webnovel

Gagal Mempersunting Wanita Terbaik

Vera gadis periang dan baik hati membuatnya disegani oleh Resi dan Lexy yang merupakan lelaki pemburu wanita dengan memiliki sifat serta perilaku lembut dan baik hati. Tetapi, pilunya nasib Lexy ketika ia tidak berhasil mempersunting wanita dambaannya, justru lelaki bernama Resi yang Vera kenali saat berada di Paris ditakdirkan untuk menjadi pasangan hidup Vera. Manusia tidak bisa meramalkan bagaimana takdir cinta yang akan mereka alami nantinya. Pertemuan Resi dengan Vera, menumbuhkan benih cinta di dalam hati Resi. Resi yang awalnya malu menyatakan cintanya kepada Vera, berusaha memberanikan diri untuk mengutarakan perasaannya kepada Vera ketika berada di Paris dan menara Eiffel sebagai saksi permulaan cinta mereka berdua, hingga Resi berhasil meminang dan mempersunting Vera serta mengislamkannya. Lexy yang juga mencintai Vera, masih tidak berani untuk mengutarakan perasaan kepada wanita dambaannya hingga ia merubah keyakinannya memeluk agama protestan dan berharap dapat menikahi Vera, namun sebaliknya takdir terjadi tak sesuai harapannya. Menjadi hal yang sangat menyakiti hati, ketika wanita dambaannya yang ia harap dapat dinikahi olehnya, malah menikah dengan lelaki lain. Lexy tidak mengetahui jika Vera telah memiliki kekasih, sehingga ia terus menaruh harapan kepada Vera. Dan ketidaktahuannya itulah, yang menimbulkan kepedihan dan penderitaan berat pada diri Lexy. Disisi lain, Lexy yang merubah keputusannya untuk menghentikan menggagalkan pernikahan antara Vera dengan Resi, berhasil menyelamatkan kebahagiaan kedua pasangan tersebut.

LaSya_Nn · Urban
Not enough ratings
21 Chs

Penasaran Hingga Timbul Rasa Suka

Lexy mulai merasa penasaran dengan sesosok Vera. Lexy menyalakan HP dan mencari tahu tentang Vera melalui berbagai media sosial digital. Disalah satu media sosial digital, terlampir banyak rangkaian foto dari Vera yang terlihat cantik hingga membuat Lexy sedikit terlena.

Pada hari yang sama, Vera diperintahkan Denis untuk menemui Lexy ke kantor perusahaannya guna membahas suatu hal.

"selamat pagi pak, saya staf dari PT. Trusted Consulting yang bekerja sama dengan perusahaan Pak Lexy , bolehkah saya diperkenankan masuk untuk menemui Pak Lexy " ujar Vera kepada satpam sesampainya ia di depan kantor milik Lexy .

"saya sampaikan izin kepada Pak Lexy terlebih dahulu untuk mengetahui apakah beliau berkenan ditemui oleh orang lain. Dan saya akan mengantarkan ibu ke dalam ruang kerja Pak Lexy apabila beliau mengizinkannya" balas oleh satpam.

"selamat pagi pak. Salah satu staf dari PT. Trusted Consulting ingin menemui bapak" ujar satpam kepada Lexy yang tengah sibuk mengurus pekerjaannya di ruang kerja pribadinya.

"baiklah, persilahkan dia memasuki ruang kerja saya" balas oleh Lexy .

"mari Bu saya antarkan ke ruang kerja Pak Lexy " ajak satpam kepada Vera.

"permisi, selamat pagi pak. Saya Vera dari PT. Trusted Consulting milik Pak Denis ingin membicarakan suatu hal kepada pak Lexy " ujar Vera setelah ia memasuki ruang kerja Lexy .

"baiklah dan silahkan duduk. Aku sudah pernah melihatmu, siapakah engkau di perusahaan Denis sehingga engkau diutus olehnya untuk datang menemuiku?" tanya oleh Lexy .

"profesi saya sebagai staf konsultan bisnis di perusahaan milik Pak Denis. Karena Pak Denis sedang berhalang, maka beliau mengutus dan mempercayakan saya sebagai perantara untuk menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan kerjasama antara perusahaan Pak Lexy dengan perusahaan Pak Denis" ucap Vera dengan nada yang sangat lembut tanpa memudarkan senyuman di wajahnya.

Secara diam-diam, sesekali Lexy terpaku memandang wajah Vera ketika tengah menyampaikan pembicaraan. Namun, Lexy tidak ingin lengah sebab mendengar lantunan pembicaraan Vera yang terdengar sangat lembut dan sopan, ia harus berlagak terlihat tetap profesional dan tegas di hadapan Vera.

