webnovel

Ancaman dan Peringatan!

"Tuan Azel, apakah kamu ada di sekitar sini?" ucap Mina, menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

Saat ini Mina ada di sebuah halaman kosong dengan beberapa mobil yang terparkir. Salah satunya adalah milik Mina. 

Tapi saat ini Mina tidak akan bisa masuk ke sana jika kuncinya tidak di buka oleh asisten pribadinya.

Mina menghela napasnya kasar saat ia tidak mendapati kehadiran Tuan Azel di sekitar mobilnya.

Wajar sih jika lelaki itu tidak berada di tempat. Karena saat ini Mina pergi dari acara tanpa mengatakan kepada siapa pun dan pergi sebelum acaranya selesai.

"Anda sudah selesai, Nona?!" ucap seorang lelaki, dari atas pohon mangga yang ada di dekat posisi Mina.

Mina langsung mendongakkan kepalanya dan menatap lelaki berwajah tampan, berusia 24 tahun dengan jas hitam yang merangkap kemeja biru mudanya itu, tengah menguap lebar dengan merenggangkan tubuhnya.

Melihat itu, Mina hanya bisa menghela napasnya kasar saat mendapati kelakuan aneh yang selalu diperlihatkan oleh ajudannya itu.

"Lagi-lagi Anda tidur di atas pohon ya, Tuan Azel. Kenapa tidak tidur di dalam mobil saja? Padaha Anda boleh menyalakannya untuk membuat ACnya bekerja," ucap Mina, menyaksikan lelaki itu melompat turun dari atas pohon.

Tuan Azel hanya tersenyum masam dengan merapikan sedikit pakaiannya yang sedikit kusut karena posisi tidurnya yang sedikit abstrak, tadi.

"Saya hanya mencoba untuk irit bahan bakar, Nona. Tahukah Anda jika benci sudah naik harga  menjadi 12.000 per liternya? Kan sayang uangnya, Nona!" celetuk Tuan Azel, membuat Mina menepuk-nepuk keningnya ampun.

"Hanya naik 2000, Tuan. Itu tidak akan membuat bangkrut dompet saya," celetuk Mina, sedikit lelah.

Tuan Azel pun membukakan pintu mobilnya dan membiarkan Nonanya masuk ke dalam sana untuk beristirahat sembari mereka mengobrol.

"Tetap saja sayang uangnya, Nona. 2000 itu berarti. Jika Anda membeli bensin sebanyak 45 liter untuk memenuhi tangki mobil, berarti Anda sudah rugi 90.000, Nona! Nah, dari apa di buat beli bensin, lebih baik makan cake di kafe dengan saya kan, Nona?" celetuk Tuan Azel, menaik-turunkan kedua alisnya.

Melihat itu, Mina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan memandang Tuan Azel dalam diam beberapa saat. 

Saat itulah Tuan Azel menyadari sebuah fakta yang belum diketahui karena 3 hari ini ia dinas di luar kota untuk mengurus beberapa hal dan sekarang ia baru melihat Nonanya saat diminta Tuan Besar untuk menjemputnya di acara wisuda.

"Tunggu, ada apa dengan sudut bibir Anda? Maaf, Nona. Saya baru menyadarinya karena dari tadi Anda berbicara dan saya tidak bisa melihatnya dengan jelas. Jadi, siapa yang melukai Tuan saya sampai terlihat parah? Siapa yang membuat bibir Anda sobek, Nona? Katakan kepada saya, agar saya bisa memberinya seseorang itu pelajaran!" celetuk Tuan Azel, geram.

Mina hanya menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya menghembuskan napasnya panjang. 

"Saya baik-baik saja, Tuan. Em ... apakah saya memiliki jadwal sore ini? Saya mendengar dari Amanda jika saya harus menghadiri sebuah pertemuan. Apakah itu benar? Sepertinya saya belum diberi tahu," ucap Mina, bertanya-tanya.

Tuan Azel langsung membuka sebuah tablet yang ada di atas dasbor mobilnya dan membaca beberapa email masuk dan beberapa pesan.

"Anda memiliki acara makan malam bersama dengan keluarga Tuan Zhair, ini yang diberikan oleh Nona Arie. Anda juga diminta untuk berdandan dengan sopan dan–"

Kalimat Tuan Azel terhenti saat melihat wajah Mina yang langsung berpaling dengan menatap ke arah luar jendela mobil menggunakan tatapan dingin dan enggan untuk menanggapinya.

