Di dalam mobil aku selalu saja menatap Tante Rima kagum. Dia tampak cantik dan sangat mandiri. Aku sangat menyukai wanita seperti dia. Banyak hal yg belum aku ketahui tentang pribadinya. Tapi aku tak menuntut kesempurnaan. Kalo dari urusan fisik, dia termasuk perempuan sempurna, yg mampu menjaga tubuhnya tetap sehat, tetap segar dan tetap indah di pandang mata.
"Jangan di liatin terus nanti kangen loh" kata Tante Rima sambil melirik ke arah aku. Aku tersipu malu, ternyata dia menyadari sedang di perhatikan aku. Aku menggeser duduk, mendekat ke Rima.
"Aku boleh tanya-tanya tentang kamu engga?, yg dulu atau sekarang, sekedar ingin mengenal kamu dari versi kamu sendiri, dari pada tanya orang lain." Aku menatap Rima jauh ke dalam matanya.
Rima tak langsung menjawab, dia menggenggam tangan aku,
"Tanya apa aja yang ingin kamu ketahui tentang aku, kalo kurang puas kamu boleh tanya sama orang lain, insya Alloh aku akan berbicara jujur. Atau akan diam saja bila itu tak mau aku ungkap."
" Kamu boleh tanya apa aja, tentang aku juga, Semoga aku bisa memberi jawaban yg lengkap dan jujur." Aku Membalas pernyataan yang Tante Rima berikan.
" Berapa lama kamu kenal sama Om, dan memutuskan untuk menikah dengan Om karena apa?" Aku mengawali ingin mengenal perempuan seperti apa sih Tante Rima, dan lelaki seperti apa sih yg di sukai Tante.
" Aku sama Om, pacaran saat kuliah di kampus yang sama, kenal Om dari SD saat di kampung dulu. Dan ketemu lagi saat kuliah. Memutuskan untuk menikah sama Om, keluarga mama aku dan keluarga mama Om sama-sama saling kenal, daripada hubungan nanti jadi masalah, mereka memutuskan untuk melanjutkan ke pernikahan, dan aku setuju, versi singkatnya begitu" Tante menceritakan dengan intonasi datar, sepertinya ada sesuatu di antara mereka, tapi biar itu terkubur dengan akhir kisah mereka.
"Ada yg mau kamu tanyakan tentang aku?" Aku menatap Rima. Dia menggeleng dan bilang kamu aja dulu.
" Selanjutnya lebih pribadi lagi, pertanyaan aku, tetep boleh?" Rima tanpa ragu langsung menganggukan kepalanya.
" Aku mohon untuk yg ini di jawab bukan di biarkan tidak terungkap,bisa?" Aku pasang muka serius.
"Penting banget ya?" Tanya Tante ragu memandang ku, dan melihat ekspresi wajah ku. Yang serius.
"Aku kok takut ya" Rima tampak bingung. Aku tetap diam dengan muka tetap tenang.
"Aku boleh minta waktu menjawabnya kalo ternyata pertanyaannya sulit aku jawab" Rima memohon dalam tatapannya.
" Kita pertimbangkan nanti" jawab ku tetap tenang.
"Ok, makasih sebelumnya" wajah Tante agak Tegang.
" Pertanyaannya mudah, seharusnya jawabannya juga mudah" aku mulai sengaja membuat dia tegang.
"Bisa langsung aja engga ke pertanyaannya apa" Tante sudah ingin menangis. Aku diam sesaat, dia sepintas menatap wajah ku.
Aku mendekatkan wajah ku ke telinganya.
"Kenapa aku engga boleh ciumin dan jilatin punya kamu" wajah ku langsung senyum.
"RIIIOOOO, KAMU JAHAT" Tante cemberut
"Katanya boleh tanya masalah pribadi" jawab ku santai. Dia diam dengan wajah cemberut,
"Salahnya di mana yaa?" Aku pasang muka polos.
