webnovel

1. Pria Menakutkan

Seorang wanita cantik keluar dari taksi. Ia berdiri sembari menatap sesaat restoran mewah yang ada di lantai bawah hotel yang mentereng megah. Bibirnya tersenyum. Ia memakai gaun berwarna putih setinggi lutut. Rambutnya dibiarkan terurai tersapu oleh angin.

"Selamat malam, Nona. Maaf, reservasi atas nama siapa?" tanya seorang pekerja yang bertugas khusus untuk menyambut tamu dengan ramah.

"Atas nama Michael," jawabnya.

"Anda, Nona Nevere? Silahkan, Nona. Ruangannya ada di lantai atas. Nanti akan ada yang membantu Nona," ujarnya.

"Baiklah. Terima kasih," ucap Nevere.

Nevere Kimberly. Wanita muda itu tampak sangat gugup seperti baru pertama kali datang ke tempat mewah. Nevere dibimbing untuk naik ke lantai atas menggunakan lift. Akan tetapi, tiba-tiba saja ia merasa sedikit kurang nyaman.

"Nona, silahkan. Tuan muda Michael sudah menyewa lantai ini khusus untuk Nona."

Nevere keluar dari lift. Lantai di mana kaki Nevere berpijak sangatlah sepi. Ia tidak melihat seorangpun di sana. Hanya terdengar suara heelsnya yang menggema.

"Michael!" panggil Nevere. "Michael!" panggilnya lagi tapi tidak ada suara balasan.

Nevere mencoba melangkah lebih jauh lagi. Ia sedikit merinding dengan ruangan luas yang seakan-akan menelannya. Nevere mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Michael.

'Ayo, angkat teleponnya. Aku takut,' batin Nevere penuh harap.

'Hallo, sayang.'

Prak!

"Em ... Em ... Em ..."

Ponsel Nevere terjatuh di atas lantai beserta dengan tas kecil yang ia bawa. Seseorang membungkam mulutnya dari belakang dan menyeretnya ke tangga darurat.

Ketakutan Nevere terjawab. Sejak awal, sepertinya sudah ada yang mengikutinya. Nevere menggigit tangan orang itu dan memukul perutnya menggunakan siku.

"Hah!" Nevere hampir kehabisan napas.

Drap ... Drap ... Drap ...

Nevere melarikan diri setelah cengkeraman tangan orang itu terlepas dari tubuhnya. Ia tidak tahu pria atau wanita yang mencoba untuk menculiknya. Motif apa yang orang itu miliki juga tidak Nevere mengerti.

Nevere tidak berani menoleh ke belakang. Hentakan kaki orang itu terdengar terus mengejarnya dan semakin dekat.

Hah! Hah! Hah!

Napas Nevere mulai terengah-engah. Ia tidak tahu sampai kapan kakinya bisa berlari menuruni tangga darurat yang semakin curam.

"Akh!" pekik Nevere.

"Apa kau berniat kabur?" bisiknya. Tangannya terus mencengkeram rambut Nevere yang terurai.

'Seorang pria? Apa yang dia inginkan?' batin Nevere yang semakin ketakutan.

"Lepaskan aku!" teriak Nevere. "Lepas!" teriaknya lagi sembari meronta-ronta.

Pria itu memegang tangan dan membungkam mulut Nevere. Ia menyeret Nevere naik ke atas. Nevere terus meronta dan tidak menyerah. Akan tetapi, kekuatannya sama sekali tidak berguna.

Nevere merasakan kakinya sangat sakit karena terbentur-bentur tangga. Heels yang ia kenakan juga terlepas satu tanpa ia sadari. Pria itu membawa Nevere masuk ke dalam sebuah ruangan yang cukup gelap.

Bruk!

"Akh!" Nevere dilempar ke atas ranjang.

"Tuan Nergal, saya sudah membawa wanita yang Anda inginkan," ucapnya.

"Apa?" pekik Nevere. Nevere terbelalak. Ia melihat bayangan orang lain yang berada di dalam kamar itu. "Kalian gila!" teriak Nevere.

Nevere mencoba kabur lagi. Akan tetapi, pria yang membawanya menangkapnya dengan mudah dan melempar Nevere kembali ke ranjang.

"Kau boleh pergi," pinta Nergal.

"Baik, Tuan."

Pria itu pergi. Sebelum pintu tertutup sepenuhnya, Nevere mencoba lari lagi. Akan tetapi ia di dorong masuk tanpa memikirkan bagaimana sakitnya terjatuh berkali-kali.

"Aku tidak mengenalmu. Kau hanya orang asing. Kenapa kau menangkapku?" teriak Nevere.

