webnovel

Gagal Mempersunting Wanita Terbaik

Vera gadis periang dan baik hati membuatnya disegani oleh Resi dan Lexy yang merupakan lelaki pemburu wanita dengan memiliki sifat serta perilaku lembut dan baik hati. Tetapi, pilunya nasib Lexy ketika ia tidak berhasil mempersunting wanita dambaannya, justru lelaki bernama Resi yang Vera kenali saat berada di Paris ditakdirkan untuk menjadi pasangan hidup Vera. Manusia tidak bisa meramalkan bagaimana takdir cinta yang akan mereka alami nantinya. Pertemuan Resi dengan Vera, menumbuhkan benih cinta di dalam hati Resi. Resi yang awalnya malu menyatakan cintanya kepada Vera, berusaha memberanikan diri untuk mengutarakan perasaannya kepada Vera ketika berada di Paris dan menara Eiffel sebagai saksi permulaan cinta mereka berdua, hingga Resi berhasil meminang dan mempersunting Vera serta mengislamkannya. Lexy yang juga mencintai Vera, masih tidak berani untuk mengutarakan perasaan kepada wanita dambaannya hingga ia merubah keyakinannya memeluk agama protestan dan berharap dapat menikahi Vera, namun sebaliknya takdir terjadi tak sesuai harapannya. Menjadi hal yang sangat menyakiti hati, ketika wanita dambaannya yang ia harap dapat dinikahi olehnya, malah menikah dengan lelaki lain. Lexy tidak mengetahui jika Vera telah memiliki kekasih, sehingga ia terus menaruh harapan kepada Vera. Dan ketidaktahuannya itulah, yang menimbulkan kepedihan dan penderitaan berat pada diri Lexy. Disisi lain, Lexy yang merubah keputusannya untuk menghentikan menggagalkan pernikahan antara Vera dengan Resi, berhasil menyelamatkan kebahagiaan kedua pasangan tersebut.

LaSya_Nn · Urban
Not enough ratings
21 Chs

Kembali ke Indonesia

Libur semester di Le Cordon Bleu telah tiba, sesuai janjinya dengan orang tuanya Resi akan pulang ke Indonesia. Resi mengemas pakaiannya ke dalam koper dan akan berangkat pulang ke Indonesia pada keesokan pagi. Ia juga menelepon Vera untuk berpamitan jika ia akan pulang ke Indonesia sampai libur semester akan berakhir. Sedangkan di kampus Vera libur semester belum tiba karena kegiatan akademik masih berlangsung dan sekitar 1 minggu lagi menjelang libur semester. Tak lupa, Resi juga menitipkan salam untuk Gio dan Fiva melalui perantara Vera. Pembicaraan yang masih melalui telepon, Resi dan Vera berjanji akan bertemu disalah satu restoran yang berada di Jakarta jika Vera telah pulang ke Indonesia.

Menjelang pagi hari dan waktu menunjukkan pukul 07.30. Resi dijemput dan diantarkan oleh sopir dengan mengendarai mobil sewaannya menuju ke bandara Charles de Gaulle Paris. Beberapa menit setelah pesawat lepas landas, Resi mengeluarkan sebilah bolpoin dengan selembar kertas untuk menulis serta mengungkapkan kekagumannya pada negara Paris guna menghilangkan kebosanannya selama berada di dalam pesawat, lalu pramugari datang mengantarkan makanan yang telah dipesan olehnya dan ia menyuap makanan tersebut sedikit demi sedikit hingga habis, sampai pada akhirnya ia mulai merasa mengantuk dan tertidur. Resi terbangun ketika mendengar suara keras dari mikrofon yang ternyata pramugari sedang memberikan instruksi untuk melepas semua peralatan keamanan karena pesawat telah mendarat dan tiba di bandar udara Soekarno Hatta. Dilihat dari balik jendela pesawat, langit di Jakarta sudah tampak gelap, Resi menengok ke jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 17.45. Hembusan angin malam yang sejuk di bumi Jakarta menerpa tubuh Resi, sungguh senangnya ia bisa kembali menghirup udara ditanah kelahirannya. Resi segera menghubungi Pak Deden, yaitu sopir suruhan pak Beni untuk menjemput Resi di bandara. Beberapa jam menunggu, dan akhirnya pak Deden tiba di bandara, ia mengirimkan pesan Whatsapp kepada Resi bahwa ia telah sampai di bandara untuk segera Resi menghampirinya.

"silakan masuk mas Resi" ucap pak Deden sembari membukakan pintu mobil.

