kepada Gendis malam itu, Mas mulai memperhatikan mereka berdua."

Manggala sesekali melihat kearah Rayyan yang duduknya berada pada deretan depan di dalam pesawat yang mereka tumpangi.

"Terlebih saat mas mencoba menanyakan pendapatnya tentang Gendis, mas melihat dia sempat tersenyum sebelum menjawab pertanyaan itu seperti sedang membayangkan hal yan disukainya."

"Wah…., sama persis seperti Gendis mas! Namun saat aku tanya tentang perasaannya yang dia bilang hanyalah malu karena terlihat lemah dimata Rayyan."

"Mas kalau mereka saling memiliki rasa yang terlarang itu hanya akan membuat hidup Gendis menjadi semakin sulit."

"Terus kita bisa berbuat apa sayang? Kita tidak mungkin mengajari mereka seperti anak kecil. Terlebih lagi Nehan sepertinya sudah sangat nyaman dengan keberadaan Rayyan."

"Tidak boleh mas, aku tidak akan mengizinkan hal itu sampai terjadi. Karena sudah pasti Gendis yang akan lebih menderita dalam hubungan itu."

"Mas Rayyan sudah memiliki isteri yang bisa dibilang sesempurna bidadari. Aku akan berusaha semampuku untuk menjaga Gendis!"

"Ya sudah sekarang kita jangan bahas masalah ini dulu, lagipula apa yang kita bicarakan sekarang ini semuanya hanyalah kemungkinan saja dan belum tentu benar."

"Nanti mas akan cari waktu untuk bicara pada Rayyan untuk memastikan kekhawatiran kita!"

"Emmm." Ayesha menganggukan kepalanya tanda bahwa dia setuju atas perkataan suaminya itu.

***

Sementara disisi lain Gendis masih berusaha menenangkan hati putera semata wayangnya.

"Nehan…" terdengar suara Arka memanggilnya dengan lembut.

"Kamu kenapa menangis? Apakah kamu sedang sakit?"

"Sini sayang, kamu hibur Nehan agar dia tidak menangis lagi." Ucap Gendis.

Arka mendatangi Nehan dan memeluknya dengan lembut. Mereka hanyalah seorang anak kecil akan tetapi mereka selalu berusaha untuk menghibur satu sama lain.

"Kamu main saja dengan ku agar kamu tidak sedih lagi."

"Baiklah…"

"Kalau begitu mama keluar sebentar ya… jika kalian membutuhkan sesuatu mama ada dikamar ya sayang." Gendis mengecup dahi kedua putera kecil itu dan beranjak meninggalkan mereka.

"Mama?" dia melihat Bhanuwati saat keluar dari kamar Nehan.

"Ndis mama ingin mengajak kamu untuk membicarakan rencana kita kepada Mbak Sih. Karena besok kita akan berangkat ke Surabaya."

"Ok… aku akan memanggil Mbak sih!"

"Ajak dia kekamar mama ya!."

"Ya Ma."

Gendis mendatangi Mbak Sih yang sedang mengerjakan pekerjaannya di dapur. " Mbak bisa kita bicara sebentar? Mama sedang menunggu di kamarnya!"

"Memangnya Mbak ada buat kesalahan apa Non? Sehingga nyonya mendadak memanggil saya!" ucap Mbak Sih.

"Mbak tidak ada melakukan kesalahan apapun, ini hanya pembicaraan ringan saja mbak!"

"Baik Non, saya akan kesana setelah menyelesaikan ini." Dia menunjukkan piring yang sedang dicucinya.

"Kalau begitu aku kesana dulu ya!"

Setelah beberapa saat mereka menunggu akhirnya mbak sih datang ke kamar Bhanuwati.

"Maaf Nyonya, ada apa anda memanggil saya? Apakah saya ada melakukan hal yang membuatmu marah Nyonya?" tanyanya.

Bhanuwati dan Gendis tersenyum lembut pada Mbak Sih. "Mbak kamu tidak melakukan kesalahan apapun. Aku dan Gendis ingin membicarakan sesuatu hal yang sangat penting!"

"Apa itu Nyonya?"

"Begini Mbak Sih, seperti yang kamu lihat Arka dan Nehan menjadi sangat akrab akhir-akhir ini! Dan kamu juga tahu bahwa aku dan Gendis menyayangi Arka sudah seperti anak dan cucu kami sendiri."

Mbak Sih menganggukkan kepalanya karena memahami perkataan Bhanuwati. " Jadi, kami ingin mengajak kalian untuk ikut ke Surabaya! Namun permintaanku ini bisa kamu pikirkan dan diskusikan terlebih dahulu kepada suamimu!"

Mbak sih melebarkan matanya karena sangat terkejut atas apa yang diucapkan oleh Bhanuwati. Dia tidak menyangka mereka akan sesayang itu dengan anaknya. Namun dia masih bimbang ingin menerima atau tidak permintaan itu.

Karena selama ini suaminyalah yang mengurus sawah peninggalan orang tuanya. Jika mereka pindah ke Surabaya lalu siapa yang akan mengurus lahan tersebut.

"Namun mbak, kamu bisa menolak jika permintaan kami ini sangat berlebihan." Ucap Gendis.