webnovel

BAB 8 HARUS MENIKAH

       Satria saat ini dengan kondisi sudah tak mengenakan sehelai benangpun. Sedangkan kondisi Carla, celananya sudah dibuang Satria entah kemana, camisol Carla tak luput ia singkap hingga sebatas leher dan menampilkan dua gunung kembar yang menggoda. 

      Satria membungkus mereka dengan sebuah selimut. Saat ia memposisikan kaki Carla agar membuka lebar dan siap menembus dinding tipis milik Carla.

      BRAAAAAAK!!!!! Suara pintu kamar nampak kasar dibuka. Siapa lagi pelakunya kalo bukan Mama Farikha dan Nenek Farida.

      Sontak posisi ambigu Satria dan Carla membuat kedua wanita tersebut menganga tak percaya.

      "Mmmaa....mama tolong Carla...." ucapnya lirih. Tenaganya sudah terkuras habis digunakan memberontak dan berteriak meminta pertolongan. Akhirnya ia pasrah kedepannya akan seperti apa jika si Bang Sat ini berhasil membobol benteng Takeshinya.

        "Kurang ajar kamu!!!" Mama Farikha langsung menendang tubuh Satria dari atas kasur. Hingga ia jatuh berguling diatas lantai dengan kondisi masih naked. 

        Nenek Farida menghampiri tubuh Carla yang sudah dipenuhi tanda kepemilikan. Wanita tua tersebut, cepat - cepat membungkus tubuh Carla dengan selimut. 

       Carla meneteskan cairan bening diujung matanya. Mengetahui akan hal itu Nenek Farida memeluk Carla dengan erat serta mengusap kepalanya sayang.

       "Nnee...nek...hiiiks...hikss...." 

       "Sudah sayang...sudah.....biar mama mu yang menghajar binatang itu." Ucapnya sedikit geram dengan kelakuan binatang cucunya. Tak habis thinking.

       "SATRIIIAA!!!! DASAR BAJIGUR KAMU YA!!!! SEJAK KAPAN MAMA MENGAJARI KAMU JADI LAKI - LAKI BINATANG BEGINI? HAAH?!!!" Mama Farikha tanpa ampun menendang, memukul, menjewer serta menjitak kepala Satria. 

        "Maa...ampun maa.....Satria nggak ada pilihan lagi ma...." sembari menahan serangan sang mama yang membabi buta.

       "Alasan kamu ya, nggak ada pilihan bagaimana?! Gimana kalo Carla sampai trauma?!" Teriak Mama Farikha berang dengan kelakuan anak semata wayangnya.

        "Lagian kita melakukannya suka sama suka kok. Iya nggak sayang?" Lanjutnya menatap Carla yang tengah dipeluk oleh neneknya. Carla merespon dengan menggeleng.

       "Enak aja...bbaa...bapak ya yang maksa." Ujarnya tak terima.

       "Tapi waktu aku hisap dada kamu malah mendesah keenakan?" Cerocosnya tanpa tahu malu membuat semua orang mendelik dibuatnya.

       "Itu respon sadar tubuh pak. Meski saya tidak mau tapi jika bapak memberi rangsangan, otomatis tubuh saya memberi respon." Jelasnya panjang kali lebar sama dengan luas.

       "Udah deh sayang kamu nggak usah malu." 

      "Nggak usah malu gundulmu itu Sat." Mama menjitak kepala berbobot Satria.

      "Apaan sih ma...main jitak aja." Seraya mengusap kepalanya.

       "Mama nggak mau tahu besok kamu harus nikahin Carla." Tegas mamanya masih tersulut esmoni eh emosi. Gemes juga lama - lama sama si Bang Sat. Bang Satria maksudnya.

       "Kenapa nggak sekarang aja ma? Kepalang tanggung kalo besok." Usul Satria yang masih dipertimbangkan mamanya.

       "Iya Rikha sekarang saja. Biar cucu binatang itu tidak haram jika menyerang Carla lagi." Nenek Farida kali ini sependapat dengan cucunya, yang ditanggapi dengan pelototan tajam dari Carla.

        'What the hell?' batin Carla bergejolak.

        "Eh bener juga ya ma.....tumben kamu pinter Sat?" Nenek Farida mengangguk sedangkan Satria mendongakkan kepala jumawa.

        Carla sebagai korban hanya bisa pasrah. Ingin protes juga percuma, jalan takdirnya seperti lengket dengan si Bang Sat. Sejauh apapun ia berlari, ujung - ujungnya tetap berakhir ditangan Satria. Nasib sial entah kemana memang.

