webnovel

From Friend To Boyfriend

Caramel_latte0927 · Fantasy
Not enough ratings
19 Chs

Chapter 15 #Rindu

Hari ini kuliah seperti biasanya, bangku Luthfi masih kosong, Cindy sangat rindu dengan wajah dinginnya, rindu tatapan elangnya, rindu sifat manjanya juga rindu senyum manisnya.

Entah bagaimana dia melakukannya, entah bagaimana dia menahan rasa rindunya, selama tiga bulan lebih tak bertemu dengan Luthfi, tak mendengar suaranya, tapi dalam hati kecilnya, yang menelpon dia sore itu adalah Luthfi, Cindy mendengar suaranya, begitu mendamaikan.

Dia kuliah dengan wajah yang malas, dengan pikiran yang kosong dengan hati yang kacau, entah apa yang akan dia lakukan saat tidak ada Luthfi nanti.

Rumah Luthfi

Seorang laki-laki tengah berbaring diatas kasur dengan luka-luka diwajahnya, dengan pandangan kosong, dan wajah datar.

Ceklek

Pintu terbuka dan menampakkan wajah Al adiknya Luthfi, dia membawa makanan dan minuman serta obat untuk Luthfi.

"Kak makan dulu" kata Al yang dijawab Luthfi dengan gelengan kepala.

"Aku punya kabar gembira buat kakak, tapi kakak harus makan dulu" bujuk Al pada Luthfi dan akhirnya Luthfi mau.

Setelah makan Al memberitahu Luthfi kalau Cindy mencari nya dan Cindy diusir sama Ulfa.

"Kak aku mau ngomong serius nih, kemarin kak Cindy cari kakak" Ucap Al, kemarin Al memang mengintip saat Ulfa memarahi Cindy.

"Hah, terus dia dimana?" Ucap Luthfi dengan muka panik.

"Dia tuh kak ya, diusir kemaren sama kak Ulfa, sampai kak Cindy tuh hujan-hujanan Sampek malem gara-gara nungguin kakak keluar, kasihan kan." Ucap Al yang sontak membuat Luthfi membulatkan matanya dan turun kebawah mencari Ulfa.

"Bangsat!! Laknat!!!" Kata-kata itu muncul dari bibir Luthfi dan membuat semua orang dirumah itu kaget dan takut.

Luthfi langsung menghampiri Ulfa yang tengah duduk di ruang keluarga bersama bundanya.

"Kenapa nak, tenang dulu, kamu kan baru sembuh" ucap bunda Luthfi menenangkan.

"Nggak bisa Bun, aku pengen tanya sama adek laknat ini" ucap Luthfi yang menarik Ulfa supaya berdiri.

Ulfa hanya diam tak berkutik atas perlakuan kakaknya yang tidak dia mengerti.

"Apa yang kamu lakukan kemarin?" Tanya Luthfi dengan muka datarnya.

"Aku nggak ngapa-ngapain kok" jawab Ulfa dengan menunduk.

"Bunda nggak pernah ngajarin kamu buat kasar sama orang yang lebih tua dari kamu" _ Luthfi.

"Kamu tuh laknat banget sih, kakak tau kamu habis ngusir Cindy dari sini kan" jelas Luthfi yang membuat bunda Luthfi tidak nyangka dengan perlakuan Ulfa.

"Apa itu benar Fa?" Tanya bundanya

"Iya Bun, Ulfa tuh nggak suka sama cewek yang kecentilan" _ Ulfa

"Heh, anak kecil tau apa kamu soal pacar kakak." Ucap Luthfi kasar.

"Cepet kamu samperin dia ke  rumahnya" Suruh bunda Luthfi ke Luthfi.

Luthfi cepat-cepat mengambil kunci mobil dan menuju ke rumah Cindy, satu bulan yang lalu saat Luthfi tersadar dari koma dia pernah mencari Cindy.

Flashback on

Saat itu Luthfi sudah tersadar dari koma dan diperbolehkan pulang oleh dokter, walau luka-luka diwajahnya masih belum kering tapi tekad dia untuk mencari Cindy itu sangat besar.

Saat itu Luthfi mengintip dari jendela rumah Cindy dan kelihatannya sedang ada tamu, disana rame sekali dan Luthfi pun menguping pembicaraan keluarga itu.

"Jadi ini gimana? Lamaran kalian?" Ucap mami Cindy yang remang-remang di dengar oleh Luthfi.

Luthfi yang mendengar itu pun langsung kecewa, hatinya rasanya seperti tertusuk pecahan kaca, dia pulang dengan hati yang patah, dia mengira yang akan bertunangan adalah Cindy.

Lalu setelah itu Luthfi sudah tidak pernah mencari Cindy lagi, padahal setiap Cindy kerumah Luthfi pasti yang ditemuinya adalah adek Luthfi.

Flashback Off

Saat itu Luthfi langsung menuju rumah Cindy, setibanya dirumah Cindy Luthfi langsung menggendor gedor pintu rumahnya dan saat pintu itu terbuka menampakkan wanita yang selama ini dia rindukan, yang selama ini ingin dia peluk ingin dia cium.

Disitu Cindy sangat terkejut melihat itu, dia sungguh tak percaya, orang yang sangat dia rindukan sekarang ada di hadapannya, hatinya sungguh ingin menjerit kegirangan.

Luthfi pun langsung memeluk Cindy dengan erat, dia sungguh merindukan pelukan hangat dari Cindy.

Seketika itu tangis Cindy pecah, dia sangat-sangat tidak percaya oleh semua ini.