"Kamu bisa diem ga?" Wajahnya melotot ke arah ku, tapi kok aku makin suka ya, liat dia seperti ini. Aku menutup mulut ku, memasang muka takut, seperti sedang di marahin mama. Sambil aku menjauh duduk nya sesekali melirik ke arahnya. Dia melihat ku, mencoba menahan tawanya. Dan membuang muka ke arah lain. Aku tau dia tersenyum, dan balik pasang muka serius memandang ke depan. Aku menundukkan kepala dan memainkan jempol ku, layaknya anak kecil sedang di marahin. Dia tak tahan liat tingkah aku, sambil melepas tawanya dan melemparkan beberapa barang ke arah ku, permen, tissue, koin, tiket tol apa saja yg bisa dia raih.
"Iiiihhhhhhh ..gemes aku, mau tonjok rasanya" setelah habis tertawanya dia melotot lagi.
"Malah ikut ketawa..sini engga kamu, sini" dia geleng-geleng kepala.kini wajahnya berubah lagi.
Aku menghampiri dia dengan takut. Dan dia memukul lenganku berkali-kali sampai dia menangis, beneran dia menangis.
"Kamu tuh jahat tau...jahat, JAHAAAT" dia beneran berteriak. Aku memeluk nya erat, dan membisikan kata maaf di telinganya, dia meronta melepaskan tangan ku, aku bertahan untuk tetap memeluknya, hingga iya hanya memegang tangan ku membiarkan aku memeluknya.
"Maafin aku, aku cuma mau becanda, habis suasananya tegang kaya interview kerja." Aku jadi merasa bersalah liat dia menangis apa yg dia pikirkan.
"Tapi engga lucu" di sela tangisnya dia.
"Iya makanya aku minta maaf" aku tetap memeluk dia dan berbisik di telinganya.
Setelah tenang aku melepaskan pelukan.
"Kamu mikir apa sih, kok sampe nangis, Aku cari jawabannya engga ketemu" jujur aku bingung. Dia diam sambil menghapus air matanya. Aku memberikan tissue. Dia menatap aku. Aku kembali memeluknya mencium pipinya. Kebetulan lampu merah dia menoleh dan aku mencium bibirnya dia membalas, aku makin menjilati mulutnya dia membalas dan
"Tiiiiiinnnnnn" suara klakson mobil belakang menyadarkan kita, kita kaget dan segera tancap gas, mobil belakang menyusul dan pasang muka marah, kita tertawa bersama tawanya lepas, dia mencubit paha ku.
"Mau makan apa ini, dari tadi aku muter-muter engga tau mau kemana?" Tanya Rima sambil senyum.
"Ya udah parkir dulu di depan" saran aku.
"Ga bisa parkir, jalan nya sempit sayang. Sambil jalan aja, kamu mau makan apa?"
"Aku mau makan kamu" jawab ku sambil mencium telinganya dan menggigit lembut telinganya.
"Aaaahhhhh" dia mendesah.
"Seriusss mau makan apa ini?" Tanya Rima dengan nada normal lagi. Sedikit manja dan suaranya sexy.
"Aku ikut kamu aja, makan apa aja" jawab ku
" Mau nasi atau mie" tanya dia lagi.
"Mie boleh deh" jawab aku.
"Mie..mie..mie...dimana ya deket-deket sini" seolah berbicara dengan diri sendiri. Wajahnya semakin cantik, kok bisa ya jadi terlihat muda seperti seumur dengan ku, aku serasa berjalan dengan jenny. Versi dewasanya.
"Engga usah liatin aku bisa engga, mending bantuin mikir ke mana?" Dia menatap aku.
" Udah apa aja deh, pas kita lewat ada tempat makan, kita berhenti di situ" ucap ku sambil sedikit memaksa.
"Siap bos, laksanakan" dia senyum dan mengundang aku untuk menciuminya, aku menghampiri nya menciumi lehernya dan tangan ku meremas payudaranya. Kali ini dia memakai rok katun selutut warna cream dan belahan di depan hampir setengah pahanya kemeja hitam polos, kancing atas di buka satu, sepatu sneakers Bersol tipis.
"Iiiihhh kok jadi mau ya, aku" Rima menggigit bibir bawahnya.
" Bungkus aja deh, kita makan di rumah, jadi bisa langsung ML" jawab ku berbisik
"Uuuhh ide yg menggoda" jawab dia sambil menatap ku.