Pak Deden mengajak Resi mengobrol saat perjalanan menuju rumah ketika berada di dalam mobil "bagaimana perasaan mas Resi selama berada di Paris?" tanya oleh pak Deden.

"sangat menyenangkan Pak, walaupun disana selalu sibuk sebab adanya jadwal yang padat dan membuat letih, tapi tidak membuat saya mengeluh hingga merasa sedih selama berada di Paris, karena memang tujuan saya kesana untuk menimba ilmu dengan sungguh-sungguh" balas oleh Resi sembari tersenyum.

"mas Resi sangat berbeda. Biasanya jika orang telah melakukan perjalanan jauh pasti akan merasa lesu dan letih, tetapi dari wajah mas Resi terlihat sangat segar dan bahagia sekali" ucap pak Deden sembari melihat Resi dari balik center mirror.

"jelas saya merasa bahagia Pak, karena hari ini saya akan bertemu dengan kedua orang tua yang sudah selama setahun saya tinggalkan" balas oleh Resi.

"benar itu mas, saya setuju dengan apa yang mas Resi katakan. Saya berharap agar kebaikan selalu menyertai keluarga mas Resi setiap saat" tutur pak Deden.

Tibalah Resi di rumahnya, begitu masuk ke dalam rumah, ia dipeluk erat oleh ibu dan ayahnya. Rindu yang telah lama menyelimuti antara Resi dan kedua orang tuanya akhirnya lepas sudah. Bu Lia mengecup kening anaknya, Pak Beni tersenyum saat melihat tubuhnya anaknya yang masih sehat bugar, itu artinya tidak ada masalah yang menimpa Resi selama berada di Paris. Bu Lia menggandeng tangan anaknya dan berjalan menuju dapur bersama ayahnya juga, berjejer banyak makanan kesukaan Resi telah disajikan di atas meja makan. Mereka makan bersama, Pak Beni juga mengajak Pak Deden untuk ikut makan bersama, namun ia menolak karena merasa sungkan, tapi pak Beni tetap keukeuh mengajak pak Deden untuk ikut makan bersama keluarganya. Mereka saling mengobrol dan berbagi cerita bersama sembari menyuap makanan, Resi menceritakan berbagai pengalaman hidupnya selama di Paris.

"Ibu dan ayahmu benar-benar sangat merindukanmu. Ibu selalu terbayang dimana masa-masa kamu menghabiskan waktumu bersama kami saat kamu masih ada disini" ujar oleh Bu Lia.

"sama seperti ibu, aku selalu terpikirkan tentang ayah dan ibu" sahut Resi. "tetapi ayah dan ibu tidak perlu khawatir, Resi berkata jujur bahwa tidak ada tekanan apapun yang menimpa diri Resi selama berada di Paris, orang-orang yang aku temui disana, berperilaku baik dan ramah kepadaku" lanjut ucapnya untuk menenangkan kekhawatiran yang mungkin masih bersarang di hati ibunya.

"syukurlah jika memang kamu baik-baik saja disana. Setelah menghabiskan makanan, mari kita sholat bersama ya" ajak Bu Lia.

"sekalian Pak Deden ikut sholat bersama kita ya, Pak Deden bisa pulang nanti seusai sholat" sontak sahut oleh Pak Beni dan Pak Deden menyetujui ajakannya dengan berkata "baiklah ".

Bu Lia membereskan peralatan makan dan membersihkan meja makan seusai semua menghabiskan makanannya, Resi dengan lapang hati membantu ibunya melaksanakan pekerjaan itu. Lalu setelahnya, mereka pergi ke kamar mandi mengambil air wudhu masing-masing dan menjalankan ibadah sholat isya' bersama, Pak Beni yang menjadi imam sholat. Setelah sholat, Pak Deden langsung berpamitan untuk pulang ke rumah, dan Pak Beni mengantarkannya keluar hingga di teras rumah. Setelah Pak Deden pulang dan semua aktivitas telah selesai, Resi bersama orang tuanya pergi tidur beristirahat.

Saat berada di dalam kamar tidur, Resi melihat foto masa kecil dirinya yang terpajang di atas meja belajarnya, namun seharusnya dari dulu foto itu tersimpan di dalam lemari koleksi yang terletak di ruang tengah. Ternyata beberapa minggu lalu, Bu Lia memindahkan foto Resi ke dalam kamarnya, Bu Lia memandangi foto anaknya di dalam kamar Resi sendiri saat suasana kamar itu tampak sangat sepi dan hening, hingga ia menaruh foto Resi di atas meja belajar setidaknya agar saat memasuki kamar Resi dapat sedikit mengobati kerinduan