webnovel

Pertunjukkan Louli

Louli dan Luna melepas rindu dengan mengobrol sambil minum-minum. Kedannya mengingat masa-masa lalu mereka.

"Btw, Luna. Kapan kamu datang?" Louli bertanya sambil menghisap esnya.

"Sebenarnya aku kembali minggu lalu, cuma sejak datang, hubby-ku mengajak aku berkeliling. Jadi hari ini baru sempat datang kesini," jawab Luna.

"Oh begitu." Louli hanya membalasnya dengan singkat.

"Hei, kamu kapan?" Luna bertanya sambil menyentuh tangan Louli dan tersenyum.

"Kapan? Apanya?" Louli balik bertanya, karena tak mengerti maksud sahabatnya itu.

"Itu. Masa kamu gak tau si?!" Luna terlihat kesal dengan Louli.

"Itu apaan si? Kamu itu, Lun. Kalau bicara itu yang jelas! Jangan bikin orang kesal!" Louli malah kesal sendiri pada Luna.

"Ih kamu ini! Gak paham-paham juga maksud aku! Maksud aku itu, kapan kamu punya gebetan yang pasti? Apa kamu mau seperti ini terus?" tanya Luna sambil menikmati jusnya.

"Entah! Kamu tau kan, aku seperti apa?!" jawab Louli.

"Haduh Louli, Louli. Kamu kamu berubah. Aku doain semoga kamu seperti ketemu sama cowok yang bisa mengubah hidupmu." ucap Luna.

Louli memilih untuk diam. Dia enggan menanggapi perkataan sahabatnya itu. Louli masih tidak bisa melupakan masa lalu yang kelam.

Malam pun tiba. Louli sedang bersiap diruang rias. Malam ini, Louli tidak mau menerima tamu. Dia memilih untuk menari menghibur orang-orang.

"Louli, cepat! Semua sudah menunggu penampilanmu!" salah satu teman Louli datang ke ruang rias untuk memberitahu Louli.

"Tunggu sebentar lagi, Mei. Bilang saja, sebentar lagi aku akan keluar,"balas Louli.

"Baiklah, cepatlah keluar!" teman Louli bernama Mei itu langsung pergi.

Selesai berdandan, Louli keluar dengan pakaian penari khas timur tengah, berwarna merah darah dan penutup wajah yang juga merah.

"Baik! Selanjutnya, kami persembahkan bintang yang paling bersinar di rumah ini. Louli!" ucap pembawa acara.

Louli keluar dari dalam lalu berjalan dengan lemah lembut, tak lupa juga senyumnya yang menawan.

Para tamu pria yang sedang asyik duduk bersama para gadis lainnya, menatap Louli dengan pandangan nakal.

Louli duduk di aula dengan senyum penggoda. Dengan membawa Gu Qin, Louli siap menghibur orang-orang yang datang ke rumah bordil itu.

"Selamat malam, Tuan-Tuan semua. Ijinkan Louli menghibur anda semua," sapa Louli pada semua orang.

"Yey, Louli!"

"Kau cantik sekali!"

"Cantik, ayo main denganku!"

Suara sorak-sorak pria hidung belang mulai terdengar. Namun hanya dibalas senyuman oleh Louli.

"Louli, ayo! Aku pasti bisa memuaskan mu!" suara seorang pria berpenampilan rapi dengan jas, dia berteriak sangat keras.

"Maaf, Tuan! Malam ini Louli tidak bisa menemanimu!" tolak Louli dengan halus.

"Ayolah, akan aku berikan berapapun kau inginkan! Malam ini kau harus bermain denganku!" pria itu tetap memaksa.

"Maafkan Louli, Tuan. Malam ini, Louli hanya ingin menghibur semua orang dengan bermain musik. Jika Tuan tidak keberatan silakan duduk dan nikmati pertunjukan Louli." Louli menunjukan senyum tulus palsu nya.

Pria itu tampak kesal, lalu berdiri dari kursinya dan hendak menghampiri Louli. Namun ditahan oleh bodyguard Mamih.

"Apaan ini!" teriak pria itu.

"Nona Louli, malam ini tidak terima tamu. Harap anda bisa kembali ke tempat anda!" suara tegas dari penjaga.

Pria itu pun kembali ke tempatnya dengan ekspresi kesal. Louli kembali melanjutkan permainan Gu Qin nya. Jari jemari lentik Louli, menari dengan lincah diatas senar Gu Qin.

Suara merdu beradu dengan petikan Gu Qin. Suara Louli memenuhi ruangan, semua orang terhanyut dalam irama yang dimainkan Louli.