"Naaaahh, ini enak makanannya" dia langsung berbelok dan parkir.
"yuk kita turun,"
"Engga di bungkus aja," tanya aku
"Makan di sini aja, kalo di rumah aku takut di perkosa sama kamu" jawabnya sambil berkedip genit.
"Iiiih..engga jelas" sambila aku turun dari mobil. Pertanyaan mengapa dia sampai menangis tadi masih belum terjawab, tapi aku belum berani menanyakan itu.
Selesai makan masih saja dia membeli beberapa makanan dan take away minuman dan aku mampir ke ace hardware membeli beberapa busi motor dan oli motor juga beberapa part lainya, tak lupa membeli jerigen bensin. Maaf bukan aku yang membeli. Rima bilang kebutuhan untuk motor semua atas biaya dia and no debat.
Sesampai di rumah aku mulai di sibukan dengan niat ku datang ke tempat Tante Rima, ada yg lupa dia meminta ku memanggil Mami atau Mom aja kalo di luar, karena saat dia bilang panggil nama saja aku yang risih. Dan di putuskan cukup mom atau mami aja. Karena dulu almarhum suaminya juga biasa memanggil itu buat dia. Anaknya yang di Yogya juga memanggil nama itu. Rima langsung sibuk dengan urusan rumahnya. Sementara aku mulai menggeser Motor klasik itu ke tengah, sambil membuang oli yg ada, mengganti dengan yg baru dan mengganti busi lama dengan busi baru, juga sperpart lainya agar jalur bensin lancar dan pengapian bagus, cuma itu awal yg aku perbaiki. Tak luput dari perhatian aki nya.
Sedang asik mengganti busi, ku dengar suara Tante Rima berdehem
"Ehm.. udah jam 5 mas, bengkel harus tutup" Rima bersandar di tiang pintu penghubung antara garasi dan rumah utama. Rambutnya basah, hanya mengenakan kemeja putih saja menutupi setengah pahanya, dari pantulan cahaya di dalam rumah dia tak mengenakan bra, dan CD berwarna gelap. Sambil membawa baki berisi kopi dan kentang goreng,
"Iya, aku beresin dulu" sambil senyum dan Rima menghampiri dan menyodorkan beberapa potong kentang ke arah mulutku, lalu mencium bibir ku, membersikan sisa remah kentang di bibirku dengan jarinya.
"Besok aja lagi, aku jadi ngiri sama motor" wajah nya cemberut.
" Aku cuma ganti oli aja kok" jawab ku berbohong. Rima kembali membantu memberikan kentang goreng ke arah mulutku, karena tangan ku beroli semua.
"Iya, Mami Rima, aku beresin aja, besok di sambung lagi" sambil aku mencium pipinya dan lehernya.
"Eemmmmmhhh" dia mendesah
"Mau taro di mana kopinya?" Saat di lihat aku malah ke dalam.
"Di Pantry aja deh, mau cuci tangan dulu" teriak ku sambil berjalan ke toilet.
Di Pantry Rima udah duduk di kursi tinggi melipat kaki sambil minum kopi dingin. Aku menghampiri langsung berdiri di hadapannya, membuka kakinya tubuh ku ada diantara ke dua pahanya, pas banget posisi ini, aku menarik bokongnya untuk lebih merapat ke arah ke tubuh ku, otomatis kemejanya makin tersingkap hingga pangkal pahanya, aku meremas-remas pahanya.
"Riooo iiiih, itu minum kopinya" dia memegang dada ku, yg satu tetap memegang kopi dingin
"Aku mau yg ini boleh ga" aku menunjuk ke gelas yg dia pegang, dia memberikan gelas sisa kopinya ke aku, sambil memutar sedotannya ke arah mulut ku.
"Mau aku ambilin lagi ga, ada di kulkas" aku menggeleng, aku menikmati posisi ini, sambil aku berpura-pura ML dengan menari keatas dan kebawah pinggul ku.
"Iiiihhh..Nakal banget nih, anak nya mama Suci" dia menekan hidung ku gemes.
Rima merangkul leher ku.
"Kamu engga mau nemenin aku disini" sambil Tante menatap ku dalam.
"Aku engga bawa seragam" rasanya
Masih ada waktu untuk pulang.
