Kesepuluh kalinya Ibu berusaha menghubungi Ai, hasilnya sama saja. Pesan yang dia kirim pun hanya berujung centang dua. Begitu pula dengan nomor Sutris. Semua telepon Ibu tak terjawab dan pesan pun hanya centang satu. Beliau menjatuhkan handphone ketika mendengar suara melengking yang teramat dekat.
Semua yang berada dalam kamar hanya bisa menerka, apa yang terjadi sesungguhnya. Mereka seperti dipenjara, tiada bisa mengintip. Hanya satu jendela menghadap taman belakang, taman seli yang tidak akan memberitahu apapun pada mereka.
Tiba-tiba suara letusan senjata api membuat dua gadis pegawai berpelukan, menangis tersedu-sedu. Seorang pemuda pegawai komat-kamit membaca doa sambil memegang pisau. Sementara Ibu duduk memperhatikan mereka dengan tatapan kosong.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com