webnovel

Tiga Sisi

Pakaian Sergei membuatnya mudah bersembunyi di semak-semak ketika dua orang pasukan China berpatroli di sebelah sungai. Mereka bisa melihat jejak kaki musuh di atas dedaunan kering, juga obrolan mereka.

Tiba-tiba satu drone melintas, sepertinya bukan milik musuh karena mereka menembak jatuh benda itu.

"Amerikana," ucap seorang serdadu China, sembari melangkah menjauh.

Setelah aman Sutris muncul dari dalam sungai tanpa menimbulkan riak, perlahan bersama Sergei menyeberang menuju tujuan.

"Sepertinya bukan hanya kita yang ingin mengeliminasi mereka," bisik Sergei, ketika mereka sampai ke sebelah bangkai drone.

"Amerika?" balas Sutris.

"Ya, siapa lagi. Drone berkamera juga bersenjata peredam peluru." Sergei menginjak hancur benda itu. "Ayo, sebentar lagi kita sampai ke sasaran."

"Menurutmu aoa kehebatan Amerika?" tanya Sutris, mengendap-endap.

"Biotekno, mereka mengembangkan alat penguat tubuh seperti mesin yang membuat gerak tangan dan kaki bertenaga."

"Jadi yang di youtube nyata?" tanya Sutris, takjub.

"Ya nyata. Semoga alat itu tidak turut serta. Menurut laporan intelijen benda itu sangat mahal, seharga tank."

Mereka berhenti sejenak, lalu tiarap masuk ke semak-semak.

Dalam semak belukar Sutris dan Sergei berjongkok mengawasi keadaan target memakai binokular secara berhati-hati supaya tidak ketahuan musuh.

Sergei bergumam, "Machine gun platform mengawasi mortal dari bukit. Kurasa sniper juga berada di sana platform itu. Mereka menjaga mainan utama mereka seperti ibu menjaga anaknya dengan sangat baik."

Tiada orang di sana, tapi senapan yang bergerak-gerak, suara daun kering terinjak, obrolan berbahasa China, semua itu menjadi tanda nyata tentang pakaian menghilang pasukan China yang dapat membuat mereka kasat mata.

Sutris menyeringai ketika mendapati sekelebat siluet sebening air membentuk lekuk tubuh manusia. "Sepertinya teknologi mereka sedikit lemah, ya. Kamu lihat itu? Teknologi cacat."

Sergei mengangguk. "Ketika daun kering jatuh, tekstur badan mereka sekejap nampak jelas. Sepertinya alat itu masih dalam tahap pengembangan. Jika sempurna matilah kita."

"Apa yang kamu harapkan dari produk China?"

Tawa kecil mereka terhenti ketika suara daun kering terinjak sesuatu terdengar dari arah belakang. 

Mereka melompat ke kiri dan kanan, menghindari qingdao yang melesat kencang dari arah belakang, pedang khas China itu menyayat semak. 

Sutris hendak menembak, tapi apa targetnya? Pedang itu melayang seperti dibawa setan, menyerangnya membabi buta, tapi Sutris menggelinding berhasil menghindar.

Sergei menerkam siluet musuh dari samping, keduanya bergelut berguling-guling di tanah hingga dia berhasil menarik kupluk lawan lepas, tapi tentara Rusia itu tertendang mundur.

Dari arah lain suara ledakan terdengar keras. Asap putih menyebar di area titik pertahanan musuh. Suara machine gun memuntahkan peluru terdengar memekakkan telinga, diikuti teriakan berbahasa China. Mereka menyerang pasukan pengalih perhatian.

"Tepat waktu." Sergei memberi kode Sutris dengan lirik mata. "Kau bungkam mortal dan sniper kalau, biar aku yang mengurus jalang berpedang ini." Dia bangkit mempersenjatai diri dengan pisau, memasang kuda-kuda petinju menghadap lawan yang mengayun-ayun qingdao.

Ketika lawan hendak menyerang Sutris, Sergei menendang badan tentara itu. "Aku lawanmu, sialan. Cepat Sutris, tolong teman-teman. Mereka tidak bisa bertahan lama!"

Sutris mengangguk mengerti, berlari menuju bukit tempat machine gun berada. 

Sebelum mengeliminasi tempat mortal, dia harus membungkam elemen penjaga di atas, atau kelak bakal dicincang oleh ratusan peluru. 

Karena machine gun sibuk menembak ke arah lain, Sutris dapat bergerak bebas menghampiri mereka. Dia membuka kunci granat, melempar ke tempat machine gun berada.

