webnovel

Pencuri

Suatu malam yang basah, rintik hujan turun di Distrik 8. Namun, jalanan masih tetap padat seperti siang hari. Maklum saja, ini adalah akhir pekan. Orang-orang sudah menanti hari ini sepanjang minggu. Mereka sudah penat dengan rutinitas dan pekerjaan, kini saatnya untuk menghibur diri. Jangan bayangkan kalau hiburan di sini berharga mahal dengan tempat yang bersih, mewah, dan nyaman. Tentu saja tidak, orang-orang tidak akan mampu memasukinya jika begitu. Rata-rata, mereka semua hanya akan keluar untuk sekadar berjalan-jalan. Ada yang mampir ke pedagang kaki lima untuk membeli jajanan murah dengan porsi mengenyangkan, ada juga yang mencari sesuatu yang lebih keras dan menantang.

Hiburan untuk para lelaki dewasa yang lajang tidak akan jauh-jauh dari foya-foya. Mereka akan menyelinap masuk dalam sebuah bangunan di sudut gang, membeli beberapa botol miras oplosan ilegal, dan mabuk di pinggir pelabuhan. Ada juga yang diam-diam melakukan transaksi narkotika, caranya pun tidak akan ketara oleh orang awam. Dua orang bertopi, berjaket hoodie, dan masker yang menutup separuh muka berpapasan di trotoar jalan. Tangan yang satu akan meraih tangan yang lainnya seraya menyerahkan barang incaran. Uang muka biasanya sudah dikirimkan di awal, itu adalah separuh dari jumlah total transaksi. Sisanya akan dibayarkan setelah barang berhasil didapat. Semua itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari di Distrik 8.

Wanita yang baik tidak akan keluar malam seorang diri dan itu sudah menjadi aturan tak tertulis bagi mereka yang masih menganut ajaran norma dan tata krama karena Distrik 8 bukanlah tempat yang aman untuk turis, terutama wanita. Sekumpulan pria akan mencuri pandangan kepadamu dan bersiul. Lantas mereka akan mendekat dan mengepungmu dari segala arah. Kemudian, mereka akan memojokkanmu ke dinding hingga kau tak akan pernah menemukan jalan keluar. Kau pasti tidak akan berminat untuk mengetahui kisah selanjutnya. Yang jelas, kehormatan wanita itu pasti akan diinjak habis-habisan karena kebanyakan pria di Distrik 8 selalu menganggap semua wanita sebagai pelacur.

Sementara itu, di sisi lain kota dua orang pemuda tanggung tengah mengintai sebuah lapak kaki lima pinggir jalan yang menjajakan roti paling enak di Distrik 8. Si pemilik tengah sangat sibuk melayani pelanggan. Mereka tak mau mengantri dan hanya berteriak saling bersautan, berusaha untuk mendahului satu sama lain. Tentu sang pedagang merasa kewalahan, padahal malam itu asistennya tak berangkat kerja untuk membantunya melayani pembeli. Alhasil, banyak dari mereka yang tak dilayani dengan baik. Beberapa di antaranya malah tak jadi membeli dagangan sang penjual dikarenakan lamanya pelayanan. Dua pemuda tadi terus mengamati lapak ini hingga mereka menemukan kesempatan yang tepat untuk beraksi.

"Kau siap, Zack?"

"Siap tidak siap ya harus siap, begitulah hidup kita, Foxy."

Ketika mereka mendapati keadaan dirasa cukup aman, mereka pun berjalan mendekati lapak yang sangat ramai itu. Kemudian, mereka ikut mendesak memasuki kerumunan sambil berteriak seperti pengunjung lainnya. Namun, sebenarnya mereka sama sekali tak berniat membeli roti yang dijajakan sang penjual. Diam-diam Foxy mengambil dompet dari beberapa pengunjung di dekatnya. Sementara Zack mencuri beberapa roti untuk disantap kedua pemuda itu. Setelah aksi mereka berjalan sukses, keduanya berpura-pura marah lantaran tak kunjung mendapat pelayanan dan akhirnya mereka pergi keluar dari kerumunan kecil itu. Mereka berjalan menjauh dan hendak berbelok ke arah gang sempit.

