webnovel

Apa Kamu Tidak Menginginkanku Lagi?

Editor: Wave Literature

Xing Jiu'an tampaknya telah kembali ke hari-harinya yang ceria dan nakal. Meskipun dia sudah lama tidak mengendarai mobil, tapi dia masih mahir mengemudikannya. Ketika dia mulai menyalakan mesin mobil, sepertinya memori yang jauh terkubur dalam dirinya kembali bangkit. Di jalanan pegunungan yang curam dan berkelok-kelok, dia mengemudikan mobil sendirian. Tikungan demi tikungan semakin cepat dilaluinya.

Xing Jiu'an jelas gugup, namun dia justru sangat tenang dan menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Barulah pada saat ini, dia sadar bahwa dirinya lahir kembali. Dia kembali ke musim panas di mana dia berusia 19 tahun. Saat ini, masih tidak terjadi apa-apa. Dia masih bisa bersantai dan melakukan apa saja yang dia inginkan.

Bai Jing sedang menunggu Xing Jiu'an kembali. Namun, dia tidak menyangka justru ada dua orang yang datang. Dia pun bertanya, "Kenapa kalian datang?"

Orang yang datang adalah Mu Qing dan Lu Mingxi. Mereka tidak menyapa ataupun menjawab pertanyaan Bai Jing, melainkan menatap sebuah mobil merah yang melaju dengan kecepatan tinggi di kejauhan. Bai Jing juga sepertinya sadar bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang bodoh. Dia tidak perlu memikirkan alasan mengapa kedua orang ini datang ke sini. Pastilah mereka datang demi gadis kecil itu. Mu Qing menganggap kehadiran Xing Jiu'an sangat penting di hidupnya dan Bai Jing sudah sudah lama mengetahuinya.

Xing Jiu'an tidak bermain terlalu lama karena dia merasa agak lelah. Dia bermain hanya sekitar satu jam. Awalnya, dia menduga Bai Jing sudah meninggalkannya. Namun dia tidak mengira saat dia kembali ke tempat asal, yang awalnya hanya ada satu orang, sekarang ada tiga orang. Mu Qing berjalan mendekatinya dan menyerahkan sebotol air mineral kepadanya. Dia merasa tersanjung dengan sikapnya dan mengambil botol itu. Lalu, dia ingat bahwa kakak seperguruannya ini memperlakukannya dengan sangat baik dulunya.

Xing Jiu'an menyesap air dari botol mineral itu, sedangkan Mu Qing memakaikan jaket kepadanya. Meskipun sekarang musim panas dan Xing Jiu'an mengenakan jaket, tapi tetap saja tidak boleh gegabah. Suhu udara di tempat ini begitu rendah dan baru saja Xing Jiu'an terkena angin cukup lama. Xing Jiu'an akan merasa lebih baik jika kembali dan mandi dengan air hangat.

Dalam perjalanan pulang, Lu Mingxi mengemudikan mobil, sedangkan Xing Jiu'an dan Mu Qing duduk di kursi belakang. Bai Jing kembali sendirian. Xing Jiu'an tidak membutuhkan bantuannya lagi, sehingga dia tidak mau mengganggu pria itu lagi. Dia yang sudah dianggap sebagai adik laki-laki Bai Jing merasa dirinya menarik.

***

"Jiu'an, apa kamu marah karena hari ini aku tidak membawakanmu hadiah? Aku … "

"Bukan begitu." Xing Jiu'an memotong kata-kata Mu Qing.

Mu Qing menjadi bingung bercampur sedih. Dia lalu bertanya, "Kalau begitu, kenapa kamu bersikap begitu dingin padaku?"

"Aku hanya ingin menjadi lebih penurut. Aku tidak ingin kamu merasakan sikapku yang dulu," jawab Xing Jiu'an dengan jari-jari yang gemetar. Bisa dikatakan bahwa dirinya tumbuh besar dalam pengawasan Mu Qing. Mana mungkin dia mengabaikan pria ini. Mu Qing adalah keluarganya.

"Aku tidak memperlakukanmu dengan dingin," sahut Xing Jiu'an.

"Jiu'an…" Mu Qing sepertinya hendak mengatakan sesuatu, tapi dia tidak tahu bagaimana harus mengatakannya.

"Kakak seperguruan, kamu memperlakukanku dengan sangat baik. Kalau aku… membangkang, apa mungkin kamu tidak menginginkanku lagi suatu saat nanti?" tanya Xing Jiu'an. Dia ingat di kehidupan terakhirnya dia berpisah dengan Mu Qing dan itu membuatnya sangat tidak nyaman.

Lu Mingxi yang duduk di depan tetap fokus mengendarai mobil. Sepertinya, dia tidak mendengar percakapan Mu Qing dan Xing Jiu'an yang duduk di belakangnya. Dia tetap menatap lurus ke depan. Mobil itu melewati pemandangan demi pemandangan. Mu Qing menghela napas panjang, dia begitu tertekan, seolah tak berdaya.

"Kenapa kamu berpikir begitu? Siapa yang mengatakannya padamu dan apa yang dikatakannya?" tanya Mu Qing. Kemudian dia bicara lagi, seolah mengucapkan janji, "Jiu'an, tidak akan ada lagi orang yang melarangku memperlakukanmu dengan baik."

"Aku melihatmu tumbuh dewasa. Kamu harus tahu, mana mungkin aku tidak menginginkanmu."