webnovel

Bukit Merak

"Baiklah, Ibu akan bagi kalian menjadi perkelompok. Setiap kelas hanya ada dua puluh anak, karena itu setiap kelompok hanya terdiri dari 5 orang...," Bu Asih.

"Ghandi, Devano, ketua kelas Gibran, dan dua anak lainnya si A dan B di Kelompok satu," lanjut Bu Asih menerangkan pembagian kelompok.

"Kemudian Adina, Icha, Melly, si C dan D ada di kelompok dua," ucap Bu Asih.

"Semua sudah ibu bagi kelompoknya yaa," kata Bu Asih.

"Udah Bu," anak-anak kompak menjawab dengan kompak.

"Ada yang ditanyakan?" tegas Bu Asih.

"Nggak ada Bu," Ghandi menjawab pertanyaan Bu Asih.

"Itu bus punya kelas kita. Ayo kesana." Jari Bu Asih menunjuk salah satu bus yang berjejer dan terparkir rapi di lapangan sekolah.

Bus mewah berukuran besar berwarna biru milik Namarino Transportation. Terdapat tulisan pada depan di kaca sebelah bawah tertulis no satu. Bawahnya persis terdapat kalimat:

" Kegiatan Berkemah Zidduya Dalam Rangka Perayaan Hari Jadi SMA Zidduya ke-87 Tahun "

"Sayang," chat masuk dari Devano.

"Gimana Yang?" aku mengetik di layar ponselku.

"Kita nyari tempat duduk yuk?" chat Devano.

"Ikut aku aja. Duduk disebelahku nanti," ajak Devano di chat.

Bus, 09.28

Devano mengarahkan kami untuk duduk di kursi yang hanya dapat di isi oleh dua orang. Kursi yang dilapisi dengan kain lembut berwarna biru, bergambar bus yang berjalan, terdapat nama Namarino Transportation di sana.

Kursi yang terletak di sebelah kiri, di bagian baris ketiga dari belakang. Tubuhku masuk lalu duduk terlebih dulu. Dia menyusul duduk di sebelahku. Kami berdua bersama.

"Yang, sini," ucap Devano.

"Iyaa Yang," ucapku.

"Wih...kalian pacaran terus," seru Icha yang baru masuk bersama Ghandi.

"Hati-hati Cha, jangan deket-deket mereka," ucap Ghandi.

"Lah emang kita kenapa?" tanya Devano.

"Ntar kita dijadiin obat nyamuk, hehe," kembali Ghandi mengejek kami.

"Kalian sama, persis...Pacaran aja sana," aku ganti yang mengejek mereka.

"Aish..biarin.. Ayo kita ke depan Gan," ajak Icha.

Mereka berdua berjalan ke arah depan. Mencari dan akhirnya menemukan tempat duduk bersama. Mereka juga mengobrol dengan asyik. Sudah sepantasnya mereka berpacaran.

Bukit Merak, 11.36

Tempat ini adalah arena terbuka hijau semacam taman yang dikelola oleh pihak swasta atau perusahaan. Tempat wisata dengan nuansa alam.

Bukit Merak memiliki berbagai fasilitas seperti kolam renang berbagai jenis usia, lapangan outbond bernuansa bukit dan air terjun, hutan hijau yang luas, restoran bernuansa alam, dan aula yang tidak bisa dibilang sempit.

Kami kumpul bersama-sama, berada di fasilitas terakhir yang aku sebutkan, Aula Bukit Merak. Hampir dua jam lebih sedikit kami semua menempuh perjalanan dari Zidduya ke tempat ini.

Hujan turun sangat deras, beberapa di antara kami ada yang terkena percikan air hujan. Meski kami telah menggunakan payung, air masih tetap ada yang jatuh ke kami.

"Anak-anak coba nanti dengarkan dulu. Pihak managemen Bukit Merak akan menjelaskan beberapa point penting, ketika kita kemah di sini." Bu Asih berdiri dan berbicara di panggung aula sembari menjelaskan.

"Tenang dan dengarkan dengan baik. Bertanyalah bila perlu. Silahkan bapak manager."

Bu Asih mempersilahkan manager bukit merak berbicara. Saat ini bu Asih adalah Guru Bahasa Indonesia sekaligus menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan, hal inilah yang menjadikan dia sebagai Ketua Panitia Kemah.

"Oke, perkenalkan saya adalah manager dari Bukit Merak. Nah, adik-adik semua tolong dipahami yaaa.. Ini yang paling penting," kata Manager.

"Pertama, selalu berada di dekat teman sekelompok. Hindari berpergian sendiri. Kedua, jaga kebersihan lingkungan dan terutama buang sampah di tempatnya. Ketiga, pastikan kalian memawa barang berharga di kantong kalian masing-masing. Keempat, hubungi langsung ke kami atau guru kalian, bila terjadi sesuatu," lanjut Manager menjelaskan.

"Area hutan hijau yang luasnya sekitar 100 hektar ini bisa saja sangat berbahaya. Jaringan sinyal sangat minim, maka pastikan jaga keselamatan. Selalu bersama-sama." Manager itu menjelaskan dengan seksama kepada kami semua.