"Kalo kamu engga ada acara, temenin aku di sini." Tante Rima sambil merangkul.
"Ya udah aku pulang dulu ya" sambil aku memeluk erat tubuhnya.dan berbisik
"Tapi tetep boleh jilatin lagi ya" aku sudah menduga apa respon yang akan dia lakukan, segera aku berlari kecil ke arah garasi.
"Iiiihhh engga boleh!!" Dia coba mengejar ku setelah kena telinga ku di jewer.
Sampai di rumah menjelang Magrib, aku bilang sama mama, mau nginep di tempat temen, tanggung lagi ngoprek motor. Setelah panjang lebar menerangkan ke Mama, akhirnya ijin di berikan asal jangan sampai telat besok sekolah. Selesai mandi aku pergi lagi, meski sempat di tahan untuk makan malam, aku bilang temen-temen udah nunggu. Akhirnya di perbolehkan pergi.
Sesampai di rumah Tante Rima, suasana malam di rumah ini berbeda sekali, tampak syahdu, mungkin karena penempatapan lampu, ke atas dan sebagian ke bawah jadi menampilkan rumah yg sejuk dan nyaman. Saat ku ketuk pintu rumah, suara Tante Rima terdengar, "iya sebentar.", pintu terbuka, Tante pake jeans dan kaos juga sweeter, aku memandang aneh. Mana pernah dia di rumah serapih ini, kecuali ada tamu atau baru pulang pergi. Batin ku bertanya -tanya. Sepertinya dia tau tatapan mana ku.
"Tadi aku cari makan malem buat kita, terus mampir beli beberapa keperluan." Menerangkan atas pandangan mata ku.
"Siapa yg tanya" aku coba menutupi.
"Keliatan dari mata kamu, pasti aneh aku pake baju lengkap" dia mengusap wajah ku.
"Oh iya, aku beli seragam sekolah, cobain deh pas atau engga, bisa di tukar kok kata mereka." Sambil di mengambil barang di tas belanja nya. Setelah kulihat, dia membeli 2 set kemeja dan celana abu-abu.
"Ngapain mami beli banyak-banyak, aku udah mau lulus mam" protes aku. Dia duduk
"Kan bisa buat stock kalo kamu nginep di sini jadi engga perlu pulang kaya tadi," wajahnya berbeda. Ada perasaan bersalah, dia perhatian sama aku kan bagus. Aku hampiri dan mencium pipinya.
"Makasih ya" sambil aku peluk dan mencium bibirnya lembut, terus aku ciumin hidungnya, matanya semua wajahnya, sampai wajahnya berubah lagi.
"Iiiihhhh sana cobain cukup engga" dia mendorong tubuhku dengan lembut.
Ternyata pas, kok bisa tau ya ukuran aku kata batin ku, naluri ibu tak ada yang bisa menandingi. Dia bercerita perjalanan tadi sore, sambil menyiapkan makanan yg dia beli, menyusun dan menata makan malam untuk kita berdua. Aku memperhatikan semua dari meja pantry. Setelah siap semua dia ke kamarnya, 20 menit dia keluar lagi dengan tampilan berbeda. Babydoll, menutupi tubuhnya sempurna, tapi masih menampakan lekukanya, karena bahan satin yg lembut, meninggalkan tanya apa yg dia pakai di balik babydoll hitam berbahan lembut dan dingin sepertinya. Panjangnya hanya sebatas pahanya, Dia tau tatapan mata liar ku, tapi seolah dia tak peduli, Rima berjalan dengan gemulai menghampiri meja makan.