Beberapa hari berselang. Di hari libur, Vera dan Resi bertemu di restoran untuk sekedar berbincang-bincang dan makan malam bersama. Lexy pun juga berada di restoran yang sama namun hanya seorang diri tanpa ada teman untuk makan malam. Merasa kenyang setelah menghabiskan makanannya, Lexy berteduh di bawah pohon menunggu jemputan dari sepupunya, ia tak memiliki mobil pribadi karena seluruh keuangannya digunakan untuk mengembangkan bisnisnya. Setelah puas menikmati waktu bersama Resi, maka Vera memutuskan untuk pulang, kala itu Vera menolak tawaran untuk diantarkan pulang oleh Resi karena ia akan dijemput oleh Fiva dan telah berjanji untuk menemani Fiva membeli barang kebutuhannya ke mall. Tetiba angin bertiup sangat kencang pada malam itu, Vera yang berjalan keluar restoran melihat pohon yang akan menimpa orang yang berteduh di bawahnya, sontak Vera langsung berlari dan mendorong tubuh orang tersebut.

"awas" teriak Vera saat sembari mendorong tubuh orang yang diselamatkannya hingga mereka berdua terguling di jalanan.

Vera meringis kesakitan sebab kedua siku dan lututnya terluka hingga bercucuran darah. "Pak Lexy " ucap Vera menoleh ke wajah pria yang ia tolong.

"kamu terluka, mari saya antarkan kamu ke rumah sakit" ucap Lexy dengan langsung menggendong tubuh Vera lalu membawanya masuk ke dalam mobil.

"Rama, cepat pergi ke rumah sakit, dia terluka dan aku harus membawanya kesana secepatnya" ucap Lexy kepada sepupunya dengan ekspresi panik.

Lexy mengambil kapas dari kotak obat yang terletak di dashboard mobil untuk membersihkan darah yang terus mengalir dan menetes dari kaki serta kedua tangan Vera. Lexy meniup berulang kali pada goresan luka untuk sedikit meredakan rasa perih, namun Vera masih tetap saja meringis menahan sakit dan perih. Lexy meminta Vera untuk memberikan telepon kepadanya guna menghubungi orang tua Vera. Melalui sambungan panggilan telepon, Lexy berbicara kepada Bu Mala bahwa putrinya akan pulang lebih larut malam karena sedang dirawat di rumah sakit, Bu Mala merasa sangat khawatir dan meminta Lexy untuk menunjukkan nama rumah sakit tempat Vera dirawat dan ia akan menjenguk anaknya, tetapi Lexy melarang Bu Mala berangkat ke rumah sakit tanpa alasan yang dijelaskan, hingga Lexy segera mengakhiri panggilan telepon dengan Bu Mala.

"bertahanlah, kita akan segera sampai dan kau secepatnya akan dirawat" tutur Lexy kepada Vera.

Sesampainya di rumah sakit, Lexy kembali menggendong Vera dan meminta suster yang sedang mendorong ranjang pasien untuk mengobati Vera.

"cepat dokter, segera obati dia karena saya khawatir jika lukanya bertambah parah" ucap Lexy dengan perasaan panik ketika Vera dimasukkan ke dalam ruang perawatan.

"baik mas, mas silahkan tunggu di luar, biarlah kami yang akan merawat pasien ini" balas oleh dokter yang merawat Vera.

Selama menunggu di luar ruang perawatan, Lexy terus merasa panik dan mengkhawatirkan keadaan Vera. Di dalam hati, ia berdoa dan meminta agar tuhan berkenan untuk memberikan kesembuhan secepatnya kepada Vera. Beberapa jam menunggu, akhirnya dokter yang merawat Vera keluar dari ruang perawatan dan berjalan menghampiri Lexy.

"permisi mas" sapa oleh dokter. "silahkan mas masuk ke dalam untuk melihat kondisi pasien" lanjut ucapnya.

Lexy bergegas masuk ke dalam ruang perawatan, ia melihat Vera memejamkan matanya seperti orang yang tertidur pulas setelah melepas letih. Lexy menggugah Vera hingga membuatnya terbangun.

"rasa sakit mana lagi yang masih kau rasakan?" tanya oleh Lexy.

"kepalaku sangat pusing, aku ingin memejamkan mataku untuk meredakan pusing yang timbul ini" balas oleh Vera.

"baiklah, istirahatlah saja terlebih dulu. Saya akan meminta izin kepada dokter agar kau bisa beristirahat disini hingga keesokan hari" sahut oleh Lexy .

Lexy menelepon kembali Bu Mala melalui HP milik Vera, ia berkata bahwa Vera akan menginap di rumah sakit hingga keesokan hari, dan Lexy melarang Bu Mala untuk menjenguk Vera dengan alasan malam telah menjelang larut. Untuk menenangkan kekhawatiran Bu Mala, Lexy berkata jika dirinya yang akan menemani dan menjaga Vera di rumah sakit.

