webnovel

MORNING VS NIGHT PERSON

Andres bangun dengan kepala pusing. Semalaman dia menatap layar yang menampilkan tangkapan gambar dari kamar gadis itu, memandangi punggungnya yang tidur menyamping. Ketika matanya terbuka pagi ini, dia memaksakan otot matanya yang masih lemah menatap layar besar itu lagi. Gadis itu belum bangun. Dia terlihat pulas dengan posisi tidurnya yang berubah telentang. Andres mengusap wajahnya kemudian meraih segelas air putih di atas nakas. Jam menunjukkan pukul delapan pagi. Dia bangun kesiangan.

Andres tipe morning person. Selama di Indonesia dia terbiasa bangun pukul lima pagi. Harinya akan dimulai dengan segelas air putih lalu merapikan tempat tidur. Dia akan berjalan ke arah dinding kaca, membuka tirainya, dan membukanya lebar-lebar. Dia akan berdiri di sana selama beberapa menit menikmati pemandangan sambil menghirup udara pagi. Pagi ini dia hanya berdiri selama beberapa detik. Sinar matahari menyilaukan pandangannya. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan wajah di wastafel.

Andres menoleh ke layar lagi untuk mengetahui keadaan gadis itu. Posisinya tidak berubah. Andres berganti pakaian dengan T-shirt lengan pendek dan celana pendek selutut. Memar kebiruan di tulang kering sebelah kirinya nampak jelas. Pantas saja dia merasa sedikit nyeri. Dia memakai sandalnya dan bersiap meninggalkan kamar setelah menoleh ke layar itu lagi. Dia men-skip olahraga dan menonton berita pagi ini. Seandainya dia bangun kesiangan di hari minggu di saat sedang sendirian, dia akan tetap berolahraga dan melakukan semua rutinitas paginya. Andres sudah sampai di dapur. Dia memakai apron dan mulai memasak.

Gadis itu masih tertidur ketika Andres mengantarkan sarapannya. Dia menaruh nampan berisi sepiring Tostada con aceite y jamón ibérico yang kalau dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan menjadi roti panggang dengan minyak zaitun dan irisan jamón ibérico yaitu ham dari babi hitam Iberia dan segelas susu di atas nakas. Awalnya Andres ragu berbagi menu sarapannya. Ada kekhawatiran lidah gadis itu tidak akan cocok. Setelah mengingat bahwa Dika langsung menyukainya ketika pertama kali memakannya, Andres beranggapan tidak akan ada masalah dengan gadis itu.

Andres mendekati tempat tidurnya dan menaruh tangannya di kening gadis itu. Ini hampir jam sembilan dan posisi tidurnya masih sama seperti yang dia lihat ketika bangun sejam yang lalu. Andres merasa khawatir.

"Emm.. Maa, Zizi masih ngantuuuk," gadis itu mengerang sambil mengubah posisi tidurnya. Satu alis Andres terangkat lalu dia tersenyum.

Setelah sarapan dan membersihkan dapur, Andres kembali ke kamarnya. Lagi-lagi matanya melirik pada layar. Gadis itu tidak ada di atas tempat tidur. Dia sedang berdiri di depan dinding kaca yang tirainya sedikit terbuka dengan membelakangi kamera. Sesuatu bergejolak di dalam tubuh Andres. Siluet tubuh perempuan nyaris tanpa busana itu membuat barang miliknya terjaga. Ini aneh sekali. Andres sudah biasa melihat perempuan memakai bikini di pantai dan mereka dengan pakaian seksi di pesta. Bahkan perempuan telanjang di depan matanya tidak bisa membuat barangnya terjaga. Tapi gadis itu berbeda. Entah bagaimana meskipun tanpa berusaha merayunya pun gadis itu selalu berhasil membuatnya terangsang. Andres mencari remote LED TV dan segera mematikannya.

Butuh waktu hampir setengah jam bagi Andres untuk menekan nafsunya dan mencari cara bagaimana dia bisa mengontrolnya ketika melihat gadis itu lagi. Tangan gadis itu masih terikat. Dia tidak akan bisa mencari baju di lemari dan memakainya sendiri. Andres mengerang frustasi. Dia menyesali idenya semalam agar gadis itu tidak melarikan diri. Dia mengumpat lagi dan lagi. Kali ini karena dia menyadari satu fakta bahwa gadis itu mudah sekali membangkitkan binatang buas dalam dirinya.