Nergal, pria yang berdiri menatap angkuh ke arah Nevere. Ia menyalakan lampu dan tatapannya tidak berubah. Nevere terdiam. Ia gemetaran setelah seluruh ruangan itu bisa terlihat oleh matanya.

"Kenapa kau tidak berisik lagi? Kau sudah tahu posisimu sekarang?" ucap Nergal.

Nevere menggeleng-gelengkan kepalanya. Ruangan itu sangat menakutkan. Tidak hanya ada Nevere dan Nergal, tapi ada beberapa pria berpakaian serba hitam di ruangan yang sama. Di tangan mereka, ada kamera yang siap merekam.

Brak! Brak! Brak!

"Buka! Tolong!" teriak Nevere sembari memukul-mukul daun pintu.

Nergal berdiri di belakang Nevere. Ia meletakkan satu tangannya di pintu untuk menahan Nevere supaya tidak lari dari jangkauan dirinya.

"Hmm ... Apa kau takut?" bisik Nergal.

Plak!

Nevere berbalik dan menampar Nergal. Telapak tangan Nevere terasa sangat panas. Nergal memukul daun pintu sembari menusuk Nevere dengan tatapannya yang mengerikan.

"Kalian semua, pasang kamera itu dengan baik dan keluarlah. Sepertinya, wanita ini sedang ingin bermain sedikit denganku," ucap Nergal. "Kalau kalian merekam secara langsung, dia bisa ketakutan," lanjutnya dengan nada suara meledek hina.

"Pergi! Menjauh dariku, bajingan!" Nevere mendorong Nergal. Akan tetapi, Nergal menarik tangan Nevere dan membawanya kembali ke ranjang.

Orang-orang itu keluar dari kamar. Hanya tertinggal Nevere dan juga Nergal yang hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Kamera sudah menyala dan mulai merekamnya. Nergal melempar Nevere dengan mudah di atas ranjang.

"Apa yang kau lakukan?" teriak Nevere. Ia meronta, ia memukul, meski hasilnya nihil.

Tubuh Nevere menggigil dan gemetaran. Apa yang akan terjadi padanya? Pria yang saat ini ada di atas tubuhnya sangat mengerikan. Apa ia akan mati? Jika tidak, kesialan seperti apa yang menantinya di detik berikutnya? Pikir Nevere.

"Aku mohon, Tuan. Lepaskan aku," pinta Nevere lirih karena tenaganya hampir habis.

"Melepaskanmu? Kau wanita yang dekat dengan Michael, bukan?" tanya Nergal. Nergal mengunci tangan Nevere ke atas dan menekannya.

"Ada apa dengan Michael?" tanya Nevere.

"Kau mengakui kalau kau dekat dengan Adikku. Artinya benar, kalau kau yang menjual informasi milikku ke negara asing!"

"Adik?" pekik Nevere. "Informasi apa? Aku tidak tahu tentang itu." Nevere berusaha untuk menjelaskan meski Nergal yang sudah menjadi iblis tidak akan mendengarkan penjelasan itu.

"Kau harus dihukum, bukan?" bisik Nergal.

"Apa?" Nevere berusaha melepaskan diri.

Nevere tidak tahu apa yang Nergal katakan. Informasi, menjual ke negara lain, entah ada alasan apa dibalik semuanya. Ia tidak ingin memikirkan itu dan hanya ingin lari dari cengkeraman Nergal yang menyakitkan.

"Berapa kali kau jajahkan tubuhmu untuk merayu Michael sampai dia lengah?" tanya Nergal.

"Lepaskan aku! Dasar gila! Aku sungguh tidak tahu!" teriak Nevere.

Duagh!

Nevere menggunakan lututnya untuk memukul perut Nergal. Ia lari ke arah pintu sebelum Nergal berhasil menangkapnya lagi. Akan tetapi, pintu itu tidak bisa terbuka sama sekali.

Brak! Brak! Brak!

"Tolong! Siapapun yang ada di luar, tolong aku!" teriak Nevere. "Aku mohon, tolong aku!" teriaknya lagi.

Tubuh Nevere sudah panas dingin. Ia tidak peduli telapak tangannya memerah. Ia terus memukul pintu dan berusaha mendobraknya.

"Hiks ... Siapapun, tolong aku!" teriak Nevere di tengah isak tangisnya yang memilukan.

Nergal menyeringai. Ia memasukkan beberapa butir obat ke dalam gelas yang ia larutkan menggunakan red wine. Ia mulai berjalan mendekati Nevere dengan seringai tajam yang menakutkan.

"Berteriak sampai suara mu serak tidak akan ada gunanya karena tempat ini adalah milikku!" ucap Nergal.

"Apa yang kau inginkan supaya kau melepaskanku?" tanya Nevere. Bibirnya gemetar dan pucat.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu bahkan jika kau berlutut dan menjilat kakiku!"