Beberapa gadis rumah bordil yang berada di lantai dua, mulai membicarakan sikap Louli yang dianggapnya sombong.

"Cih! Dia itu selalu saja bersikap sombong. Hanya karena Mamih lebih menyayangi nya, dia bertingkah seperti Ratu!" keluh kesal teman Louli.

"Iya ni. Padahal Tuan Lee mau membayarnya dengan mahal, dia dia malah menolaknya!"

"Jika aku jadi dia, aku langsung menerimanya dan yang pasti, aku bakal minta uang yang banyak darinya. Hahaha..."

"Kau ini, El. Tuan Lee tidak mungkin mau dengan mu. Jika dibandingkan denganmu, aku jauh lebih baik. Aku pasti bisa memuaskan nya." salah satu teman Louli berkata dengan menyombongkan dirinya.

Kedua temannya menatap kesal pada temannya itu yang terlihat menyombongkan dirinya.

"Cih! Dasar murahan. Tidak mungkin Tuan Lee tertarik padanya!" Ely mendesah kesal.

"Benar! Jika dibandingkan dengan Louli, Erin jauh lebih rendah. Buktinya, dia tidak pernah mendapat pelanggan presdir." balas Shelly dengan senyum mengejek.

Gadis yang bernama Erin itu terlihat sangat kesal pada kedua temannya itu yang membandingkannya dengan Louli.

"Kalian!! Kalian pikir Louli lebih baik dari ku! Dia cuma wanita rendahan yang buang oleh keluarganya dan dipungut oleh Mamih! Hah... hah..." teriak keras Erin.

Suara teriakkan keras Erin terdengar sampai ke lantai satu. Louli yang sedang bernyanyi sambil bermain Gu Qin, berhenti karena mendengar semua teriakkan itu.

Semua mata menatap keatas. Shelly dan Eli menutup mulutnya dengan tangan kanannya dan ekspresi nya tampak terkejut.

"Erin!" panggil pelan Shelly dan Eli.

Erin yang terengah-engah, menjadi terkejut. Dia tersadar, semua orang sedang menatapnya. Begitu pula dengan Mamih. Mamih menatapnya dengan tajam penuh amarah.

Erin jadi ketakutan, dia mundur beberapa langkah.

"Tangkap dia!" perintah Mamih sambil menunjuk ke arah Erin.

Beberapa bodyguard yang berjaga, segera berlari ke lantai dua untuk menangkap Erin. Dibawah Louli terdiam sambil menundukkan kepalanya.

Tangannya gemetar menahan amarah. Mamih mengalihkan pandangannya pada Louli, lalu menghampirinya.

"Louli, sayang. Jangan diambil hati omongan Erin itu. Kau tidak perlu khawatir, biar Mamih yang mengatasinya." Mamih berkata sambil mengusap punggung Louli.

Louli masih terdiam. Dia enggan menanggapinya. Louli masih kesal pada Erin, karena ucapannya baru saja.

Di lantai dua, Erin langsung ditangkap oleh bodyguard Mamih.

"Lepaskan aku! Aku mohon, lepaskan!" Erin terus merontah minta di lepaskan.

"DIAM!" bentak salah satu bodyguard.

Erin jadi ketakutan. Dia menatap kedua temannya untuk meminta bantuan.

"Ely, Shelly, tolong aku." Erin memohon.

Namun tak ada yang perduli. Keduanya memilih untuk diam. Mereka takut jika menolong Erin, mereka ada dalam masalah.

Erin diseret turun dengan paksa, sampai di bawah, Mamih segera menghampiri kedua pengawal yang membawa Erin.

"Bawa dia ke ruangan!" Mamih menunjuk kesamping kanan.

Erin semakin ketakutan, dia terus menangis memohon. Namun tak di perduli kan oleh Mamih.

"Mamih... Maafkan aku. Aku janji, tidak akan melakukannya lagi!" teriakan keras Erin.

Mamih tak memperdulikannya. Dia kembali ke aula utama, lalu menghampiri louli.

"Maaf Tuan, atas kesalahan tadi. Silakan anda kembali menikmati pertunjukkan selanjutnya." ucap Mamih.

Plok plok plok!

Mamih mengundang penari berikut nya dengan tepukkan tangan. Louli berdiri dan masih menundukkan kepalanya.

Saat beberapa penari datang dan musik pun mulai dimainkan, Louli mengangkat kepalanya.

Meski kesal dan marah, tapi Louli kembali bersikap biasa. Dia kembali tersenyum dan ikut menari bersama penari lainnya.