"Bagaimana?" tanya Foxy.

"Aman."

Tanpa disangka, ternyata secara tak sengaja sang pedagang melihat Zack yang tengah menyembunyikan hasil curiannya di dalam tas selempang miliknya. Sontak saja sang pembeli langsung meneriaki kedua pemuda ini.

"Pencuri! Pencuri! Dua anak nakal itu telah mencuri daganganku."

Mendengar teriakan itu, Zack dan Foxy langsung mengambil seribu langkah. Mereka berlari memasuki gang sempit yang gelap di antara celah gedung yang tak terlalu tinggi. Ketika Foxy melirik ke arah belakang, rupanya beberapa orang pria berpakaian preman tengah mengejar mereka.

"Bagaimana pedagang itu tau?!" seru Foxy sambil terus berlari.

"Aku tidak tahu. Kurasa dia melihatku memasukkan rotinya."

Keduanya terus berlari menuju ke arah pelabuhan. Mereka melewati sekumpulan anak buah kapal yang tengah sibuk membongkar muatan dari kapal pengangkut barang. Foxy dan Zack hampir saja membuat beberapa di antara mereka terjatuh.

"Hei!"

"Kalau lari lihat-lihat!"

Kedua pemuda ini sama sekali tak menghiraukan teriakan dari para anak buah kapal tadi. Mereka masih terus berlari sampai pada akhirnya mereka sampai di sebuah dermaga yang berujung jalan buntu. Zack dan Foxy berhenti berlari, mereka sadar jika mereka baru saja memasuki dermaga yang sudah lama tak terpakai. Tak ada waktu untuk kembali ke jalan semula karena para preman itu sudah mencegat mereka dari arah belakang.

"Hahaha, mau ke mana kalian sekarang?" tanya seorang pria berbadan tinggi besar yang berada di barisan terdepan.

"Tolonglah, Tuan. Kami hanya mencuri beberapa roti untuk kami makan hari ini. Kami sudah tak makan selama tiga hari," sahut Foxy dengan wajah memelas.

"Masa bodoh! Apa aku akan peduli dengan semua kisah sedihmu itu? Tentu saja tidak! Pencuri tetaplah pencuri! Semuanya, hajar anak-anak ini sampai babak belur!" perintah si pria.

Tak ada jalan keluar lain, kedua pemuda ini juga tak sanggup melawan preman sebanyak itu. Alhasil, mereka pun tak luput dari hantaman tangan para preman pasar. Foxy tak berusaha untuk melawan, dirinya sangat pasrah menerima semua penganiayaan itu. Sementara Zack berusaha untuk berontak, tapi hasilnya nihil juga. Pada akhirnya, si pria tadi mengambil tas ransel Zack secara paksa dan menemukan empat potong roti berukuran kecil di sana.

"Lain kali, jangan mencuri di lapak itu lagi, ingat baik-baik!"

Para preman itu pun pergi dengan membawa roti sekaligus tas ransel milik Zack.

"Itu tasku ...."

Ujung bibir Zack mulai mengalirkan darah, begitu pula dengan pelipis Foxy. Lantas keduanya pun hanya bisa terduduk di salah satu sisi dermaga sembari membersihkan luka mereka dengan air laut.

"Sial sekali kita malam ini," keluh Zack seraya menahan lara. "Tapi, kita tidak benar-benar kelaparan, Foxy. Tadi pagi saja kita berhasil mencuri beberapa potong roti isi. Kenapa kau berkata kepada para preman itu kalau kita sudah tak makan tiga hari?"

Foxy pun hanya tersenyum kecil. "Tidak, bukan apa-apa. Aku hanya tengah menguji mereka saja. Dan hasilnya semakin membuatku yakin kalau belas kasihan di Distrik 8 memang sudah mati," katanya dengan mata termenung ke arah cakrawala.

"Hm, ada-ada saja kau, Foxy. Seperti tak terbiasa saja dengan kenyataan hidup," celetuk Zack. "Omong-omong, kau berhasil dapat dompet berapa tadi?"

"Tiga."

Foxy mengeluarkan dompet hasil jarahannya ke hadapan Zack. Keduanya pun tertawa senang.

***

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

Eirene_Aether_5671creators' thoughts