Granat Sutris belum sempat mendarat malah diambil musuh, lalu dilempar balik ke arahnya.

Sutris berhasil melompat sebelum benda itu meledak di dekatnya. 

Lantaran serangan pertama gagal, machine gun menyerang ke arahnya. Sutris berusaha bangkit berlari ketika benda itu memberondongnya. 

Ketika pemakai machine gun mengisi peluru, Sutris berlari ke sana, menerkam mengayun golok menyerang pembawa peluru machine gun, hingga darah menciprati pria di sebelah, membuat Sutris mampu melihat orang kedua.

Dia mengayun golok ke arah cipratan darah, tapi ditepis pedang qingdao. 

Orang di belakang Sutris bangkit, hendak membantu temannya dengan menikam Sutris dari belakang, tapi kepalanya meletus dihantam peluru kencang dari arah tempat Akiko berada. 

Sutris yakin jika dua lawan satu pasti dia kalah. Sepertinya kemampuan pasukan Liberasi China tidak bisa dianggap remeh, mereka terlatih dengan baik.

Cukup lama Sutris bertarung melawan orang berpedang, hingga berhasil mendesak musuh mundur bersandar pohon, menembak perutnya berkali-kali dari jarak dekat. 

Sutris berlari menghampiri letak mortal berada, tapi dijegal dari samping. Seorang pasukan menimpanya. Mereka berguling-guling di tanah, bergantian saling memukul. 

Serdadu musuh lebih unggul menduduki badan Sutris. Ujung pedang qingdao berada di depan mata Sutris, hendak menusuk.

Tiba-tiba tangan mesin menangkap kepala serdadu, menariknya mundur hingga gagal memijak tanah. Tangan itu meremas kepala hingga hancur seperti semangka yang meletus.

"Hello boy!" tegur orang berotot berambut cepak, pengendali mesin berukuran tiga kali besar manusia, yang bergerak seperti manusia. Terlukis bendera amerika di bagian dada robot.

Pukulan robot melesat nyaris menghancurkan kepala Sutris, untung dia sigap berguling ke samping.

Serdadu China menembaki pria dalam mesin aneh, tapi tangan besi menjadi perisai tak terkalahkan, semua peluru mental ke berbagai arah.

"Sutris lari!" Dari arah lain Sergei memberi kode dengan ayunan tangan, bergerak menuju bukit.

Sutris mengambil granat tangan terakhir yang dia punya, lari ke arah mortal. Di tengah rentetan peluru yang ditembakkan pasukan China dia berhasil menaruh granat ke dalam moncong mortal, lalu melompat pergi. 

Ledakan keras menghancurkan benda itu, tapi para serdadu selamat. Mereka bangkit menembaki Sutris.

Dari arah belakang, dua serdadu tertangkap tangan robot. Benda itu melempar satu serdadu hingga membentur pohon, lalu menarik badan serdadu lain sampai badannya terbelah dua. 

Pemandangan teror yang sangat mencekam membuat Sutris membatu. Benda itu mendekat hendak memungut Sutris, tapi ledakan di belakang membuatnya tersungkur ke depan.

"Lari Sutris!" sentak Sergei, berlari menuju puncak bukit.

Sutris merangkak bangkit berlari mengikuti pria Rusia sambil sesekali melihat ke belakang. 

Benda menakutkan itu mengejar Sutris, sepertinya terobsesi ingin mengoyak badannya. 

"Kemari Nak! Masuk dalam dekap Papa!" ujar pengendara benda aneh, yang setiap langkahnya memberi getaran hebat pada bumi.

Benda itu berusaha menangkap, tapi Sutris bergerak gesit, tak ingin bernasib sama dengan tentara China. 

Namun, selincah apapun kelinci melompat pasti jatuh juga. Benda itu menangkap kaki Sutris, menariknya ke atas hingga menggelantung dengan kepala berada di bawah.

Pistol Sutris jatuh ketika hendak dipakai, membuat pria cepak pilot robot terbahak puas.

"Tertangkap juga kau, tikus. Sekarang saatnya untuk menemui Tuhanmu!"

Golok di tangan Sutris berayun liar menggores tangan robot yang hendak menarik kepalanya.

"Tikus yang terdesak bisa melawan juga." Pria cepak tertawa lebar.

Sutris melempar golok ke arah pria itu, tapi hanya menusuk sandaran kursi di belakang kepalanya. 

****