webnovel

BAB 4

Shadow, si pria bertopeng itu kembali berjalan memasuki ruangannya setelah mengancam Greta menggunakan nama Vinson. Ia selalu menggunakan kelemahan lawannya, dan ia tahu jika titik lemah seorang Gre adalah Vinson.

"Gue terima misi ini," lirih Gre tanpa melirik sedikitpun ke arah Vinson. Ia langsung melangkahkan kakinya keluar tanpa berpamitan. Gre memendam amarah, namun ia tidak bisa meluapkannya jika itu didepan Shadow. Sebab, pria itu yang telah menolongnya beberapa tahun silam. Gre masih bergantung hidup dengannya.

Greta mendadak mengingat semuanya. Kurang lebih lima tahun silam, disaar dirinya tidak sadarkan diri di jalanan sepi ini. Dan ia sadar di dalam ruangan yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya. Ruangan itu adalah rumah rahasia milik Shadow. Yang tadi Gre kunjungi untuk meminta bonus.

Pria bertopeng itu menolong Gre. Merawatnya sampai luka-luka di tubuh Gre yang disebabkan karena penganiayaan sembuh. Sampai pada akhirnya Shadow memasukkan Gre ke asrama pria di Amerika. Kesehariannya adalah belajar bela diri, menembak dan memainkan senjata tajam lainnya. Keajaiban terjadi, gadis belia itu menjadi lulusan terbaik dan kebanggan asrama rahasia tersebut. Hingga kini dirinya sampai pada puncak sukses. Menjadi gadis bayaran yang tangguh untuk membongkar kejahatan gelap para petinggi negara.

Brakkk!!

Suara Gre membanting setir dengan tangannya ketika ia sudah berada didalam mobil. Ia kesal setiap berselisih paham dengan Shadow.

"Kalau gue udah sukses jadi apa yang gue mau, gue nggak akan mau lagi jadi kaki tangan lo, Shadow!" ujar Gre spontan karena sangking kesalnya.

Wusshhh!!!

Mobil Gre melaju dengan kecepatan tinggi. Diiringi dengan emosi yang tertahan.

***

"Siapin Segala keperluan gue!" ujar Gre kepada Vinson ketika gadis itu baru saja sampai di apartemennya. Ia berjalan dengan tampak terburu-buru. Vinson mengernyitkan dahinya. Heran dengan sahabatnya ini yang wajahnya tampak muram.

"Ada apa? Kok keliatannya muka lo bete banget." Vinson bertanya.

Gre langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Sejenak matanya terpejam. Mencoba untuk mengatur ritme emosinya yang tadi sempat tidak stabil karena tingkah Shadow.

"I am pretty well. Don't worry!" jawab Gre pelan. Gre selalu begitu. Ia suka memendam masalah bahkan perasaannya sendiri dari siapapun. Baginya, dirinya mampu untuk menyelesaikan segalanya seorang diri. Tanpa bantuan siapapun. Tanpa belas kasihan. Toh, dirinya sudah terbiasa menghadapi apapun dengan sendiri. Begitu pikirnya.

"Tadi ada notif uang masuk dihandphone ini. Dari Shadow ya?" tanya Vinson basa-basi.

Gre menjawab dengan berdehem. "Hem."

"Dia bisa transfer bonus lo, tapi kenapa harus ngajak ketemu?" tanya Vinson mengernyitkan dahinya.

"Dia maksa gue untuk nerima misi target si pejabat muda itu."

Kedua mata Vinson membulat karena terkejut. "Si Arjun?"

Gre mengangguk.

"Hem. Jadi, lo terima?" Vinson bertanya lagi. Ia ingin memastikan.

"Yes. I accepted it." Greta menjawab dengan yakin. Ia bangkit dari tidurnya. Berjalan ke arah lemari untuk berkemas.

"What? Lo yang bener, Gre? Dia bukan orang sembarang. He is a smart guy! Bisa-bisa lo ketauan kalo mau manfaatin dia!" ujar Vinson dengn heboh.

"Ssttt!!" Gre berdesis. Menempelkan jari telunjuknya ke bibir. Menyuruh Vinson untuk diam.

Vinson lemas seketika. "Why, Gre? Kenapa lo terima? Lo udah tahu kan sebelumnya, ini ngga beres." Wajah Vinson tampak panik. Ia mendekati Gre. Meminta penjelasan Gre mengapa gadis itu menerima tawaran Shadow.

