webnovel

Malam Permainan

Tanda merasa jijik, Louli langsung menelannya dan ada sedikit cairan yang keluar dari sudut bibirnya. Louli mengusap ujung bibirnya dengan jempol tangannya.

"Hah hah hah... Louli, kau benar-benar bidadari." pria gendut itu mengangkat dagu Louli lalu kembali mencumbunya dengan ganas.

Perlahan tangan pria gendut membuka baju Louli, pria gendut itu melepaskan baju Louli.

"Emm... Tuan..." suara desah Louli terdengar merdu.

Pria gendut itu semakin liar mencumbu Louli. Sentuhan bibirnya perlahan turun ke leher dan sampai di dua dada kembar yang masih kebungkus itu.

Tangan pria gendut itu mendekati dada kembar Louli, lalu meremasnya dengan perlahan membuat empunya mendesah nikmat.

"Emm... Ah... Tuan... Ah..."

"Louli, teruslah mendesah. Suaramu semakin membuatku bergairah lagi," bisiknya di telinga Louli.

Louli memejamkan matanya merasakan nikmati dan juga rasa sakit yang bersamaan saat kedua dadanya di remas begitu kuat.

"Ah... Emm..."

Louli meraih kepala pria gendut itu dan keduanya kembali saling memadu bibir mereka. Kedua lidah saling bermain dengan ganasnya. Seolah tak ada yang mau mengalah.

"Emm... Emm..."

Suara merdu Louli memenuhi ruangan itu. Keduanya melepaskan c1uman mereka. Louli menarik pria gendut itu ke tempat tidur, dan mendorongnya hingga terjatuh di atas tempat tidur.

Louli tak melewatkan kesempatan ini, dia langsung duduk diatas pria gendut itu. Dengan senyum menggoda, Louli menggoyang-goyangkan pantatnya diatas junior pria gendut itu..

"Uh... Louli... Uh..."

Pria gendut itu meremas-remas pantat Louli yang masih mengenakan celana dalam.

"Ah... Tuan... Tolong, buat Louli puas malam ini. Louli sangat haus." suara manja Louli dengan wajah yang menggoda.

Tanpa aba-aba, pria gendut itu membalikkan badan Louli. Kini Louli berada dibawah.

"Kau yang memintanya." pria itu tersenyum nakal menatap Louli.

Kembali, pria itu mencumbu Louli dengan ganas meninggalkan jejaknya di leher Louli. Tangannya melepaskan pengait bra yang dipakai Louli dan membuat dua dada kembar yang besar itu bergoyang-goyang meminta untuk disenyuh.

Pria itu menelan ludahnya saat melihat kedua dada kembar Louli.

"Louli..."

"Tuan!"

Louli sudah sampai dibatasnya. Dia kembali mendesah saat lidah pria itu menyapu ujung dadanya yang merah dan mengeras itu.

"Uh... Louli... Dadamu sangat besar. Biarkan aku merasakan kelembutannya."

Pria itu menghidap salah satu dada Louli. Louli mencekram seprei kuat-kuat. Matanya merem melek, kepalanya dia angkat keatas.

"Louli, panggil namaku," ucap pria itu disela hisapannya.

"Tuan Yun! Ah Tuan Yun! Lebih kuat lagi... Ah... Ah... Emm..."

Tangan kanan Louli mencekram kuat rambut Yun si pria gendut itu. Cekraman Louli yang kuat seolah ingin merontokkan rambut Yun, semakin menambah gairah Yun.

Yun berpindah ke sisi satunya, meninggalkan jejak di dada Louli yang satu. Kaki Louli menjadi tegang, saat merasakan tangan Yun memasuki daerah sensitifnya.

Tangan Yun bergerak lincah, menyentuh v4gina Louli yang sudah basah itu. Jarinya memasuki lubang kenikmatan Louli. Louli semakin kuat mencekram rambut Yun.

"Ah..." suara desah Louli saat merasakan jari Yun memasuki dirinya.

"Tuan Yun, Louli mohon jangan permainkan Louli lagi. Louli sudah tidak kuat, Louli ingin merasakan kehebatan Tuan." wajah yang menggoda dan suara yang lembut keluar dari bibir mungil Louli.

"Jadi kau sudah tidak sabar ya. Baiklah, aku akan memulainya sekarang. Bersiaplah, aku akan membuatmu memohon padaku, Louli." Yun melepaskan semua pakaiannya.

Junior Yun sudah berdiri tegak di depan lubang kenikmatan Louli dan siap untuk menerobos masuk.

"Uh! Louli, kenapa kau sempit sekali," ucap Yun saat akan memasukkan juniornya ke dalam lubang Louli.

"Ah Tuan, pelan-pelan. Ah... Uh... Emm..."

"Louli, tubuhmu benar-benar... Uh... Sangat... nikmat... Uh..."

