webnovel

Luka Baru Tanpa Plaster

Langkah laki-laki yang akan mengejar Ana terhenti karena rupanya Luqy telah dahulu menghadang laki-laki itu, Luqy memasrahkan diri jika dirinya harus dihajar oleh laki-laki itu. Yang terpenting adalah Ana bisa menghindar dari laki-laki yang selama ini menyakiti hatinya. Gaska hadir disaat Luqy ingin menyatakan perasaan yang selama ini ia simpan karena menghormati Gaska yang merupakan kakak laki-lakinya. Baginya sudah cukup lama ia menjaga Ana dari rasa sakit yang Gaska tinggalkan sedari kepindahannya ke luar kota mengikuti ibunya mencari kakak tertua mereka dikota lain. Luqy tau betul saat Gaska harus pindah dari sekolahnya dan meninggalkan dirinya dengan kedua kakek dan neneknya, ada hati lain yang tersakiti, yaitu Ana dengan segala kenangan mereka. Luqy juga tidak cukup berani mengatakan yang sebenarnya kepada Ana, tentang bagaimana Gaska yang harus menemani ibu mereka mencari kakak tertua mereka setelah kepergian ayahnya untu selama-lamanya dan bagaimana hubungan dirinya dengan Gaska yang merupakan kakak laki-lakinya.

"Buat apa kamu kembali kalo cuma buat bikin luka baru?" tanya Luqy yang rupanya membuat Gaska terlusut emosi. Tangannya mengepal dan diarahkannya kewajah Luqy yang seakan menantang.

"Pukul, bang. Pukul aku kalo abang tenang, tapi asal abang tau. Itu semua nggak bikin aku mundur buat jagain Ana" ucap Luqy menantang.

Gaska pun mengurungkan niatnya melukai adik bungsunya, emosinya tertahan karena rasa sayang pada Ana dan Luqy yang bisa saja bersatu tanpa kehadirannya. Namun rasa rindulah yang menuntunnya memasuki sekolah yang sedang mengadakan malam inagurasi untuk murid-murid baru berkenalan dengan murid lama sekaligus pelepasan kelas 3 yang telah lulus. Rasa rindu yang akan terobati hanya dengan memandang wajah orang yang ia cintai selama ini, sebelum akhirnya ia harus menikahi wanita yang tidak ia cintai yang berlandaskan kerja sama antara orang tua Zoya dengan kakak tertua mereka.

Luqy pun menceritakan bagaimana jahatnya Zoya merusak dagangan Ana, bagaimana Zoya mencelakai ayah Ana yang lumpuh dan harus duduk dikursi roda, serta bagaimana selama ini Luqy lah menjaga Ana dari itu semua.

"Bapak Ana lumpuh?" tanya Gaska bingung.

"Bukannya dia..".

"Iya, dia punya bapak. Tapi lumpuh karena apa pun aku nggak tau" jelas Luqy memotong kalimat Gaska.

"Trus apa yang Zoya lakuin sama bapaknya Ana?" tanya Gaska lagi.

"Dia mendorong kursi roda bapaknya Ana sampe bapaknya Ana hampir ketabrak" jelas Luqy menceritakan yang sejujurnya.

"Hampir?" tanya Gaska penasaran.

"Iya, karna untung aja aku liat dan aku tarik kursi roda itu" jawab Luqy lagi.

"Dan masih banyak lagi yang Zoya lakuin ke Ana, itu cuma sebagian kecil dari tingkah Zoya yang nggak kamu tau" jelas Luqy yang beranjak meninggalkan Gaska karena panitia malam inagurasi sudah terdengar memulai acara.

Gaska tak berkutik lagi, tubuhnya lemas dan hatinya seakan teriris, bagaimana bisa sekejam itulah wanita yang akan dinikahinya nanti. Namun, bagaimana ia bisa menolak apa yang harus ia lakukan. Semuanya demi keluarganya, terlebih lagi untu biaya kuliah dia dan Luqy yang cukup besar. Kaki yang tak lagi dapat menopang tubuhnya pun membuatnya terduduk disebuah kursi yang ada dibelakangnya.

Beberapa kenangan masa lalunya seakan terbayang dimata, bagaimana pertama kali ia bertemu Ana dan mulai kehilangan rasa percaya pada Zoya yang terbukti bersama seorang laki-laki keluar dari kamar hotel. Gambaran-gambaran kenangan saat ia dan Ana bersama menikmati makanan yang ia bawa ke rumah Ana saat Raina sakit, kedekatan dirinya dengan adik Ana yang bernama Alma hingga keseruan mereka semua berjualan di angkringan Ana. Rasa bingung, kecewa dan penyesalan membuat dadanya engap dan tanpa sengaja air mata berlinang mengalir membasahi pipinya. Tangisnya pecah ditengah ramainya suara kemeriahan acara malam inagurasi dibekas sekolahnya. Suara tangis tak lagi terdengar, suaranya menyatu dengan riuhnya pembawa acara menuntun jalannya acara. Semuanya larut dalam kebahagiaan, kecuali Gaska dan hatinya.