"Ayo, makan dulu" dia mengambilkan nasi untuk aku, sambil menunjukan jumlah yg dia ambilkan? "Cukup" jawab ku. Dan di berikan pada ku, setelah dia mengambil nasi sesuai kebutuhannya, semua lauk pauk dia sodorkan agar aku mengambilnya baru dia ambil buat dirinya, serasa menjadi raja aku malam ini, mungkin kalo aku menikah dengan dia, akan seperti ini prilakunya. Pada ku, terlihat dia melakukan dengan gerakan yang biasa dia lakukan saat makan bersama almarhum suaminya. Menu yang di sajikan agak terlalu lengkap untuk versi makan ku di rumah, mungkin dia ingin menyenangkan aku, untuk sebuah kebaikan aku merespon tetap dengan baik, berusaha menikmati semua. Selesai makan dia membuatkan aku kopi, tapi aku memilih membawa piring kotor ke dapur, meski dia berusaha melarang aku, tetap aku lakukan, ada pembagian tugas dalam rumah tangga tetap ada, mana tugas lelaki mana tugas perempuan, karena hanya kita berdua di sini saat ini. Aku langsung mencuci piring. Selesai dia menyimpan sisa makanan dia ke dapur melihat aku melakukan ini, dia memeluk ku dari belakang,
"Duuuh calon suami yang baik ternyata kamu" sambil mencium pipi ku dan coba memutar tubuh ku, menjauh dari wastafel dia mengambil alih kerjaan itu.
"Engga apa-apa mom,biar aku aja"
"Sana minum kopinya nanti dingin" aku coba untuk tetap bantu, dia menolak. Mungkin ini harus di mulai perlahan, aku mengalah mencuci tangan ku dan membantu dalam hal lain, aku tetap di dapur menemani, melihat dia lincah bergerak ke sana kemari bagai seorang penari, mata ku tertuju pada gemulai tubuhnya dan membuat goyangan indah di bokong dan dadanya, no bra aku yakin. Libido ku meningkat. Aku hampiri tubuhnya saat sedang mengelap perlengkapan makan dengan lap kering. Memeluk tubuhnya dari belakang, babydoll ini lembut terasa aku melingkarkan di pinggangnya,meraba perutnya, mencium lehernya telinganya.
"Ssshhhhh...Rioo" aku mulai meraba bagian dadanya, ada bra tipis di sini yg tetap membiarkan bentuk payudara tetap seperti adanya. Aku meremas nya lembut.
"Aaaahhhhh... Sayang, sabar dulu iiiiih " dia masih melakukan kegiatannya. Sesuatu di balik boxer ku makin mengeras, aku mengatur posisi agar penis ku berdiri sempurna, kembali ku tempelkan di antara bentuk indah bokongnya tepat di tengah, aku sengaja menggesekkan di situ dengan tekanan, dan tanganku meremas ke dua payudaranya bersamaan.
"Aaahhhhh, iiiiihhhh Riooo sayang" mami Rima merespon gerakan aku, karena sesuatu yg keras dia rasakan, dia melepas pekerjaannya. Memutar tubuhnya hingga kini kita berhadapan, aku langsung mencium bibirnya dan menekan tubuhnya. Dia berusaha melepaskan ciuman aku.
"Sayaaang...iiih, udah ga sabar ya?" Aku mengangguk, dan kembali meraba payudaranya, mencari posisi putingnya, aku mencubit lembut.
"Aauuuuwwww.., Riooo"
"Aku mau sekarang," pinta ku sambil menatap wajahnya dengan gairah yang besar.
"Iya, boleh sayang, tapi engga di sini" dia mengelus rambutku dan melingkarkan tanganya di leherku.
"Kenapa emang kalo di sini, aku udah pengen banget" minta ku memaksa. Rima menatap ku sebentar dan tersenyum, sambil melepaskan kaos ku, setelah lepas bagai seekor anjing penjaga menyerang targetnya, tangan ku liar mencoba melepas babydoll nya, wow ada bra transparan hitam berenda aku langsung menyerang payudara itu tanpa melepasnya, Tante Rima juga berusaha melepas jeans ku dan menurunkan boxer ku.
"Aaahhh..sayang...." Tante Rima mendesah
"Gendong aku ke kamar, sayang.." pinta Tante Rima. Aku mengangkat tubuhnya sambil meremas bokongnya ternyata dia memakai G-string, aku hanya cukup menggeser tanpa melepasnya. Aku menunda ke kamar, ku senderkan ke tembok, penis ku yg sudah tegang dan berurat siap bertempur, ku atur posisinya hingga tepat di bawah lubang hangat miliknya.