        "Ok deh nanti mama cari penghulu dulu. Kamu juga Sat! Cepat siapin berkas - berkas sebelum menikah secara hukum." Satria seakan diberi lampu hijau, tak butuh waktu lama ia menyuruh sekretarisnya untuk menyiapkan semua keperluan pernikahan dadakannya.

        "Carla karena kejadiannya mendadak kamu sama Satria menikah secara agama dulu gak apa - apa yah? Lusa baru mama nikahkan secara resmi." Ucap Mama Farikha lembut.

         "Mama takut kalo nikahnya lusa, Satria udah nyosor duluan. Mama nggak mau ya kamu dilecehkan binatang sang*." Lanjut Mama Farikha sedikit kesal dengan perilaku amoral anaknya.

        "Ma.....tapi Carla nggak bisa nikah sama Pak Satria." Ucapnya ragu, sontak Satria melotot tak percaya dengan kata - kata yang dilontarkan Carla.

       Ini Satria lo, cowok spek lambo, cowok mahal loh ini. Kaya, pintar, tinggi, putih, dermawan, tampan rupawan minus sang*an. Modelan begini aja Carla masih nggak mau.

       "Kenapa nggak bisa hmmm?!" Potong Satria, sedikit ada nada tidak suka mendengar ucapan Carla.

       "Soalnya saya nggak ada rasa sama bapak." Jawab Carla jujur kacang ijo.

       "Ya udah sini jilatin badan aku biar kamu tahu rasanya. Kalo manis kita lanjut kepelaminan kalo hambar kita tambahi seasoning biar gurih dan bakalan nambah - nambah kamu nanti." Carla hanya diam menanggapi ocehan Satria yang dirasa menjebak.

'Emang kucing main jlat - jilat badan?' cibir Carla dalam hati.

        "Mama sama nenek dimohon keluar kamar dahulu ya. Satria sama calon istri mau uji coba kelayakan dahulu alias quality control hehehe....." Imbuhnya dengan wajah sumringah dibumbui dengan senyum licik bagai buaya.

         Mama Farikha sekilas melirik Nenek Farida yang diangguki setuju olehnya. Kedua orang tua tersebut dengan berat hati meninggalkan Carla yang masih dengan kondisi terbungkus selimut.

          "Maaa....nenek....pliiis jangan tinggalkan Carla sendirian lagi disini." Mohonnya dengan memasang wajah paling menyedihkan sedunia akhirat.

         "Maaf ya sayang. Kalo Satria melewati batas, mama tidak akan segan - segan mengebiri Satria. Dengar kamu Sat?!!!" Ancam mamanya yang sempat membuat Satria bergidik ngeri.

         Setelah kedua orang tua tersebut keluar dari kamar, dengan jurus seribu kaki Satria mengunci pintu tidak hanya satu tapi menggunakan kunci ganda. Sehingga jika Carla menjerit sekalipun pintu akan tetap aman, karena tahan dobrak.

         Melihat kelakuan absurd Satria, membuat jantung Carla jedag - jedug layaknya efek animasi tik - tak.

        "Sudah sayang, sekarang kondisi aman terkendali. Kamu nggak perlu malu buat merasakan tubuhku." Ucapnya enteng dan tidak manuk akal, sembari merangkak keatas kasur.

        "Hey! Ayo buka selimutnya. Kamu kayak kue koci - koci kalo dibungkus begini. Pftt....hahahahaha...." Guraunya yang membuat Carla lansung membuka selimut spontan. Ia tak terima disamakan Satria dengan kue koci - koci.

         "Ya ampun sayang...punya kamu gede banget." Mata Satria tak berkedip melihat bongkahan besar dan menantang tersebut.

         "KYAAAAA!!!!" Jerit Carla histeris, ia baru sadar jika keadaan dirinya sudah acakadul sebelumnya. Baju yang ia gunakan sudah koyak sana - sini. Terlebih lagi kancing baju banyak yang terlepas akibat ditarik paksa Satria.

          Belum lagi dengan camisol yang tersingkap hingga menampakkan paha putih mulus merongrong jiwa.

         "Double shit!!!" Umpat Satria yang tak tahan menahan gejolak gairah yang sudah mencapai batasnya.

        Carla seakan mengerti kondisi Satria, ia buru - buru memeluk tubuh tegap, gagah dan tentunya dengan keadaan bertelanjang dada. Memamerkan otot hasil nge-gym. Biar tambah klepek - klepek tuh sih Carla.

          Satria nge-freeze sejenak dengan tindakan spontan Carla. Lalu nampak bibirnya tertarik keatas dan ikut memeluk tubuh semlohay Carla.