Andres menarik napas untuk ketiga kalinya sebelum akhirnya tangannya meraih gagang pintu lalu membuka pintu kamar gadis itu. Dia menemukannya merapat ke dinding kaca dan berjalan mundur dengan wajah ketakutan ketika melihatnya. Andres bisa memahami itu. Dia segera membuka kain selimut tipis yang dia bawa dan segera membungkus tubuh gadis itu. Dia lalu membimbingnya, lebih tepatnya mendorongnya, menuju sofa dan mengisyaratkan padanya agar duduk. Andres meninggalkannya sejenak menuju nakas untuk mengambil nampan sarapan lalu bergabung dengannya.

Andres menyodorkan garpu dengan potongan roti dan jamon ke mulut gadis itu. Gadis itu memundurkan kepalanya. Andres menunggu, tangannya tidak bergerak, hingga gadis itu mengatakan, "aku tidak lapar."

"¡Joder!" Andres mengumpat marah dalam bahasa Spanyol lalu melempar garpunya. Gadis itu sama sekali tidak menghargai semua usahanya. Tangannya kemudian menarik kepala gadis itu hingga kening mereka menyatu.

"Kamu makan atau aku memakanmu?!" Ancamnya.

"A-aku makan," jawab gadis sambil gemetaran.

Andres melepaskan tangannya. Dia bisa mendengar gadis itu menghembuskan napas lega.

Andres meraih segelas susu lalu menyodorkannya, "minum dulu."

Gadis itu menggeleng lalu menjelaskan, "aku tidak suka minum susu."

"Akan aku ambilkan air," katanya sambil berdiri.

Andres sudah berada di depan pintu ketika mengingat sesuatu.

Dia berbalik dan menatap gadis itu sambil berkata dengan suara mengancam, "jangan coba-coba bergerak!"

***

Zizi menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Detak jantungnya perlahan memelan. Napasnya berangsur teratur. Dia memejamkan mata sambil berharap pria itu tidak kembali. Pria itu selalu membuatnya terkejut dan ketakutan. Ingatannya kembali pada kejadian satu jam yang lalu. Dia masih mengantuk dan enggan membuka mata ketika merasakan tangan seseorang mengelus keningnya. Zizi mengira dia ibunya yang mencoba membangunkannya. Zizi ingat ini hari minggu. Dia hanya akan bangun ketika dia sudah puas tidur.

Zizi tipe night person. Dia terbiasa bangun jam sepuluh ke atas di hari libur. Dia bersusah payah bangun jam tujuh pagi di hari kerja. Ketika Zizi mengubah posisi tidurnya dan mencari bantal untuk dipeluk, tangannya sulit digerakkan. Matanya terbuka dan dia melihat punggung seorang pria yang berjalan menuju pintu. Rasa kantuknya lenyap. Jantungnya berdetak kencang. Zizi sadar di mana dia berada. Dia segera menutup mata berpura-pura tidur dan membukanya lagi ketika pintu ditutup.

Zizi menatap sekeliling ruangan. Pandangannya berhenti pada dinding jendela. Dia bersusah payah bangkit dan turun dari kasur. Sebuah nampan dengan sepiring makanan dan satu gelas susu menyita perhatiannya. Dia mendekatinya dan mengamati makanan itu. Dua potong roti dengan ham berwarna merah mengkilat di atasnya. Aromanya membuat perutnya melilit. Zizi menarik diri sebelum tangannya yang terikat mengambilnya. Itu tidak akan mudah, tapi dia masih bisa makan dengan posisi tangan terikat seperti ini. Zizi mengingatkan dirinya kalaupun roti itu untuknya, pria itu belum memberitahunya. Sungguh tidak sopan kalau dia memakannya sekarang. Terlebih lagi Zizi harus berhati-hati karena mungkin saja ada obat bius di dalam makanan dan minuman itu.

Next chapter