Gre terdiam sejenak. Ia tidak mau mengatakan yang sebenarnya, bahwa dia menerima misi ini karena ancaman Shadow. Jika Gre menolak, maka nyawa Vinson dalam bahaya.

"Ini semua demi lo. Demi keselamatan lo, Vin." Gre menjawab di dalam hatinya. Tanpa bisa didengar oleh Vinson.

"Udah deh, mending lo bantuin gue packing. Gue harus nyusul dia ke Bali," kata Gre sambil mengeluarkan beberapa bajunya dari lemari. Ia sengaja mengalihkan pertanyaan Vinson.

Vinson terkejut. "Kenapa ke Bali?" Ia mencemaskan Gre.

"Shadow barusan chat gue, dia bilang gue harus ke Bali untuk deketin Arjun."

"Dia lagi perjalanan bisnis ke sana?" tanya Vinson. Pria itu sangat mencemaskan Gre. Dia harus mengetahui lebih detail tentang setiap misi yang akan Gre lakukan. Bukan karena Vinson manajer Gre. Tapi, karena ia sudah seperti keluarga Gre yang harus memastikan keselamatan gadis belia itu.

"Iya. Satu minggu di Bali. Dan gue harus bisa menaklukkannya." Gre mencoba untuk optimis.

"Okay. Gue ikut!" ujar Vinson dengan penuh percaya diri.

Greta langsung menoleh ke arah sahabat prianya itu. "Bukannya besok lo harus pergi untuk handle bisnis haram si Shadow?"

Vinson mengangguk. "Hm. Tapi, bisa gue cancel. Nanti gue akan kasih tau ke Shadow kalo gue mau nemenin lo di Bali."

"Nggak bisa, Vin! Lo kan tahu gimana Shadow. Jangan buat masalah sama dia." Gre memperingati Vinson. Pria itu langsung terdiam.

"Hm. Ya udah deh. Tapi, lo harus update terus ke gue gimana perkembangannya," pinta Vinson tetap masih mencemaskan Gre.

Gadis itu mengangguk tanpa menatap ke arah lawan bicaranya. Ia masih fokus berkemas barang-barangnya.

Gremengambil sebuah kotak hitam persegi panjang dari balik lemarinya. Dibalik lemarinya ada sedikit ruang untuk menyimpan kotak persegi itu.

Vinson terkejut. "Lo ngapain buka itu?" Ia bertanya ketika melihat Gre membuka kontak persegi tersebut. Sebab, Vinson tahu jika Gre tidak akan menyentuh isi dari kotak persegi itu jika keadaan tidak mendesak.

"Gue mau bawa ini untuk jaga diri," jawab Gre santai sambil memeriksa pistol miliknya satu per satu.

"Tapi lo tetap harus hati-hati. Kalau ada yang tahu, ini bisa dipidanakan, Gre." Vinson memperingati Greta. Ia selalu khawatir dengan apapun tentang sahabatnya itu.

***

Great Hotel, Bali.

Gre berjalan dengan anggun memasuki kamar hotel yang sudah ia pesan. Mengenakan pakaian formal, penampilannya seperti a business woman. Dibalik kacamata hitamnya, ia terus memandang Arjun. Calon target yang akan ia taklukkan.

Pria itu sedang dikawal oleh beberapa pria untuk menuju hotel. Gre gadis cerdas. Ia dapat mengecek dimana kamar hotel Arjun. Dengan begitu, ia bisa check-in kamar yang dekat dengan Arjun. Kamar mereka bersebelahan.

Gre berjalan berlawanan arah dengan Arjun.

BRUKK!

Greta dengan sengaja menabrak tubuh Arjun ketika mereka berpapasan. Hal tersebut membuat beberapa pria yang mengawalnya segera tanggap ingin menangkap Gre.

"M-maaf, Pak." Gre memelas.

Arjun terkejut. Ia terdiam sejenak. Dan kemudian berkata, "Enggak apa-apa."

Beberapa pria berseragam hitam langsung mengerubungi Gre.

"Sudah. Saya nggak apa-apa. Jangan mengelilinginya!" Arjun dengan bijaksana melarang beberapa pengawalnya untuk tidak menangkap Gre.