Keesokan harinya tiba, suara gemuruh langkah kaki petugas kesehatan yang bertugas di rumah sakit membangunkan Lexy dari tidurnya, semalam ia terbaring tidur di kursi tunggu. Setelah bangun, ia masuk ke dalam ruang perawatan dan melihat Vera yang masih memejamkan matanya 'mungkin kepala dia masih terasa pusing, lebih baik aku biarkan saja hingga ia terbangun sendiri' gumam Lexy dalam hati. Lexy duduk di kursi dan menghadap di samping tubuh Vera, melihat perban membalut luka yang menggores tubuh Vera. Sejenak merenungi kebaikan serta kepedulian hingga mengorbankan diri hanya untuk menolongnya dari maut yang menghampirinya. Lexy berniat untuk memberikan hadiah karena Vera telah menjadi pahlawan penolongnya, Lexy pergi ke toko bunga untuk membeli rangkaian bunga indah.

"hai" sapa oleh Lexy begitu ketika melihat Vera telah membuka matanya. "tidurlah saja, bukankah kepalamu masih terasa pusing" ucap Lexy menghadang Vera yang ingin beranjak dari tempat tidur.

"aku ingin duduk" balas oleh Vera.

"mari aku bantu kamu untuk bangun" ucap oleh Lexy sembari menyangga punggung membantu Vera duduk di atas ranjang.

"bagaimana yang kau rasakan saat ini?" tanya oleh Lexy .

"tubuhku sudah terasa lebih lega" jawab Vera.

"terimalah bunga ini" ucap Lexy sembari menyodorkan bunga kepada Vera. "aku berikan bunga ini sebagai hadiah untukmu" lanjut ucapnya sembari memberikan senyuman hangat kepada Vera. "jika kau ingin pulang, maka tunjukkanlah alamat rumahmu, karena aku yang akan mengantarkanmu pulang ke rumah" tutur Lexy .

Dengan menaiki mobil sewaan yang telah Lexy pesan melalui aplikasi, Lexy mengantarkan Vera pulang ke rumah. Sesampainya di rumahnya Vera, terlihat Fiva terduduk di sofa tamu menunggu kepulangan Vera. Bu Mala, Lexy , dan Fiva ikut menuntun Vera berjalan masuk ke dalam kamarnya. Bu Mala meminta Lexy untuk duduk di sofa tamu dan menyajikan teh hangat untuknya, sedangkan Fiva menemani Vera di dalam kamar tidur. Lexy menjelaskan kejadian sebenarnya kepada Bu Mala atas hal yang telah menimpa Vera. Setelah mengobrol panjang lebar dengan Bu Mala, akhirnya Lexy memutuskan untuk berpamitan pulang.

Lexy masih ingin turut bertanggung jawab mengenai kesembuhan Vera, beberapa hari ia rutin mengunjungi rumah Vera untuk menengok keadaannya. Melihat dari raut wajah Vera seperti sedang menyimpan banyak tekanan, Lexy rela bersedia menyerahkan dirinya untuk dijadikan tempat curhat bagi Vera. Vera terlarut dalam curhatannya kepada Lexy , sedangkan Lexy terpaku memandangi wajah Vera sembari mendengarkan curhatannya. Dilihat oleh Lexy , tampak wajah yang begitu polos 'sepertinya wanita ini memang baik hatinya' dengung Lexy dalam hatinya.

"Pak Lexy" ucap Vera menyadarkan lamunan Lexy yang terpaku menatap wajahnya.

"oh ya, saya turut prihatin atas masalah yang sedang kau hadapi" balas Lexy mengalihkan seolah-olah ia sungguh-sungguh mendengarkan cerita dari Vera. "tapi saya salut denganmu, kamu sangat tangguh untuk menghadapi masalahmu sendiri, memang itu hal yang seharusnya dilakukan agar cepat berdamai dengan masalah" lanjut ucapnya.

"aku merasa lega setelah menceritakan masalahku kepada Pak Lexy , aku ucapkan terima kasih karena Pak Lexy telah bersedia meluangkan waktu untuk mendengar curhatanku" ucap oleh Vera.

"tidak perlu berterima kasih. Kamu yang telah rela menyelamatkan saya, maka saya juga harus rela untuk menawarkan bantuan kepadamu, apalagi hanya untuk mendengarkan curhatan darimu" balas Lexy . "oh ya, sudah hampir menjelang malam, saya akan pulang terlebih dulu. Tapi saya akan tetap mengunjungimu kembali untuk menengok kondisimu" lanjut ucapnya sembari menengok jam tangannya.