"Kalian sudah siapp..,?" tanya Manager.

"Siapp..," anak-anak menjawab secara kompak.

Resto, 14.43

Pembekalan hari ini yang dilaksanakan di aula oleh managemen Bukit Merak dan Zidduya, lama dan sangat melelahkan. Kami baru akan makan siang bersmaa-sama dengan anak-anak di Bukit Merak Resto. Menu ayam panggang yang nikmat dan perut kami yang lapar adalah kombinasi yang tepat.

"Enak nggak Yang?" aku mencoba bertanya kepada Devano karena rasanya aku kurang begitu teratirik.

"Enak kok. Ayo dimakan," jawab Devano.

"Aku kok agak males makan ya Yang. Padahal tadi belum makan," jawabku kepada Devano.

"Nanti sakit Yang, dipaksain makan. Kamu kan lagi ham..." Devano hampir keceplosan untuk mengatakan yang seharusnya tidak boleh dikatakan di tempat ramai.

"Huss...jangan dilanjutin Yang."

Aku memotong kata-katanya, dengan tanganku menutup mulutnya. Wajah tampannya seketika nampak terkaget. Kadang aku masih tak menyangka bisa memilikinya.

"Oh iya, maaf Yang. Lupa, ini di luar," ucap Devano.

"Nggak apa-apa. Aku makan dulu." Aku mbari mengambil sesendok nasi dan ayam panggang di piringku.

"Huekk...huekk..."

Aku mual lalu rasanya ingim muntah.

Kantor, 15.55

Aku baru siuman setelah kejadian tadi berlangsung. Makan siangku gagal, karena tubuhku muntah-muntah dan berlanjut tubuhku pingsan. Aku harusnya ke lapangan mendirikan tenda, namun malah berakhir di tempat ini.

Ruangan ini memiliki ukuran sekitar lima kali enam meter. Kantor Managamen Bukit Merak, di dalamnya terdapat ruangan istirahat semacam kamar tidur, kamar mandi, dan tempat beribadah yang saling berdekatan. Paling utama ada ruang manager dan staff. Aku dan Devano berada di ruangan pertama.

"Gimana Yang?" Devano di sebelahku dengan waajah yang nampak sangat khwatir.

"Apa kamu sakit?" ucapnya. Devano kembali bertanya dengan ekspresi yang masih sama, khawatir. Baru kali ini, aku melihat cowok setampan itu begitu menghawatirkan diriku. Rasanya memiliki seseorang yang mencintai kita adalah anugerah. Apalagi dia sangat sepesial.

"Nggak apa-apa kok Yang," ucapku dengan nada pelan.

"Aku udah enakan kok. Tinggal pusing dikit," lanjut aku berbicara kepdanya.

"Ini dimana Yang? tanyaku yang tidak tahu tempat ini.

Sebuah tempat yang mirip seperti UKS tapi sangat berbeda. Aku belum pernah kemari.

"Ini di kantornya mereka," ucap Devano

"Kamu ingat, barusan kamu pingsan?" tanya Devano.

"Nggak Yang, seingatku cuma aku makan bareng kamu tiba-tiba mual, muntah terus rasanya kepalaku berat."

Aku mencoba mengingat kembali kejadian tadi namun tidak bisa sepenuhnya aku menginat apa yang terjadi. Hanya itu yang dapat aku ingat.

"Habis itu kamu pingsan. Kita semua panik, terus managemen suruh bawa kamu ke sini," Devano melanjutkan dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Terus anak-anak dimana sekarang?" aku bertanya lagi.

"Mereka lagi bikin tenda di lapangan," Devano memberitahu.

"Kamu istirahat dulu," suruh Devano yang dari tadi menungguku di sini.

"Aku udah mendingan kok. Pengen ikut kesana," pintaku kepadanya.

"Kamu baru siuman, lagian kamu kan hamil Yang," Devano menghawatirkan keadaanku.

"Jangan keras-keras, nanti kedengeran orang," jawabku.

"Oh iyaa, iyaa..," Devano memelankan suaranya.

"Ayo kesana aja, nanti istirahat disana. Jangan pulang, aku bosen di rumah," aku berbicara padanya sembari memohon untuk mengikuti kembali kegiatan kemah.

"Ya udah lah, oke boleh. Tapi kalau nanti pingsan lagi atau kenapa-kenapa berati pulang ya," Devano memperbolehkan dengan persyaratan aku harus pulang bila terjadi sesuatu yang sama lagi.

"Oke, siap bos, hehe," jawabku sembari mengejeknya.

Lapangan, 18.32

"Dengerkan sebentar untuk anak-anak kelas 11 IPA 1. Tenang dan dengarkan bersama," ucap Bu Asih menjelaskan kegiatan di sini.

"Ini adalah lapangan Bukit Merak, tempat kita melakukan kegiatan perkemahan. Kalian akan melakukan hal yang belum pernah kalian lakukan seperti memasak menggunakan tungku, mencari kayu bakar, tidur bersama kelompok di tenda dan kegiatan lain. Khusus kegiatan mandi bisa kalian lakukan di sebelah sana, kamar mandi umum," penjelasan Bu Asih.

***