"Apakah mau saya batalkan saja, Nona? Sepertinya Anda terlihat sangat lelah hari ini," ucap Tuan Azel, tidak di sahuti oleh Mina.

Beberapa saat Tuan Azel hanya memandang wajah Mina dan menunggu kepastian dari gadis itu. 

Namun tiba-tiba saja gadis itu keluar dari dalam mobil dan bersandar di pintunya dengan mengeluarkan sebuah batang rokok yang membuat Tuan Azel keluar dari kursinya dengan tergesa.

"Nona, apa yang Anda lakukan? Itu– permen?" celetuk Tuan Azel, dengan tatapan bingung dan bertanya-tanya. 

'Kenapa pula harus berbentuk rokok? Kan bisa membuat orang-orang salah paham,' batin Tuan Azel, menghela napasnya kasar.

"Iya permen. Saya suka permen ini. Lihat, saya membuang bungkus agar tidak di salah artikan oleh orang-orang," ucap Mina, memandang wajah Tuan Azel yang senantiasa menghela napas panjang.

"Dan mengenai acara makan malam dengan Keluarga Zhair ... aku akan datang. Setelah pulang dari acara ini kita bisa pergi ke salon untuk bersiap-siap. Sekarang aku akan pergi berpamitan dengan guru-guru terlebih dahulu," ucap Mina, segera menghabiskan permennya dan berjalan pergi meninggalkan Tuan Azel.

"Baik, Nona. Saya akan menunggu Anda di mobil."

"Ya."

***

Klak ... 

Tuan Azel membukakan pintu untuk Mina dan mengulas sebuah senyuman lembut sambil mengulurkan tangannya.

Mina pun meraihnya dan segera turun dari dalam mobil dengan dibimbing oleh ajudan setianya itu.

Mereka berdua berjalan dengan saling mengekor. Mina berjalan 3 langkah lebih maju dari langkah Tuan Azel yang setia mengikutinya dan menjaga keamanannya dalam diam.

Mereka berdua berjalan mengikuti seorang pelayan wanita yang membimbing jalan agar mereka berdua sampai di sebuah private room yang sudah di pesan oleh keluarga Zhair untuk acara pertemuan keluarga mereka.

Mina berjalan dengan langkah tegas. Ia terus menatap depan tanpa menundukkan kepalanya seperti orang yang siap menghadapi masalah besar di ujung sana.

"Wah, kamu sangat cantik ya? Apakah karena hari ini pertemuan kedua keluarga kita? Karena itu kamu berdandan maksimal?" seru Zhair, yang sengaja menghampiri dirinya setelah menunggu di depan lorong hingga beberapa saat.

Mina menatap kehadirannya dengan tatapan dingin. Sementara Tuan Azel sudah mengepalkan kedua tangannya erat dan siap melancarkan serangan saat Nonanya memberikan aba-aba atau ia mendapati situasi bahaya.

Zhair yang sudah berada di dekat tubuh Mina, akhirnya memutari tubuh wanita itu dengan menatap dari ujung kaki sampai ke ujung kepala dengan senyuman simpul.

"Cantik! Cantik sekali. Kamu pasti tahu apa yang akan terjadi di sini, kan? Kedua keluarga kita bertemu dan ini masuk ke dalam acara yang cukup serius jika kita ingin melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang leb–"

"Kamu tidak lupa dengan perkataanku kan, Tuan Zhair?" sergah Mina, memotong perkataannya dengan sengaja.

Tatapan dingin nan menusuk itu sudah di perlihatkan oleh gadis itu sedari tadi. Ia bahkan tidak menunjukan tanda-tanda emosi saat mantan kekasihnya itu bertindak tidak sopan dengan menatap setiap inci tubuhnya dengan tatapan lekat.

Zhair balas menatap tajam dan dalam. "Memangnya apa yang bisa gadis bodoh ini lakukan untuk menentang keputusan keluargaku?" 

Mina menyunggingkan senyuman miring. "Ingatlah. Aku baru saja mengatakan ini beberapa hari yang lalu. Tapi sepertinya kamu sudah lupa! Jadi aku akan mengatakannya dengan jelas, sekali lagi!"

Mina memberikan jeda, seraya ia mendekatkan wajahnya ke arah wajah Zhair.

"Aku benar-benar akan melompat dari gedung perusahaanmu, kalau sampai aku mendapati pernikahan di antara kita berdua. Camkan itu!" ancam Mina, sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Zhair yang kembali terpaku dengan sikapnya.

"Cih ... lakukan saja jika kamu berani!"