"Aaaaahhhhhh ayo sayang...bawa aku ke kamar.." pinta Tante Rima. Saat ku sentuh ternyata sudah basah. Aku coba masukkan dengan melepas beban tubuhnya sedikit. Ternyata meleset lubang itu masih rapat.
"Iiiihhh, Rioo.." Rima kaget atas percobaan pertama ku. Kini Tante Rima membantu memegang penis ku dan mengarahkan tepat ke lubang nya.
"Ayo..coba lagi" Tante sudah memahami mau ku, dan
"Aaaaggghhhh...uuuuuuhhh" berhasil masuk Tante mendesah panjang erat pelukannya. Aku segera membawanya ke kamar dalam posisi penisku sudah masuk.
Dalam posisi aku telah polos tanpa sehelai benang, Tante Rima masih memakai G-string dan bra tipisnya, setelah aku tidurkan di kamar, dalam posisi di bawah ke dua kaki nya sudah terangkat di pinggang ku hingga aku bisa langsung melakukan gerakan memompa vagina Rima yg sudah menjepit penis ku dengan sempurna, desahan yang keluar dari mulut Rima menambah nikmat yang aku dapat.
"Aaaaaasshhh sayaaaaaaang"
"Ssshhhhh..uuuuhhhhhh"
"Iiihhh enak bangettt siih sayang.." aku menikmati semua yang Tante punya, bra sudah ku lepas, aku menikmati payudara Tante yg tampak kenyal dan puting mengeras, ini pertanda Rima telah terangsang sempurna, tak henti aku menikmati payudara besar miliknya, menjilati, menghisap dan meremas, sambil tak henti aku menghujani lubang hangat dan sempit miliknya, Tante makin gelisah badannya terus bergelinjang, hingga tak tahan ia bangkit duduk.
"Rioo sayaaang, aku mau di atassss" aku membalikan tubuhnya kini dia yg aktif menari di atas kelamin ku, di putar dan di mundur majukan pinggulnya, mengakibatkan penis ku terurut dan terjepit nikmat di lubang sempit milik Tante, rasanya hangat dan makin nikmat, semakin cepat dia bergoyang semakin terasa pijitan itu. Ritme sudah sepenuhnya kendali Rima, dia begitu pandai dalam bercinta aku sangat kagum caranya bercinta, mungkin karena rajin senam, aku sangat menikmati itu semua, dia mampu memanjakan aku dalam bercinta, sepertinya Rima ingin segera mencapai klimaks, goyangannya semakin cepat. Wajahnya seperti berusaha menikmati juga sekaligus menahan sesuatu.
"Uuuhhh ..sayang, aku engga bisa tahan.."
" Ayo sayang.. keluarin aja," aku membantu merangsang dengan meremas dan mencubit putingnya.
"Uuuuhhh, AAAaaahhhHHH" Rima melepaskan semua dari jerat birahinya terasa makin hangat penis ku di dalam, dia tetap menggoyangkan pinggulnya perlahan. Kini giliran aku. Saat ku cabut ada lelehan lendir pelumas milik Rima. Aku memoleskan ke seluruh batang ku dan ke vagina Rima, kini aku merubah gaya doggy style, aku memasukan lagi dari belakang perlahan
"Uuuuhhh nikmat banget, bisa full masuk semua,." Tangan ku bisa sambil meremas payudara, ini nikat juga ini gaya pamungkas ku yg selalu berhasil melepaskan seluruh sperma ku. Ini gaya terbaik menekan penis dari belakang mampu memasuki keseluruhan batang penis ku, dan hambalan bokong yg bulat kenyal mampu meredam hujatan keras ke dalam, bila lambat tetap nikmat saat berlari merubah ke cepat pun lancar tanpa halangan, kontrol sepenuhnya milik aku, bantuan sedikit apa pun dari Rima akan menambah nikmat bersenggama, benar saja aku segera sampai klimaks..
"Aaaggghhhhh" aku biarkan semua sperma ku masuk ke dalam ada tiga kali hempasan ku tanam ke sisi terdalam vaginanya, semoga sampai ke rahimnya, aku ingin memiliki Tante Rima seutuhnya untuk ku sendiri, aku tak rela bila ada lelaki lain menikahinya. Iya aku egois, tapi itu yang ku rasa saat itu.