"Aaahhhhh! Hah... hah..." Louli berteriak dengan cukup keras saat Yun memasukan juniornya

Dengan sekali dorongan akhirnya seluruh junior Yun masuk sepenuhnya ke dalam lubang Louli.

"Hah... hah... hah..."

Louli harus menahan rasa sakit yang luar biasa di lubangnya. Dengan nafas yang menggebu-gebu menahan rasa sakitnya.

Belum juga rasa sakitnya hilang, Yun langsung bergerak dengan kasar. Menyodok keluar masuk di dalam.

"Ah... Tuan Yun.. Uh..." suara rintihan Louli.

Gerakkan Yun yang cepat membuat dada kembar Louli melompat-lompat mengikuti gerakan Yun.

Tangan Yun tak berhenti begitu saja, dia kembali meremas kuat dada Louli dan sesekali memelintir ujung dada yang mengeras.

"Ah! Uh! Tuan... Emm... Ah..."

"Louli, panggil namaku!"

"Yun! Uh... Tuan Yun... Ah... Kau benar-benar hebat... Ah... Gerak... kamu... Ah... Sangat kuat... menusuk dalam... Emm! Ah! Ah!" dengan nafas yang terengah-engah Louli berbicara.

"Uh!"

Yun semakin liar menusuk dengan kasar. Hingga membuat dua dada besar Louli berlompatan tak beraturan. Louli merasakan denyutan di dalam lubangnya.

Yun hampir mencapai batasnya, dia pun mempercepat gerakannya. Dan satu tembakan, Yun melepaskan ribuan benihnya di dalam rahim Louli.

"Hah... hah... hah..."

Suasana kamar menjadi hening, hanya terdengar deru nafas keduanya menggebu. Yun terkapar diatas Louli setelah melepaskankan semua hasratnya.

'Uh sial! Laki-laki gendut ini berat sekali!' keluh Louli dalam hati.

Setalah cukup lama, Louli menggeser tubuh Yun dari dirinya. Yun yang tertidur karena kelelahan, tak merasakan apapun. Louli bangun, lalu menarik sperai untuk menutupi dirinya yang polos.

"Sial! Jika bukan karena kau yang mendapat bunga itu, aku juga tidak akan mau menghabiskan malam denganmu. Wajah yang pas-pasan ditambah tubuh yang gendut ini." Louli mencolek perut besar Yun lalu menatapnya dengan pandangan kesal.

"Ah sudahlah! Tugasku sudah selesai, sebaiknya aku membersihkan diri dan cepat pergi dari sini." Louli kembali berkata pada dirinya sendiri.

Louli beranjak bangun untuk membersihkan diri. Tak butuh waktu lama, Louli selesai mandi dan segera berdandan kembali.

Sebelum Louli pergi, dia sempat mengambik dompet pelanggannya itu yang ada di saku celananya. Seperti biasa, Louli akan mengambil bayaran tambahan dari dompet pelanggan saat pelanggannya tertidur.

"Cih! Katanya Presdir, tapi uangnya cuma segini! Presdir apaan!" desak kesal Louli saat mengambil uang yang hanya sedikit itu.

Louli mengambil semua uang itu lalu memasukkan kembali dompetnya ke dalam saku celana. Louli pergi meninggalkan kamar.

'Hmm kira-kira cowok asing itu masih ada di rumah gak ya? Aku sangat penasaran dengannya.' gumam Louli dalam hati.

Dia berjalan keluar, di aula depan begitu ramai. Para penari dan pemain musik sedang menghibur para pelanggan. Louli berjalan begitu saja melewati aula depan itu.

Louli menghampiri seorang wanita cantik dan seksi yang sedang berbicara dengan seorang pria.

"Mamih!" panggil Louli dengan suara lembutnya.

Wanita yang dipanggil Mamih menengok ke samping. Mamih beranjak bangun tapi sebelum pergi, dia sempat berpamitan terlebih dulu.

"Tuan-Tuan, Mamih permisi dulu," ucap Mamih beranjak bangun.

Mamih menghampiri Louli.

"Ada apa, Louli?" tanya Mamih.

"Uang dalam dompetnya hanya segini!" Louli menunjukan uangnya pada Mamih.

"Hah? Cuma segini? Yang benar saja!" Mamih pun terlihat kesal.

"Mau bagaimana lagi, hanya itu yang ada di dompetnya," ucap Louli.

"Yah, sudah. Kau tidak perlu khawatir. Kau bawa saja uang ini. Sisanya biar Mamih yang urus." Mamih tersenyum lembut pada Louli.

"Kalau begitu, Louli pulang dulu." pamit Louli.

Louli meninggalkan Mamih dan berjalan keluar. Tanpa sengaja, saat di parkiran, Louli melihat pria asing yang menarik perhatiannya.